cerpen











Nama    :   Pitria
Nim       :  2007112030
Semeter :  6.A


                                                             1

                        BUKAN CINTA TAPI SUKA


Malam itu langit menunjukan kegirangannya dengan menaburkan bintang-bintang dan bulan yang terang menyinari jendelah kamarnya, hati yang begitu gelisa membuat Aku begitu susah melelapkan mata hayalan pun tidak mau beranjak dibenaknya. Sampai sekarang Nika masi saja berkhayal tentang cowok yang sudah lama Dia taksir sejak ia menginjak semester lima, suatu ketika Dia berkhayal Dia masih mempunyai keraguaan dan hatinya bertanya-tanya” Apakah Aku bisa jadi teman Dia, atau pacar Dia! Gimana ni lihat dia saja Aku gemetaran. Apa lagi ketemu Dia di jalan ai……. Rasanya malu bangat deh…..Kalau sampai Dia tahu Aku naksir Dia waduh gimana ni? Tapi di pikir-pikir Aku tak pantas bangat sama Dia, kayaknya sih…. “ Yayan” adalah cowok yang aku taksir itu selerahnya tinggi, bangat tidak mungkin dia suka sama aku.huu….. tapi tak apalah siapa tahu dia juigta suka sama aku kata orang cinta itu buta aku percaya itu. Kenapa aku selalu memikirkan Dia, belum tentu Dia memikirkan Aku.  Haaaa,…… gantuk bangat ni, tidur dulu ahhhhh……
            Keesokan harinya Nika terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ah… pagi yang membosankan setiap hari selalu seperti ini, bersih-bersih rumahlah, masaklah eii… capek banget ni. Jam dinding sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit saatnya Aku berangkat kuliah , ntar macet telat lagi ntar di acein paknya. Nika begitu semangat berangkat kuliah sanbil berjalan Nika begitu girang. Selampai di lorong gotong royong Nika sengaja lewat jalan pentas dengan harapan bisa lihat Yayan cengar cengir Nika dengan sendirinya. Dengan tidak sengaja Yayan melihat Nika saat itu nika sadar kalu Yayan lihat dia tapi Yayan tidak begitu meng hiraukan Nika. Nika mulai salah tingkah Nika harap Yayan tersenyum melihat  Dia tapi ternyata ngak. Aku mulai Tanya dalam hati “ sebenarnya Dia tu kenal ngak sama Aku? Kenapa sih setiap bertemu di jalan selalu masang muka cuek, cemberut sama Aku.   
            Kenapa juga setiap Aku lihat Dia deg-degan bangat…… rasa-rasa jantung Aku mau copot. Di lihat dari jauh saja deg-degannya setegah mati, apa lagi lihat dari dekat bisa-bisa mati berdiri Aku! Tiga hari berlalu tiga hari juga Aku seringt lihat Dia lagi nangkering dengan temannya di pingir jalan dekat kampus ku kalau Aku mau pergi kuliah.
            Sepulang kuliah sesampai di kosan aku mulai lagi deh… ngelamunin Dia rasanya Aku tidak mampu bangat memendam perasaan ini dalam hati. Aku butuh bangat teman  curhat yang bisa dengar keluh kesah dan perasaan ku “ Aku emangnya tertutup bangat kalau cerita soal yang kayak gini susa bangat ngomongnya jangankan dengan teman ku kaluarga Aku aja aku tidak perna cerita soal perasaan Aku. Tapi kali ini Aku tidak sanggup lagi menahan rasa yang mengejolak di hati ku” Aku sangat butuh teman curhat” Aku punya teman dekat boleh di bilang “sahabat” namanya Nanda dan Zie mereka teman ku dari semester 1 kami selalu ber tiga, tapi kenapa Aku susa bangat cerita sama mereka…mereka sudah kenal dengan Randy oleh sebab itu Aku jadi malu cerita sama mereka. Tapi aku pikir-pikir Aku beranikan diri untuk cerita sama Nanda, Nanda orangnya supel, periang,bangat pokoknya enak deh temanan sama Dia, Dia sedikit cerewet sih, tapi..ngak apa-apa lah cumas edikit kok cerewetnya. Pokoknya enak sih temanan sama Nanda. Nyambung bangat dan asik lagi! Ketika Aku mau cerita sama Dia, Aku harap si sikap nanda biasa saja tapi malah sebaliknya dengar Aku cerita cowok malah Dia terbahak- bahak ketawa “ Yallah teman ku dapat cowok ya”  Ayo…cepatan cerita Aku tak sabar, aku penasaran bangat….mau dengar ceritanya. Aku beranikan diri untuk cerita siapa cowok yang aku taksir itu adalah cowok yang Nanda sama Zie kenal. Terutama Zie udah kenal bangat. Jadi kami sudah kenal bangat ya sama cowok itu, cepatan Nika bilang siapa sih cowok itu masak sih dengan teman sendiri malu. Oh…Aku tahu! Ardi , Putra atau Randy ya? Kok nika diam bearti benarkan! Ia Nanda selama ini aku naksir yayan. Waduh! Ternyata teman aku diam-diam memendam perasaan, ha…ha…ha…aku setujuh seratus persen kalau nika sama Randy. Sejak nika kenal sama Randy Aku lihat dia selalu mempunyai semangat, mulai memperhatikan penampilan, wajanya selalu ceria tampak terlihat angun tidak tomboy lagi.dan Randy memberi respon yang meyakinkan Nika untuk perhatian sama Dia. Nika sangat senang melihat cowok yang selama ini Dia idam-idamkan. tidak mau momen –momen indah ini Dia lewati tanpa arti. Tapi aku sedikit kuatir karena Randy tidak perna menyatakan perasaannya sama Aku itu yang membuat aku belum yakin kalau Randy punya perasaan sama Aku. Tapi sekarang ini Aku sedikit lebih lega karena Randy sudah tau tentang perasaan Aku sama Dia.
            Setelah beberapa minggu kami dekat kerikil-kerikil itu mulai nampak tanpa di sadari oleh Nika, Nika sering dengar selentingan-selentingan dari teman- teman dekat kosannya. Kalau Randy itu punya cewek, bertapa kagetnya nika dengar Randy punya cewek lain. Saat itu nika tidak bisa menahan rasa kegalauan hatinya. Nika duduk termenung di depan kosannya. Di saat nika menahan kebundahan hatinya tiba-tiba Nika mendengar suara motor yang lewat di depan kosannya Nika melihat Randy membawa perempuan menuju ke kosannya yang tidak habis piker kenapa Randy membawa cewek itu masuk ke dalam kosan. Dari situlah nika sempat berpikir yang ngak-ngak tentang Randy dengan cewek itu. Nika beranikan diri ke kosan yayan, nika mau bilang tentang perasaannya sama Randy tapi setelah di depan pintu kosaan Randy, Nika berpikir buat apa Dia bilang sama Randy tentang perasaannya karena ini sudah telambat Randy sudah punya cewek. Tapi aku tidak putus asa Aku tau Randy punya perasaan sama Aku dari soratan matanya menatap aku. Aku juga tidak mau merusak hubungan Dia dengan ceweknya. Aku yakin kalau memang tuhan mengizinkan kami bersama kami pasti bersama. Mulai saat ini Aku harus menghapus rasa cinta Aku sama dia. Tapi Aku tidak bisa melupakannya karena rasa suka itu masih terlukis jelas dihati Ku untuk selama-lamanya. 



                                                                                    Karya :
                                                                                                 PITRIA



Nama      : Pitria
Nim        : 2007112030
Kelas      :6. A

                                              2
 RINTIHAN ANAK TIRI

            Waktu  Aku kecil Aku merasa bahagia sekali di antara teman – teman Ku. Aku sering di panggil teman ku “ si anak manja” pada hal nama ku Susi. Aku merasa kedua orang tua sangat perhatian kepada sama Aku.terutama Mama ku mama ku hamopir setiap hari mengantar jemput Aku sekolah. Dan sorenya Aku kursus itu pun Mama yang antarkarena Papa ku sibuk dengan pekerjaan kantornya. Tapi Aku tidak kehilangan kasih sayang Papa.
            Malam itu papa tidak pulang karena papa tugas keluar kota. Aku, Mama, dan si mbok pembantu Ku di rumah. Sekitar pukul 11.00 Wib mlam Mama ku membanguni Aku dengan suara terbata – bata, Aku lekas terbangun Aku lihat Mama ku tergeletak di lantai sambil memegang perutnya. Aku tanya Mama kenapa? Tapi Mama Ku tak menjawab Aku pegang badan mama ku yang terkulai lemas. Aku kaget dan Aku menjerit membangunkan si mbok pembantu ku. “ mbok…..mbok….. Mama “ ada apa Sus”, Mama kenapa? Ngak tau mbok. Si mbok lari keruang nonton sambil merai telpon, mbok nelpon kerumah sakit”  tak berapa lama terdengar jelas bunyi serine ambulance ada dua Suster yang berlari kecil menghampiri Mama Ku dan segera memasukan Mama Ku kedalam mobil. Di dalam mobil suster memasangkan infus di tangan Mama Ku, di dalam mobil itu Aku terdunduk lesu melihat Mama Ku. Sampai di rumah sakit Mama Ku di masukan keruang rawat inap. Aku lihat Mama Ku belum sadar Aku nelpon Papa Ku yang lagi di luar kota. Aku bilang kalau Mama masuk rumah sakit. Bertapa kagetnya Papa mendengar Mama sakit. Papa langsung pulang paginya Papa sudah tiba di rumah sakit, Papa memeluk Aku sambil menagis. Tak berapa lama Dokter datang, Dokter bilang Mama sakit Mama sakit kangker usus dan segera di operasi. Aku dan Papa terkejut bukan kepalang. Tanpa pikir panjang Papa mengiyakan mama segera di operasi.
Setelah dua hari kemudian hal yang menegangkan itu tiba. Aku dan Papa mengantarkan Mama ke ruang operasi, di luar kamar operasi Aku dan Papa berdo,a agar operasxinya berjalan dengan lancar. Setelah satu jam dokter keluar dari kamar operasi dengan waja sayup, menghampiri kami Dokter bilang dia tidak bisa nolaong Mama” nyawa mama tak tertolong lagi.Aku dan Papa lari menuju keruang operasi kami dapatkan Mama terkujur kaku dengan tubuh yang pucat dan lemas, tak beberapa jam Mama ku di Mama dikamkan tidak jahu dari rumah. Sepeninggalan Mama Aku terasa sepi, dan Aku seperti orang yang tak puinya semangat hidup. Tapi Papa dan mbok selalu menasehati Aku, bdeberapa bulan kemudian Aku merasa sudah iklas  Mama meningga, Aku selalu berdo,a agar Aama tenang di alam baka. Kira-kira 6 bulan Mama meninggal Aku perhatikan Papa sudah berubah sama Aku. Papa jarang pulang kerumah, Aku lihat Papa sering telpon-telponan dedngan wanita lain, hampi setiap malam Papa tidak pulang. Di rumah hanya Aku dan mbok saja. Papa sudah sedikit cuek sama Aku, setiap Aku tanya Papa selalu bilang Papa lagi sibuk ngurusin pekerjaannya.
Pada suatu malam Aku dengar Papa nelpon seseorang dengan panggilan sayang! Aku menghampiri Papa “ siapa Pa“ oh ngak teman Papa” Aku masuk kekamar untuk tidur. Seminggu kemudian Papa mengenalkan Aku dengan seorang tante Dewi namanya Papa bilang ni calon Mama mu. Bertapa kagetnya Aku mendengar itu, Aku teringat almarhum Mama ku. Aku menangis memeluk si Mbok, papa meminta izin untuk menika lagi. Awalny Aku berat mengizinkan Pa;pa menika lagi apa lagi menika sama tante Dewi.menurut Aku tante Dewi tidak cocok dengan Papa Ku. Karena Aku lihat sifat tante Dewi tak sedikit pun mengambarkan sikap ke ibuannya. Dan Aku lihat tante Dewi hidupnya gelamor tidak seperti Mama ku yang sederhana dan memiliki jiwa penyayang.
Aku lihat Papa ku begitu mencintai tante Dewi, dengan berat hati Aku izinkan Papaku menika dengan tante Dewi. Awal menikah dengan Papa ku tante Dewi sangat baik sama Aku, Aku mengangap tante Dewi seperti Mama Ku sendiri walau pun tante Dewi tidak bisa mengantikan Mama di hati Ku.
Setelah beberapa bulan tante dewi mulai menunjukan sikap egoisnya, tante Dewi mulai sering marah-matrah sama aku saat Papaku tak ada di rumah. Tante Dewi mulai menyuruh- nyuruh Aku mengerjakan pekerjaan rumahaku tak perna mengerjakan hal seperti itu. Tapi untung ada si Mbok yang Bantu Aku mengerjakan pekerjaan rumah. Bertapa marahnya tante Dewi mengetahui si Mbok bantu aku. Aku di siksa tante Dewi Aku di gampar, tending, di masuki ke dalam kamar mandi di konci dari luar dan tidak di kasih makan bertapa tersiksanya Aku saat itu di saat tante pergi kerumah keluarganya si Mbok diam-diam mengambil konci kamar mandi di kamar tante Dewi. Si Mbok yang membuka pintu kamar mandi itu, mbok menangis sambil memeluk Aku mehihat Aku duduk lesu di kamar mandi dan tak berdaya. Tiba-tiba tante dewi pulang tante masuk tanpa memberi salam tante Dewi  lihat si Mbok pegang piring isi nasi untuk Aku makan. Tante Dewi langsung membantingkan piring berisi nasi itu ke lantai dan memarahi si Mbok dan tante Dewi tak segan-segan mengusir si Mbok dari rumah. Aku menangis sambil memohon agar si Mbok tidak di pecat. Tapi tante Dewi tidak perduli dengan permohonan ku. Si Mbok membawa tasnya dan pulang ke kampungnya.
Sepeninggalan Mbok semua pekerjaan rumah Aku yang mengambil alih pekerjaan mbok sekarang Aku seperti budak tante Dewi. Aku selalu di suruh-suruh dan di siksa tante Dewi setiap Aku bilang sama Papa , Papa tak perna percaya karena kalau Papa lagi di rumah tante Dewi selalu bersikap baik pada ku oleh sebab itu lahmungin Papa tak percaya sama Aku. Setiap kali Papa tak ada dirumah Aku sedlalu di siksa oleh tante Dewi pada akhirnya Aku tak sangup lagi menghadapi tante Dewi. Akihirnya Aku putuskan untuk lari dari rumah kini aku merasa terusir dari rumah ku sendiri.  
Pagi hari pukul 05.00 Wib pagi Aku putuskan untuk lari dari rumah, dengan tergopo-gopo aku lewat pintu belakang. Aku binggung mau pergi keman tapi Aku teringat si Mbok Aku pergi keterminal anak mobil menuju ke kampong si Mbok. Setelah beberapa jam kemudian Aku tiba di kampong si mbok celingak secingguk Aku cari rumah Mbok. Tiba–tiba aku lihat si Mbok lagi duduk santai di depan rumahnya. Dari jauh Aku panggil si Mbok , Mbok….Mbok….!!! betapa kagetnya si Mbok melihat Aku. Mbok langsung memeluk Aku dan mempersilahkan Aku masuk kedalam rumah.” Kenapa Sus kok kamu kemari sendirian?” mana Tuan sama Nyonya? Aku lari dari rumah Aku tak tahan di siksa tante Dewi. Aku boleh Mbok tinggal di sini “ sambil memohon” tentu boleh Sus. Tapi gimana kalau Nyonya dan Tuan tahu nanti Mbok di marahin tidak mungkin Mbok Papa tidak tau rumah Mbok.
Beberapa minggu Aku tinggal di rumah Mbok, pagi–pagi aku mendengar ada suarah mobil di depan rumah Mbok. Aku buka pintu rumah Aku lihat ada Papa dengan tante Dewi, melihat mereka Aku lari kedalam menghampiri mbok di dapur. Papa mengejar Aku, dan Aku di peluk Papa ku Papa menangis dan Aku lihat tante Dewi menghampiri ku dan papa. Aku lihat raut muka tante Dewi tertunduk mali dengan mata berkaca–kaca tante dewi meminta maaf sama Aku dan si Mbok tante Dewi menggakui kesalahannya sambil memohon agar Aku pulang kerumah.  “ Aku mau pulang ke rumah tapi si Mbok harus ikut” Papa dan tante Dewi memenuhi permintaan Ku. Kini kami pulang bersama si Mbok, sekarang Aku maenjalanin hidup Ku dengan bahagia Aku mendapatkan perhatian dari orang – orang yang Aku sayanggi, terutama tante Dewi yang sangat perhatian sama Aku. Saat init ante Dewi menggangap Aku seperti anaknya sendiri.                






                                                                                    Karya :
                                                                                                PITRIA














Nama       :  Pitria
Nim          :  2007112030
Semester  :  6.A

                                                          3
         DEMI IBU, KU JUAL KEHORMATAN KU

            Malam itu perasaan Ku tiba – tiba tak bersahabat dengan ku, Aku gelisa dan pikiran Ku galau sampai –sampai Aku tak bisa memejamkan mata Ku. Aku berdo,a agar Aku dapat terlelap tidur, hampir pukul 02.00 pagi Aku baru bisa melelepkan mata Ku. Pukul 05.30 pagi Aku ambil pakaian Ku dan tak lupa Aku membawa sebuah karung dan seuntai gancu, Aku bergegas berangkat mencari sampah yang masih berharga. Dari rumah ke rumah Aku korek-korek bak sampah yang sudah tak berguna lagi Aku pilih satu persatu sampah yang masih berharga.
            Setiap hari Aku langkakan kaki Ku menyelusuri  jalan raya sampai ke pelosok- losok mencari rezeki melalui sampah…. Setelah cukup banyak Aku langsung kepengepul untuk menjual hasil pulungan Ku. Dan uang yang Aku dapatkan selalu Ku berikan pada Ibu.Aku bisa di bilang tulang punggung keluarga ku karena Ayah Ku sudah almarhum sejak aku masih kecil.  Kini hanya Aku, Ibu dan Adik Ku “Rani” Rani sekarang duduk di kelas lima SD sedangkan Ibu Ku hanya buru  cuci dari rumah ke ruamah Ibu Kumenawarkan jasanya untuk mencuci. Pengasilan Ku dan Ibu tidak menentu, Cuma cukup makan sehari- hari dan biaya adik Ku sekolah.
            Pagi itu Aku berat sekali meninggalkan rumah untuk memulung. Tapi Aku paksakan untuk mencari nafkah karena untuk menyambung hidup. Hari itu Aku  mau palang lebih awal karena selama Aku mengorek- ngorek sampah Aku kuatir, Aku terpikir terus dengan Ibu Ku. Setiba di rumah betapa kagetnya Aku mendengar suara tangisan Rani “Aku lari tergesah-gesa masuk rumah” Aku lihat Rani sedang memeluk Ibu Ku yang sedang sakit kebetulan aku punya sedikit tabungan aku bongkar tabungan itu lalu Aku pangil mamang becak mang…..mang kemari…” tong mang antar aku sama Ibu Ku kerumah sakit “ Aku dan Ibu naik beca menuju rumah sakit terdekat. Di dalam sebuah becak Aku peluk erat Ibu Ku agar Ibu dapat menahan rasa sakitnya. Sampai di rumah sakit Ibu Ku langsung di periksa Dokter, Dokter bilang kalau Ibu Ku terkena kangker darah. Bertapa terkejutnya Aku maendengar hal itu. Dokter bilang untuk mengatasi penyakit Ibu Ku adalah dengan mencuci darah setiap bulan. Kalau tidak nyawa Ibu Ku taruhannya.
            Kini Ibu Ku tidak berkerja lagi karena Aku kuwatir penyakit Ibu Ku tambah parah. Sekarang hanya Aku yang mencari nafkah. Hari terus berlalu bulan pun  berganti waktunya Ibu Ku untuk cuci darah. Aku pusing tujuh keliling memikirkan biaya perawatan Ibu Ku, Aku jual barang- barang yang berharga di rumah ku.dapat mencuci darahnya. Untuk bulan ini biaya pengobatan Ibu Ku tertutupi, “Aku kiat berkerja bukan hanya memulung tapi Aku juga mengantikan pekerjaan Ibu Ku agar Aku bisa mendapatkan uang untuk pengobatan Ibu Ku dan biaya Adik Ku sekolah. Tapin usaha Ku sia-sia karena pendapatan Ku tak mencukupi kebutuhan Ibu Ku berobat, jangankan berobat makanan sehari-hari pun kami seadanya.
            Ketika suatu malam terlintas  di pikiran Ku untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dan bisa mendapatkan uang yang banyak, agar Ibu Ku dapat berobat. Tapi Aku binggung karena Aku hanya lulusan SMP. “ siapa yang mau nerima Aku kerja?” tiba –tiba Aku teringat dengan Om… Bagas, pagi –pagi Aku kerumah Om…Bagas yang tidak jauh dari rumah ku. Aku lihat Om bagas sudah banyak Bantu orang mendapaastkan pekerjaan. Setelah di rumah om..Bagas Aku lihat Om….Bagas lagi santai, “ Ada perflu apa kamu kesini?” Tanya Om….Bagas !!!” gini Om….Bagasminta tolong” “minta tolong?” Satya butuh pekerjaan Om…karena Ibu Ku lagi sakit“jadi butu biaya! O…Y nanti Om… cari kan kamu pekerjaan “ terima kasih Om…” Aku lanjutkan rutinitas Ku setiap hari.
            Berapa minggu kemudian waktunya Ibu Ku untuk berfobat, Aku binggung karena Aku tidak ada uang. Barang –barang di rumah sudah Aku jual semua untuk pengobatan Ibu Ku. Aku lihat kondisi Ibu Ku makin memburuk, “ Ibu Ku harus secepatnya perawatan kalu tidak Ibu Ku tak tertolong”.
            Aku lari tergesa-gesa menuju rumah Om…Bagas Aku memohon pada Om Bagas agar Aku mendapatkan pekerjaan. “ Om Bagas bilang cari pekerjaan itu bukan gampang , butuh waktu lama” tapui kalau kamu mau cepat asa pekerjaannya” Apa Om…?” dengan gamplang Om bagas bilang sama Aku” kamu mau jual kehormatan kamu? Bertapa kagetnya Aku mendengar hal itu.Aku pulang sambil menangis di rumah Aku peluk Ibu dan Adik Ku meratapi nasib kami. Akulihat kondisi IbuKu makin memburuk. Tanpa pikir panjang Aku terima tawaran dari Om.. Bagas demi Ibu Ku yang sangat Aku sayanggi.
            Malam itu Aku pamitan dengan Ibu dan Adik Ku “ Aku pergi sebentar ya Bu, Ran kmu jaga Ibu ya” ya kak” Aku berangkat bersama Om..Bagas menuju hotel berbintang lima, di sebuah kamar Om..Bagas meninggalkan Aku sendiri. Sekitar 5 menit ada seseorang membuka pintu kamar hotel. Aku lihat sesosok laki-laki setengah baya menghampiri Ku.( si hidung belang ) dengan terpaksa Aku terima belaian tangan si laki- laki itu. Terjadilah sesuatu yang tidak mungkin Aku lupakan seumur hidup Ku. Setelah itu aku di tinggalkan di kamar hotel itu, tak lama kemudian Om …Bagas menghampiri ku memberikan sebuah amplop berisi uang yang cukup banyak. Aku pujlang kerumah memeluk Ibu Ku sambil menangis.
            Keesokan harinya Aku bawak Ibu ku kerumah sakit,Ibu Ku bertanya “ dapat dari mana kamu uang sebanyak ini?” Ibu tidak perlu tau uang ini dapat dari mana yang penting sekarang ini Ibu harus sehat !!! sejak kejadian itu Aku melai malas mengerjakan pekerjaan ku sebagai pemulung, kini Aku lebih memili menjual dir “ karena Aku pikir diri Ku sudah ternoda jadi untuk apa  Aku lindunggi”. Setiap malam Aku jajakan diri Ku di pingir-pingir jalan menanti laki-laki hidung belang, semalam aja Aku dapatkan uang buat pengobatan Ibuku. Semenjak Aku melacurkan diri hidupm kami mulai membaik terutama biaya buat pengobatan Ibu Ku “ kini kondisi Ibu Ku mulai membaik karena pengobatannya rutin setiap bulan. Tapi Ibu Ku mulai mencurigakan tentang pekerjaan Ku “ kamu keja apa kok uang mu banyak sekali? “ Ibu tak perlu mikirkan pekerjaan Ku, Aku sambil memeluk Ibu Ku sambil Aku buat alasan biar Ibu yskin dengan pekerjaan Ku, Aku kerja jaga toko Bu! “ tapi kanapa kamu pulangnya larut malam terus!!! Ya….Bu Aku lembur…”
            Malam itu Aku pergi untuk menjajakan diri di pingir-pingir jalan raya, Naasnya Aku malam Itu Aku lihat darfi lawan arah ada sebuah mobilyang lajunya sangat kencang dan tak terkendali menghantam Aku dari depan. Aku terlempar dari jalan raya kira-kira 12 meter Aku di bawk kev rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri, setelah beberapa hari Aku di rawat, Aku sadar dan Aku dapatkan kaki Ku tak bisa gerakkan. Sekarang Aku lupuh…!!! Aku meminta maaf sama Ibu dan Adiku karena Aku sudah membohonggi mereka tentang pekerjaan Ku. Mereka memaafkan sambil memeluk Aku. Kini Aku tak perlu menyesali atas apa yang Aku lakukan karena itu semua Aku lakukan demi kesembuhan Ibu Ku. Sekarang bersama korsi roda ini Aku terima dengan iklas hidaya dari allah SWT.





                                                                                    Karya:
                                                                                                Pitria






















Nama :
            Pitria
Nim:
            2007112030
                                                             4

                           MERINRIS MASA DEPAN


            Di rumah yang sederhana Aku di lahirkan, masa keceil ku tak begitu mengembirakan boleh di bilang Aku hidup di tengah keluarga yang sederhana. Ayah Ku bekerja sebagai buruh pabrik sedangkan Ibu Ku hanya Ibu rumah tangga. Tapi Ibu Ku tak perna mengelu dengan pengasilan Ayah Ku yang tak begitu besar hanya cukup untuk kebutuhan sehari – hari, walau pun keadaan kami seadanya Aku sangat bersyukur punya orang tua yang selalu mencurakan kasih sayangnya tiada tara sama Aku. Oleh sebab itu aku mempunyai semangat untuk cari ilmu setinggi mungkin. Dengan harapan suatu saat nanti Aku dapat membahagiakan kedua orang tua Ku dan yang lebih penting Aku ingin menggankat derajat kedua orang tua Ku.
Dengan dukungan orang tua Ku dan niat Aku dari awal Aku sekolah Aku ingin belajar yang rajin agar kelak Aku jadi anak yang pandai, dengan usaha yang sunggu – sunggu Aku sekolah dari SD sampai SMA alhamdulillah Aku selalu masuk lima besar, di sekolah semua  teman–teman Ku dan guru–guru Ku sangat sayang sama Aku, mereka selalu memberi motivasi agar Aku tak menyerah untuk selalu semangat dalam mengali ilmu. Pada akhirnya Aku lulus dari SMA dengan nilai yang sangat memuaskan, Aku senang melihat raut muka kedua orang tua ku dengan penuh rasa bangga. Dengan prestasi Ku.
Setelah lulus dari SMA Aku, Aku binggung mau kemana di benak Ku hanya ada dua pilihan mau bekerja atau mau kuliah, tapi kalau Aku pilih kuliah mungkin orang tua Ku tak ada uang apa lagi biaya kuliah tak sedikit. Sedangkan penghasilan orang tua ku hanya cukup makan sebulan aja. Apaakah bisa Aku kuliah???  Malam itu aku tak bisa memejamkan mata Ku, Aku gelisa dan pikiran Ku galau memikirkan masa depan Ku. Setelah pikiran Ku suntuk akhirnya Aku memutuskan memilih bekerja. Aku ingin membantu perekonomian keluarga kami.
Keesokan harinya aku sibuk mempersiapkan persyaratan buat melamar pekerjaan. Malamnya Aku shalat tahajud agar aku di beri kemudahan dalam mencari pekerjaan. Kira–kira pukul 05.00 WIB  Aku bangun dari tidur Ku aku bergegas mandi dan menyiapkan diri untuk mencari pekerjaan. Tak lupa ku papitan dengan kedua orang tua ku serta meminta mereka mendoa kan Aku agar Aku dapat pekerjaan, di perjalanan Aku tak henti–hentinya berdoa dari kantor ke kantor Aku datangi untuk melamar pekerjaan namun lowongan pekerjaan itu tak begitu banyak, Aku dengan semangat memasukan lamaran ku kekantor – kantor walaupun di hati Aku pasimis untuk diterima berkerja tapi aku yakin kalau memeng rezeki aku pasti tak kemana -mana… Amin….
Beberapa minggu kemudian belum ada panggilan buat Aku, Akun sempat putus asa dan aku tak mengharapkan lagi untuk di panggil atau tidak. Tapi siang itu Aku sedang membaca buku telpon rumah Aku berdering, Aku lari kearah telpon itu dan Aku dengan semangat mengangkat telpon itu bertapa kagetnya Aku ketika Aku dengar kalau besok pagi Aku di minta untuk dating kesalah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Keesokan harinya Aku dengan pakaian rapi dating di kantor perusahaan itu dan Aku di terima berkerja di kantor itu.Aku diterima sebagai stap biasa, tapi itu tak jadi masalah bagi Ku karena Aku pikir ini tak masalah ini baru awal wajar–wajar saja.
Aku pulang kerumah dengan semangat setelah di rumah Aku peluk kedua orang tua Aku, Aku mengucapkan terimah kasih atas semua dukungan dan do,a nya. Awal Aku berkerja Aku masih terlihat gugup maklum belum perna ada pengalaman bekerja jadi banyak belum tahu terik berkerja. Tapi Aku sangat beruntung karena atasan Ku tak segan–segan mengajari Aku. “ namanya pak Bram”Pak Bram memuji Aku karena aku propesional dalam pekerjan dan penuh tanggung jawab beberapa tahun kemudian aku berkerja Aku di angkat sebagai stap manager di perusahaan itu. Bertapa senangnya Aku dengan jabatan yang di berikan ole perusahaan tempat berja Aku. Kini perekonomian keluarga Ku mulai membaik, bahkan sekarang Aku dapat menaikan haji kedua orang tua Ku. Tapi tak berapa lama Aku menjabat sebagai manajer ada sesuatu yang menimpa aku ada selentingan-selentingan dari orang–orang kantor kalau aku ada main dengan pak Bram, tapi Aku tak mau ambil pusing atas semua tuduhan itu. Karena Aku angap mereka hanya ingin menjatukan Aku, Aku angap mereka hanya irih sama Aku.
Suatu ketika Aku dijebak oleh teman sekantor Aku, namanya “ Yanti” Dia sudah lama berkerja di kantor ini tapi Dia masih bawahan Aku. Pagi itu Aku keruangan pak Bram dengan maksud membahas proyek baru yang ada di luar kota waktu itu Aku lagi asik berbincang – bincang dengan Pak Bram selayaknya atasan dengan bawahan. Lagi asik membahas tentang proyek itu pulpen Pak Bram jatu ke bawah lemari, di belakang kursi Pak Bram Aku bergegas maengambil pulpen pak Bram di bawah lemari. tiba–tiba istri Pak Bram membuka pintu ruangan Pak Bram. Melihan Aku lagi jongkok menganbil pulpen yang ada di bawa lemari. istri Pak bram langsung memaki–maki dan mengampar muka Aku di bibirnya terlontar kata–kata Dia memecat Aku. Aku mau menjelaskan duduk pekaranya tapi istri pak Bram tak mau dengar penjelasan dari Aku. Aku lari mengambil tas dan pulang kerumah. Betapa kagetnya kedua orang tua aku melihat Aku pulang dengan tertatih–tatih. Yang lebih kaget lagi mereka mendengar kalau Aku di pecat dari pekerjaan aku. Tapi kedua orang tua Aku memberi Aku semangat agar Aku tak larut dalam kesedihan.
Beberapa bulan kemudian ada suara mobil di depan rumah Ku, Aku lihat Pak Bram dengan Istrinya keluar dari mobil mewa itu” mereka aku sambut dengan harmat karena Aku tak sedikit pun menaru dendam atas kata – kata Istrinya waktu itu. Istri Pak Bram memeluk Aku sambil menagis Dia meminta maaf Atas perlakuannya sama Aku. Dia mengaku salah karena Dia sudah percaya gisip–gossip yang di sebarkan oleh Yanti. mereka memohon agar aku mau berkerja di perusahaan mereka lagi. Aku meminta izin dengan kedua orang tua Aku, mereka mengizinkan aku. Kini Aku menerima permonan mereka dengan senang hati. Sapai sekarang Aku masih berkerja di perusahaan Pak Bram.  









Nama :
            Pitria
Nim:
            2007112030

                                                                5
                                             “DEMI KELUARGA”

            Di pagi yang indah cuaca begitu indah matahari menyinari gemilaunya air. Angina yang sepoi–sepoi terlihat ombak–ombak di terjang angin dan gelombang air yang terkena hantaman perahu–perahu dan kapal–kapal yang sibuk menghulu dan menghilir. Terlihat begitu terhempasnya gelombang air yang begitu deras. Di atas air terlihat tumbuh–tumbuhan air yang berserakan dan di dasar air ikan–ikan tergoncabg dengan suara–suara kapal yang kecang menghantam dasar sungai seakan–akan nyawa penghuni dasar sugai itu terancam. Di atas yaitu daratan yang terdapat di sekitar sungai yaitu “Benteng Kuto Besak” terdapat berbagai macam penggunjung dari anak–anak, dewasa, sampai orang tua sekalipun yang gemar duduk santai memandangi suasana di sekitar sungai dan terlihat orang mundar mandir atau berlalu lalang dari pengemis, pengamen sampai ke pedagang asongan mbahkan orang – orang penting sekalipun. Yang sedang ada keperluan di Benteng Kuto Besak. Tak jauh dari Benteng Kuto Besak ada jembatan yang menhubunggi sisi sungai namanya Jembatan Ampera, konon menurut inpormasi Ampera itu meninggalan orang terdahulu.
            Sungai musi adalah sungai terbesar di Sumatra selatan di sungai inilah banyak orang – orang yang mengantungkan hidupnya, berbagai propesi di sungai ini dari yang menjadi nelayan, pedagang asongan sampai ke pengemudi kapal mereka mengais rejeki di sungai ini. Salah satunya pak Jajang. “ pak Jajang dari umur 15 tahun pak Jajang sudah jadi kenek kapal di Benteng Kuto Besak ini”. Setelah beberapa tahun jadi kenek kapal pak Jajang beralih propesi menjadi pengamen, di selah-selah mengamen Pak Jajang menjalin cinta dengan wanita sepropesinya.“ namanya Mila” karena sudah merasa cocok mereka saling menerima keadaan mereka akhirnya mereka menikah. Mereka hidup selayaknya orang baru merajut rumah tangga. Setahun mereka menikah laqhirlah seorang bayi di tengah keluarga kecil mereka, Pak Jajang memikirkan dengan adanya anak biaya hidup mereka makin besar. Pak Jajang sadar tak mungkin dia menjadi pengamen terus yang penhasilannya tak menentu. Pak Jajang tidak mau menghidupi anaknya dengan uang hasil ngamen,. Karena Dia angap hasil mengamen itu belum tentu halal. Pak Jajang binggung mau kerja apa? Sebab pak Jajang Cuma lulusan SMP jadi sulit untuk mencari kerja yang layak. Pada akhirnya Pak Jajang memutuskan jual;an asongan. Pagi–pagi sebelum matahari terbit pak Jajang sudah berangkat dari rumah dengan penuh semangat dan dengan harapan dagangannya habis terjual, begitu tiba di Benteng Kuto Besak Pak Jajang menjajakan dagangannya ke penggunjung. Kadang kalau ada acara  Pak Jajang sangat senang karena dagangannya ludes terjual. Tapi kalu lagi sepi tak jarang Pak Jajang pulang dengan tangan hampa.
            Setelah beberapa tahun pak Jajang jadi penjual asongan Pak jajang merasa penghasilannya tak mencukupi apa lagi sekarang pak Jajang punya 3 anak yang mulai remaja dan ketiganya sekolah ada yang SMP dan ada yang SD. Pak Jaang sadar kalu ketiga anaknya itu membutukan biaya yang besar buat sekolah mereka. Pak Jajang mulai mengatur pekerjaannya pagi sampai siang Pak Jajang mengemudi spet but yang di sewa nya untuk menambah pengasilan dan siang sampai sore mbahkan sampai malam Pak Jajang menjadi pedangang asongan di Benteng Kuto Besak. Pak Jajang mempunyai semangat berkerja demi ketiga anaknya. Pak Jajang bahagia walau pun hidupnya pas– pasan, apa lagi melihat anak sulungnya sudah mulai dewasa pak Jajang berharap agar kelak anaknya dapat membantunya mencari nafkah. Tapi itu hanya harapan semata karena anak Pak Jajang terlibat pergaulan bebas Dia terpengaruh dengan teman–temannya. Anak pak Jajang minuman – minuman keras mbahkan ngobat sekalipun.
Suatu ketika pak Jajang mendapatkan anak sulungnya sakit mukanya pucat dan badannya bergetar seperti orang kedinginan melihat kondisi anaknya seperti itu Pak Jajang lekas membawanya kerumah sakit, dokter bilang kalu anaknya sakau akibat barang haram tersebut. Bertapa terkejutnya pak Jajang mendengar hal itu, Pak Jajang tertunduk lemas sambil menyesali perbuatan anaknya. Sejak kejadian utu pak Jajang selalu mengontrol anaknya agar tidak memakai barang haram itu lagi. Dari situlah Pak Jajang memperhatikan anaknya mulai beruban totalkini Ia membantu Pak Jajang mencari nafkah dengan mengemudi spek but di sungai musi betapa senangnya Pak Jajang melihat perubahan anaknya, apa lagi Pak Jajang sudah punya spet but sendiri dan tak perlu lagi mengejar setoran lagi. Kini Pak Jajang bisa bernapas legta menjalani kehidupannya.


                                                                                                Karya:
                                                                                                            Pitria
    

           

































Sang Primadona


Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing.
Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahannya, aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis: Gita dan Ragil.

Tapi agar jelas, biarlah aku ceritakan lebih dahulu dari awal.
Aku lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah-- kecukupan. Aku dianugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah menjadi "primadona" keluarga. Kedua orang tuaku pun, meski tidak memanjakanku, sangat menyayangiku.

Di sekolah, mulai SD sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara.

Ketika di SD aku pernah menjadi juara I lomba menari. Waktu SMP aku mendapat piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika SMA aku pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat provinsi.

Tapi sungguh, aku tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibu kota seperti sekarang ini. Cita-citaku dari kecil aku ingin menjadi pengacara yang di setiap persidangan menjadi bintang, seperti sering aku lihat dalam film. Ini gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main film. Kuliahku pun tidak berlanjut.

Seperti umumnya artis-artis popular di negeri ini, aku pun kemudian menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk pembuatan iklan; diminta menjadi presenter dalam acara-acara seremonial; menjadi host di tv-tv; malah tidak jarang diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Tapi apa rugiku? Asal aku diberi honor standar, aku tak peduli.

Soal kuliahku yang tidak berlanjut, aku menghibur diriku dengan mengatakan kepada diriku, "Ah, belajar kan tidak harus di bangku kuliah. Lagi pula orang kuliah ujung-ujungnya kan untuk mencari materi. Aku tidak menjadi pengacara dan bintang pengadilan, tak mengapa; bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi cukup."

Memang sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan kehidupanku yang boleh dikata serba kecukupan. Aku sudah mampu membeli rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Ke mana-mana ada mobil yang siap mengantarku. Pendek kata aku bangga bisa menjadi perempuan yang mandiri. Tidak lagi bergantung kepada orang tua. Bahkan kini sedikit-banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung. Sementara banyak kawan-kawanku yang sudah lulus kuliah, masih lontang-lantung mencari pekerjaan.

Kadang-kadang untuk sekadar menyenangkan orang tua, aku mengundang mereka dari kampung. Ibuku yang biasanya nyinyir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku ini-itu, kini tampak seperti sudah menganggapku benar-benar orang dewasa. Entah kenyataannya demikian atau hanya karena segan kepada anaknya yang kini sudah benar-benar hidup mandiri. Yang masih selalu ibu ingatkan, baik secara langsung atau melalui surat, ialah soal ibadah.

"Nduk, ibadah itu penting. Bagaimana pun sibukmu, salat jangan kamu abaikan!"

"Sempatkan membaca Quran yang pernah kau pelajari ketika di kampung dulu, agar tidak hilang."

"Bila kamu mempunyai rezeki lebih, jangan lupa bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim."

Ya, kalimat-kalimat semacam itulah yang masih sering beliau wiridkan. Mula-mula memang aku perhatikan; bahkan aku berusaha melaksanakan nasihat-nasihat itu, tapi dengan semakin meningkatnya volume kegiatanku, lama-lama aku justru risi dan menganggapnya angin lalu saja.

Sebagai artis tenar, tentu saja banyak orang yang mengidolakanku. Tapi ada seorang yang mengagumiku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang ini. Tidak. Ia tidak sekadar mengidolakanku. Dia menyintaiku habis-habisan. Ini ia tunjukkan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam even-even di mana aku tampil; ia juga setia menungguiku shoting film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan kangen.

Di antara mereka yang mengagumiku, lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihannya dan kesabarannya. Aku berhasil dipersuntingnya. Tidak perlu aku ceritakan betapa meriah pesta perkawinan kami ketika itu. Pers memberitakannya setiap hari hampir dua minggu penuh. Tentu saja yang paling bahagia adalah kedua orang tuaku yang memang sejak lama menghendaki aku segera mengakhiri masa lajangku yang menurut mereka mengkhawatirkan.

Begitulah, di awal-awal perkawinan, semua berjalan baik-baik saja. Setelah berbulan madu yang singkat, aku kembali menekuni kegiatanku seperti biasa. Suamiku pun tidak keberatan. Sampai akhirnya terjadi sesuatu yang benar-benar mengubah jalan hidupku.

Beberapa bulan setelah Ragil, anak keduaku, lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis moneter. Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi situasi yang memang tidak terduga ini. Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan. Perangainya berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang tersinggung. Bicaranya juga tidak seperti dulu, kini terasa sangat sinis dan kasar. Dia yang dulu jarang keluar malam, hampir setiap malam keluar dan baru pulang setelah dini hari. Entah apa saja yang dikerjakannya di luar sana. Beberapa kali kutanya dia selalu marah-marah, aku pun tak pernah lagi bertanya.

Untung, meskipun agak surut, aku masih terus mendapatkan kontrak pekerjaan. Sehingga, dengan sedikit menghemat, kebutuhan hidup sehari-hari tidak terlalu terganggu. Yang terganggu justru keharmonisan hubungan keluarga akibat perubahan perilaku suami. Sepertinya apa saja bisa menjadi masalah. Sepertinya apa saja yang aku lakukan, salah di mata suamiku. Sebaliknya menurutku justru dialah yang tak pernah melakukan hal-hal yang benar. Pertengkaran hampir terjadi setiap hari.

Mula-mula, aku mengalah. Aku tidak ingin anak-anak menyaksikan orang tua mereka bertengkar. Tapi lama-kelamaan aku tidak tahan. Dan anak-anak pun akhirnya sering mendengar teriakan-teriakan kasar dari mulut-mulut kedua orang tua mereka; sesuatu yang selama ini kami anggap tabu di rumah. Masya Allah. Aku tak bisa menahan tangisku setiap terbayang tatapan tak mengerti dari kedua anakku ketika menonton pertengkaran kedua orang tua mereka.

Sebenarnya sudah sering beberapa kawan sesama artis mengajakku mengikuti kegiatan yang mereka sebut sebagai pengajian atau siraman rohani. Mereka melaksanakan kegiatan itu secara rutin dan bertempat di rumah mereka secara bergilir. Tapi aku baru mulai tertarik bergabung dalam kegiatan ini setelah kemelut melanda rumah tanggaku. Apakah ini sekadar pelarian ataukah --mudah-mudahan-- memang merupakan hidayah Allah. Yang jelas aku merasa mendapatkan semacam kedamaian saat berada di tengah-tengah majelis pengajian. Ada sesuatu yang menyentuh kalbuku yang terdalam, baik ketika sang ustadz berbicara tentang kefanaan hidup di dunia ini dan kehidupan yang kekal kelak di akhirat, tentang kematian dan amal sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir.

Setelah itu, aku jadi sering merenung. Memikirkan tentang diriku sendiri dan kehidupanku. Aku tidak lagi melayani ajakan bertengkar suami. Atau tepatnya aku tidak mempunyai waktu untuk itu. Aku menjadi semakin rajin mengikuti pengajian; bukan hanya yang diselenggarakan kawan-kawan artis, tapi juga pengajian-pengajian lain termasuk yang diadakan di RT-ku. Tidak itu saja, aku juga getol membaca buku-buku keagamaan.

Waktuku pun tersita oleh kegiatan-kegiatan di luar rumah. Selain pekerjaanku sebagai artis, aku menikmati kegiatan-kegiatan pengajian. Apalagi setelah salah seorang ustadz mempercayaiku untuk menjadi "asisten"-nya. Bila dia berhalangan, aku dimintanya untuk mengisi pengajian. Inilah yang memicu semangatku untuk lebih getol membaca buku-buku keagamaan. O ya, aku belum menceritakan bahwa aku yang selama ini selalu mengikuti mode dan umumnya yang mengarah kepada penonjolan daya tarik tubuhku, sudah aku hentikan sejak kepulanganku dari umrah bersama kawan-kawan. Sejak itu aku senantiasa memakai busana muslimah yang menutup aurat. Malah jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan muslimat.

Ringkas cerita; dari sekadar sebagai artis, aku berkembang dan meningkat menjadi "tokoh masyarakat" yang diperhitungkan. Karena banyaknya ibu-ibu yang sering menanyakan kepadaku mengenai berbagai masalah keluarga, aku dan kawan-kawan pun mendirikan semacam biro konsultasi yang kami namakan "Biro Konsultasi Keluarga Sakinah Primadona". Aku pun harus memenuhi undangan-undangan --bukan sekadar menjadi "penarik minat" seperti dulu-- sebagai nara sumber dalam diskusi-diskusi tentang masalah-masalah keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan bahkan politik. Belum lagi banyaknya undangan dari panitia yang sengaja menyelenggarakan forum sekadar untuk memintaku berbicara tentang bagaimana perjalanan hidupku hingga dari artis bisa menjadi seperti sekarang ini.

Dengan statusku yang seperti itu dengan volume kegiatan kemasyarakatan yang sedemikian tinggi, kondisi kehidupan rumah tanggaku sendiri seperti yang sudah aku ceritakan, tentu semakin terabaikan. Aku sudah semakin jarang di rumah. Kalau pun di rumah, perhatianku semakin minim terhadap anak-anak; apalagi terhadap suami yang semakin menyebalkan saja kelakuannya. Dan terus terang, gara-gara suami, sebenarnyalah aku tidak kerasan lagi berada di rumahku sendiri.

Lalu terjadi sesuatu yang membuatku terpukul. Suatu hari, tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di kamar suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja. Semula aku diam saja, tapi hari-hari berikutnya kutemukan lagi dan lagi. Akhirnya aku pun menanyakan hal itu kepadanya. Mula-mula dia seperti kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji akan menghentikannya.

Namun beberapa lama kemudian aku terkejut setengah mati. Ketika aku baru naik mobil akan pergi untuk suatu urusan, sopirku memperlihatkan bungkusan dan berkata: "Ini milik siapa, Bu?"

"Apa itu?" tanyaku tak mengerti.
"Ini barang berbahaya, Bu," sahutnya khawatir, "Ini ganja. Bisa gawat bila ketahuan!"
"Masya Allah!" Aku mengelus dadaku. Sampai sopir kami tahu ada barang semacam ini. Ini sudah keterlaluan.

Setelah aku musnahkan barang itu, aku segera menemui suamiku dan berbicara sambil menangis. Lagi-lagi dia mengaku dan berjanji kapok, tak akan lagi menyentuh barang haram itu. Tapi seperti sudah aku duga, setelah itu aku masih selalu menemukan barang itu di kamarnya. Aku sempat berpikir, jangan-jangan kelakuannya yang kasar itu akibat kecanduannya mengonsumsi barang berbahaya itu. Lebih jauh aku mengkhawatirkan pengaruhnya terhadap anak-anak.

Terus terang aku sudah tidak tahan lagi. Memang terpikir keras olehku untuk meminta cerai saja, demi kemaslahatanku dan terutama kemaslahatan anak-anakku. Namun seiring maraknya tren kawin-cerai di kalangan artis, banyak pihak terutama fans-fansku yang menyatakan kagum dan memuji-muji keharmonisan kehidupan rumah tanggaku. Bagaimana mereka ini bila tiba-tiba mendengar --dan pasti akan mendengar-- idolanya yang konsultan keluarga sakinah ini bercerai? Yang lebih penting lagi adalah akibatnya pada masa depan anak-anakku. Aku sudah sering mendengar tentang nasib buruk yang menimpa anak-anak orang tua yang bercerai. Aku bingung.

Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus mengorbankan rumah tanggaku demi kegiatan kemasyarakatanku, ataukah sebaiknya aku menghentikan kegiatan kemasyarakatan demi keutuhan rumah tanggaku? Atau bagaimana? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing!***























Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010

ARTI SEORANG SAHABAT

Ris dan Rini merupakan sepasang sahabat karib yang sangat kental. Dimana dan kemana pun, mereka senantiasa saling berbagi suka maupun duka bersama walau keadaan ekonomi orang tua mereka saling berlainan satu sama lain, namun itu tidak mengurangi eratnya jalinan persahabatan diantara keduanya. Bahkan Ris sudah meng-anggap Rini tak lebih sebagai saudara sendiri.
Seperti biasa bila istirahat, Ris mengajak Rini menuju kekantin dibelakang sekolah. Biasa ……………….tempat para pelajar mangkal, kantin telah ramai oleh anak – anak yang memang ingin melepaskan haus karena panas yang hari itu memang terasa auzubilah sekali, saling berhimpitan dan berjubel untuk mendapatkan yang pertama yang berdesak – desakan bagai pengunjung “ bioskop mimbar” sebenarnya kantin di sekolah SMP itu berjumlah lebih dari tiga buah tapi semuanya sudah penuh.
“ semua penuh Ris ………” kata Rini
“ Ya, mau bagaimana lagi kalau haus begini bisa – bisa aku mati kehausan saut Ris, Ris memang sudah tidak kuat untuk menahan rasa haus lebih lama lagi, keadaan begini lebih baik bila dibandingkan di rumah saya untuk satu gelas air minum saja mesti antrian berjam – jam.
Rini hanyalah menanggapi dengan sebuah anggukan kepala perkataan dari Ris tadi. Saat itu lah Rini seperti diinggatkan pada suatu kenyataan yang sedang terjadi pada keluarganya yang serba kekurangan, namun kedua orang tuanya tetap bekerja keras untuk membiayai sekolah adik – adiknya dan juga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari – hari sedangkan dirinya sendiri untuk sekolah dan hidup saja orang tua Ris yang mesti membiayai, untung ada orang tua Ris kalau tidak ada mereka belum tentu Rini mampu bersekolah seperti ini.
Akhirnya setelah beberapa saat menunggu mereka memasuki salah satu kantin yang berjejer di belakang sekolahnya keadaan mulai sepi, tidak ramai dan sesak seperti tadi setelah memesan minuman, Ris dan Rini mengambil tempat duduk yang letaknya agak menyudut sambil menunggu pesanan yang memang agak lama di hidangkan, Ris mengambil satu pisang goreng yang berada didepannya sedangkan Rini hanya diam saja seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkan, Ris pun merasa heran juga melihat perubahan pada sikap Rini itu.
Ada apa denganmu, Rini??” Tanya Ris kepada Rini setelah pisang goreng yang di makannya itu habis, namun Rini tetap diam
“ Diam Ya Diam, tapi jangan bengong saja, Nih, Enak…… Kok.” Kata Ris sambil menggajukan sepiring pisang goreng.
Hari itu, dua jam pelajaran terakhir adalah pelajaran Biologi. Agaknya Pak Yanto, guru biologi itu sedang ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkannya hanya sebuah catatan saja yang diberikan kapada Jaka yang sebagai ketua kelas kami. Tidak biasanya Pak Yanto meninggalkan tugas mengajar anak didiknya tanpa ada hal yang benar – benar memaksanya. Pak Yanto adalah salah seorang pendidik yang memiliki disiplin kuat pada tugas yang diembannya.
Rini yang kebetulan menjadi sekretaris dikelasnya, menerima perintah dari jaka untuk mencatatkan di papan tulis. Tak berapa lama, kelasnya itu rasanya berubah menjadi pasar pagi, ada yang lempar – lempar kampur, ada yang bercerita berkumpul seperti diskusi, namun ada pula beberapa anak yang setia mencatat apa yang ditulis Rini di papan tullis.
Jaka tak berhenti – hentinya memperingatkan agar tidak ramai dan ia maju kedepan kelas sambil tanggannya menggebrak meja, namun suara mereka tak dapat dihentikan
Brak!!!!!!!!
“ kalau kalian masih menganggap saya sebagai ketua kelas, patuhi perintah ini kalau kalian mau, catat apa yang ditulis di papan tulis. Kalau tidak, jangan membuat ribut, saya kira kalian bukanlah anak kecil lagi yang sedikit – sedikit minta dituntun, sedikitlah mau mengerti pada keadaan saya yakin bukan catatan yang lebih penting. Kalian boleh tidak mencatat tugas ini, tapi jangan menggangu mereka yang sedang mencatat!!! Tegas jaka.
Semua terdiam rupanya jaka masih memilki sebuah wibawa yang cukup besar di kelas itu, kelas yang tadinya begitu ramai, kini sepi dan hening. Tak lama kemudian Bel tanda waktu sekolah berakhir telah berbunyi mereka berebut ingin cepat – cepat sambil keluar kelas terutama anak – anak lelaki yang tampak begitu tergesa – gesa tanpa menghiraukan yang lainnya asal senggol saja.
Rini yang baru saja selesai membersihkan tangannya karena bekas – bekas kapur tulis yang menempel di telapak tangannya, segera menghampiri sahabatnya yang masih setia menuggu. Ris dan Rini tengah berjalan sambil menunggu angkutan umum untuk pulang kerumah masing – masing. Tiba – tiba ada sepeda motor yang menghampiri mereka berdua, ternyata Dodi, jadikan kita pulang bersama…..??? Tanya Dodi……sama Ris ( Ris hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya kebawah), tidak apa – apakan Rini kamu pulang sendiri, ia tidak apa – apa kata Rini, tak lama kemudian akhirnya Ris mau pulang bersama Dodi.
“ Dodi jangan salahkan aku bila tiba – tiba saja kamu diputuskan oleh pacarmu, “ kata perempuan itu
“pacarku yang mana, Dodi???? “ jawabnya sambil tersenyum memandangi wajah Ris lewat kaca spion……….
Satu jam lamanya mereka dalam perjalanan. Akhirnya tiba dirumah Ris yang begitu megah, Ris masuk kerumah sedangkan Dodi langsung pulang. Tak lama kemudian Rini juga sampai dirumah, secara tak sengaja Rini mendengar percakapan kedua orang tuanya sambil dia melepaskan sepatu untuk masuk kerumah. Akhirnya Rini mengurungkan niatnya untuk melangkahkan kakinya kerumah.
“ Baik sekali ya Pak Bu………… orang tua Ris mau meminjamkan kita uang untuk modal membuka usaha,, ia kata ibu…. Tapi Pak kata orang tua Ris tadi
“ Biarlah anak – anak kita tidak mengetahui hal ini…..orang tua Ris tidak mau hubungan Rini dengan Ris berubah, kalau Rini tahu bantuan ini maka persahabatan Rini dan Ris tidak lagi bersahabat secara tulus cukup antara orang tua saja yang mengetahui hal ini.
Beberapa lama kemudian Rini langsung masuk rumah tanpa mengucapkan salam……Rini langsung bertanya kepada ibunya ,” sambil marah – marah , dari mana Bapak dapat modal, hingga dapat membuka usaha ini Bu………..??” Tanya Rini kepada ibunya.
“ ibunya berusaha menjawab pertanyaan Rini dengan lembut dan penuh kasih sayang orang tua itu mengusap rambut anaknya, agar rahasia mereka tidak diketahui Rini.(pada hal Rini sudah mengetahui perbincangan antara kedua orang tuanya).
“ Ia Bapak mendapat petunjuk dari tetangga kita, dia menyarankan agar kita meminjam di Bank saja, kenapa mau pinjam di Bank ibu……. kata Rini dengan “nada suara yang keras”, karena kalau kita pinjam uang tsb, bagaimana kita membayar bunganya bu…, kita kan ada tujuan meminjam uang untuk buka usaha. Jadi kita bayar bunganya setiap bulan dari keuntungan kita Rini, kata ibunya dengan lemah lembut, tetapi Rini tetap tidak setuju kedua orang tuanya pinjam uang bank karena menurut dia bukannya meringankan beban keluarga malahan membesarkan beban keluarganya. Mendengar pejelasan dari ibunya tadi Rini pura – pura tidak mengetahui apa masalah yang ada antara orang tuanya dengan orang Ris. Rini bertanya seperti itu kapada ibunya agar ibunya tidak curiga. Rini mensesali langkah kedua orang tuanya menerima uang bantuan dari orang tua Ris, mereka sudah membiayai dirinya sekolah saja sudah berterimah kasih sekali. Tapi hal ini jangan sampai tau Ris, kalau dia tau aku merasa tidak enak dengan dia.
Besok harinya Ris dan Rini bertemu di sekolah, ketika Rini ketemu dengan Ris raut wajah Rini begitu kusam dan sedih seperti ada masalah, kenapa kamu Rini (kata Ris), tdak apa – apa sudahlah tidak bisa kamu bohongi melihat wajah kamu saja sudah tahu kalau kamu ada masalah, kalau kamu memang masih menganggapku sebagai sahabat ceritakanlah beban mu, setelah Rini bercerita masalah apa yang dihadapinya,(tapi Rini tidak bercerita sebenarnya dengan Ris), Ris langsung memeluk sahabatnya, kini dia mengerti rahasia yang dipendamkan Rini tentu amatlah berarti, Ris sebagai sahabat Rini yang paling baik berusaha menenangkan Rini untuk menapak masa depan.                                                 




Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010






COWOK TEBAL MUKA

Rasa percaya diri tak hanya milik cowok ganteng, tapi juga milik Danu. Setelah bosan dengan cewek-cewek di sekolahnya, kini dia mencari cewek di sekolah lain. Dengan berbekal tebal muka, Danu berusaha menggaet cewek di sekolah barunya. Tak urung usahanya mendapatkan hasil. Namun apa yang akan terjadi selanjutnya, “Eeeeeehhh……….. malahan Danu di marah-marah oleh orang tua cewek itu sialan, sial banget hidupku hari ini ………..ah……..ah, tak lama kemudian Bu Sofi masuk ruang kelas. Seorang cowok mengikutinya. Setelah bicara sebentar, guru sejarah itu meminta cowok yang berwajah menggelikan dan bertubuh pendekar, alias pendek dan kekar itu untuk memperkenalkan diri. Rupanya murid baru itu bernama Danu Wijaya. Berasal dari sebuah sekolahnya pun jauh di sana. Hetty, seorang siswa yang suka usil dan berlaga preman senang bukan main. Berarti dia punya kerjaan baru yang mengasyikan.
Rupanya tak hanya Hetty, cewek lainnya juga tersenyum. Danu yang berbekal tebal muka bermaksud menyalami seluruh murid, terutama cewek yang dianggapnya paling cakep, dengan menyebut nama dan status orang tuanya sebagai pengusaha. Kerlingan mata dan kissby tak lepas dari ulahnya. Ulah Danu mengundang tawa. Baru belasan murid saja, Bu Sofi menghentikannya. Kalau menyalami semua murid, maka habislah jam pelajarannya, begitu alasannya. Setelah duduk, Danu tak henti memperhatikan seisi kelas, tak peduli dengan yang lainnya. Siska, cewek tercantik menjadi yang pertama. Sambil melambaian tangan, dia tersenyum. Namun Siska segera mencibir. Jesika juga tak lepas dari pandangannya, dengan lambaian tangan dan senyuman. Demikian juga dengan cewek lainnya. Saat memandang Hetty,Danu tersenyum. Namun dia terkejut, saat melambaikan tangan, ternyata Hetty mengacungkan kepala tangan.
Dengan nekad, Danu ke rumah Siska. Bukan malam minggu tapi malam jum’at. Pisang, singkok dan kepala, bekal dari kampung dibawanya. Sebenarnya Siska malas menemui Danu, tapi karena ingat dengan rencana Hetty, akhirnya dia tak punya jalan lain. Selain itu Danu gigih menunggunya.dengan meminjam sang rembulan, rayuan maut pun meluncur cepat seperti meteor jatuh ke bumi. Saat Danu merayu, Siska nelpon teman. Danu kecewa, ternyata jawaban Siska bukan untuknya, tapi untuk temannya.
Jesika jadi sasaran berikutnya. Danu tahu kalau cewek tercantik kedua itu suka menunggu adiknya di taman kota. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Dia duduk samping Jesika dan memulai obrolannya. Seperti Siska, Jesika juga malas melayani cowok tah tahu diri itu, namun karena ingat dengan rencana besarnya, dia tak beranjak dari tempatnya. Dengan meminjam keindahan bunga-bunga, rayuan maut pun mengalir seperti air sungai. Tanpa diketahui Danu, Jesika meninggalkan Danu. Danu baru tersadar saat ada seseorang yang mengatakannya gila. Tak hanya itu belasan orang pun mengeruminya.
Kini giliran Mona yang jadi sasarannya. Air laut yang membiru dan anginnya yang kencang menjadi saksinya. Di hamparan pasir putih, Danu berdiri di balakang Mona. Laut yang membiru dan angin yang kencang serta perahu yang mendayu menjadi sarana bagi Danu untuk mengeluarkan rayuannya. Mona tak beranjak dari tempatnya hingga Danu nampak semakin gencar merayu, dengan segala kemampuannya. Namun Danu kecewa, ternyata yang dirayu itu bukan Mona. Tetapi seorang bencong yang kebetulan bentuk tubuh dan bajunya sama dengan Mona. Sedangkan Mona, Siska, Jesika dan Hetty tak tahan menahan tawa.
Sebuah SMS Siska cukup menjadi modal kepercayaan diri bahwa Siska sudah naksir pada Danu. Makanya dia senang sekali ternyata Mona mau diajak makan di sebuah restoran besar. Segera dia meluncur ke sana. Sebuah meja besar telah tersedia. Danu menyilahkan Siska untuk memesan makanan juga. Lebih terkejut lagi ketika melihat Mona dan beberapa orang temannya.
Tak ada yang lain dalam benak Danu saat duduk dikelilingi cewek-cewek cantik itu kecuali hitungan harga makanan yang telah tersaji dan jumlah uang di kantongnya. Danu tak bisa diam dan makan pun tak berselera lagi. Ingin rasanya dia lari, namun tangan kokoh Hetty menekan pundaknya.Tiba-tibadia bersin. Semua menjadi kaget dan tangan Hetty terjatuh. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Danu meminta ijin ke belakang.
Siska, Jesika dan yang lainnya, terutama Hetty heran. Danu belum muncul lagi.mereka menduga,Danu kabur. Benar saja setelah hampir setengah jam, cowok kampung itu tidak kelihatan batang hidungnya.Hetty meminta teman-temannya untuk mengumpulkan uang.namun permintaan itu di tolak. Karena sesuai perjanjian bila terjadi sesuatu,Hetty yang akan menanggung akibatnya. Hetty menghitung uangnya, namun dia meringis.Akhirnya dia harus rela BlackBerry kesayangannya di tinggal sebagai jaminan [Niar].                   



Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010






KESETIAAN IBU

“Tadi Ibu ku dikenalin sama cewek-cewek kecentilan gendangnya Bapak, “ujar Ibu lesu sambil duduk di depanku. Aku yang mencerna kata-kata Ibu barusan dikenalin sama cewek? Pada hal tadi sudah magrib Ibu sama Bapak pamitnya kan keluar mau jalan sambil cari tas. Aku malah mikirnya tadi Ibu sama Bapak mau nostalgia lagi, ngulang masa muda biar tetap romantis, tapi kok malah dikenalin cewek lain!!!!, dulu menurut pamanku Bapak dan Ibu menikah karena di jodohkan orang tuanya. Ibu hampir menolak karena Bapak punya kebiasaan buruk, kebiasaan yang membuat semua perempuan pasti menolak karena Bapak dulu seorang yang senang mabuk di masa mudanya.
Tapi akhirnya ibu mau juga, selain karena faktor geografis yang secara kekeluargaan sudah sangat mengenal satu sama lain, Ibu juga berharap Bapak akan berubah setelah minikah. Ternyata setelah menikah Bapak tidak berubah tapi malah tambah parah, bukan hanya minum kebiasaan buruk bapak juga mulai merambah wilayah baru yaitu perempuan, perempuan-perempuan muda alias cewek-cewek ABG yang di kenalnya di café-café dan tempat hiburan malam lainnya. Awalnya mungkin hanya kenal perempuan di café, tapi karena usaha bapak makin maju dan pergaulannya makin luas sampai-sampai di lapangan golf, salon plus-plus pun di rambah dengan alasan karena berhubungan dengan pekerjaan,
” Gimana Bapak mau dapet proyek kalo Bapak diem di rumah aja. Bapak kan harus kasi sevis bagus buat bos A,B,C biar semua urusan lancar.” Begitu pembelaan Bapak. Ibu yang hanya berpendidikan SD, itu tentu sangat masuk akal dari penjelasan Bapak tadi. Ibu selalu menerima kenyatan bahwa lahan bisnis Bapak memang harus di barengi dengan hal-hal seperti itu,, meski sebetulnya hati beliau sangat berat juga. Awalnya Ibu tidak menerima begitu saja , rasa cemburunya memompakan semangat kuat untuk mengimbangi mobilitas Bapak yang terus naik.
Lalu mulailah Ibu mengikuti pertualangan Bapak. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, tapi usaha Ibu untuk mendampingi Bapak sebagai Istri sekaligus perempuan yang pantas mendampingi direktur sebuah perusahaan konstruksi, kelihatannya banyak menemui rintangan. Tidak lebih dari sebulan. Ibu mengundurkan diri,
“Ibu malas ah, capek ngikuti Bapak, kalau miting sama bos Ibu gak ngerti apa yang di omongin, yo mending di rumah aja lah. Seiring pengunduran dirinya untuk selalu mendampingi Bapak, Ibu tak lagi ikut fitness, atau datang ke salon.
Ketabahan Ibu kian teruji, setelah belasan bahkan hampir puluhan tahun menikah Ibu tetap kokoh dalam kerapuannya. Ibu mencoba selalu tegar, dalam keadaan bagaimanapun rumah tangganya, juga remuk redam hatinya bila mengingat tingkah laku Bapak yang tak berubah. Pernah suatu ketika aku mendapati Ibu sedang menitikkan air mata, Ibu yang waktu itu lagi duduk santai cepat-cepat menghapus butir-butir bening di pipinya.” Ibu inget dulu sebelum menikah dengan Bapak, sebenarnya dulu ada pemuda baik-baik yang mau sama Ibu, tapi karena orang tua akhirnya Ibu menikah dengan Bapak. Ibu gak nyesal, Memang ini garis yang harus Ibu jalani.”, Ibu cuma bisa berdoa supaya Bapak masih bisa dikasi kesempatan tobat sama Allah.”
Tetapi bukannya bertobat seperti yang diharapkan Ibu, kelakuan Bapak, dan mendengar suara perempuan yang menangis tersedu seraya mengabarkan kalu dirinya tengah berbadan dua. Ibu pun tak mampu berkata. Sampai Bapak yang tiba-tiba mengambil alih telepon dan berkata kasar tak semestinya. Entah siapa yang berdusta. Bapak malah membentak-bentak perempuan itu dan mengatakan bahwa ia tak punya hak merusak rumah tangganya dengan Ibu. Tapi semuanya tidak menggentarkan Ibu. Ibu mengikhlaskan Bapak jika ingin menikahi wanita itu atau siapapun yang diinginkan Bapak. Ini semata-mata agar Bapak tidak terus dalam kubangan zina. Tapi nenek mengancam akan bunuh diri jika Bapak menikah lagi, pernah ketika suatu soreh aku dan teman sedang on the way, tiba-tiba ada seorang gadis di pinggir jalan yang melambaikan tangan menghentikan mobil kami. Aku mengentikan laju kendaraannya dan membuka kaca, tapi perempuan itu cepat-cepat mintak maaf setelah tahu bahwa aku bukan orang yang dia maksud.”Maaf, saya kira Bang Hasan.”
Aku kaget. Bagaimana mingkin perempuan itu mengenal mobil kami sebagai mobil yang selalu di bawah Bapak. dan lebih gila lagi perempuan yang paling-paling masih berusia dua puluh tahun itu memanggil Bapak dengan sebutan ‘Bang’, pada hal gadis itu nyata-nyata lebih pantas menjadi adikku. Secara tidak langsung aku mendengar percakapn Bapak dengan seorang ‘perempuannya’ lewat telepon. Wah, aku yang anak saja panas, apalagi jika Ibu yang mendengar?, semuanya pasti jadi berantakan sekarang ja Bapak sama Ibu sering bertengkar, aku yakin Ibu ’sakit’ luar biasa. Namun Ibu begitu sabar. Rasa cemburunya benar-benar bisa dikendalikannyadengan baik.
Memang sering kali kudengar Bapak memuju-muji Ibu di hadapan rekan-rekan bisnisnya bahkan, supir taksi langganan Bapak di kota kami pun pernah ngomong itu ke aku. “ Istri Pak Hasan baik banget ya, mbak .”Ujarnya. Aku balik bertanya dari mana dia tahu.
“Pak Hasan sendiri yang sering bercerita ke saya kalau istrinya sangat-sangat luar biasa, tidak ada perempuan di dunia ini yang melebihi kebaika Ibu.” Ibu sendiri tak lagi ikut campur urusan Bapak. Bagi Ibu, siapa yang melakukan perbuatan jelek, dia sendiri yang akan menanggung dosanya. Cukup Ibu mengingat Bapak. Ibu Cuma punya doa yang tak pernah putus untuk Bapak.

Seperti satu ketika ada kerabat Bapak yang silatuhim ke rumah. Entah maksud goyun atau apa tamu itu nyeletuk, “Bapak ini awet muda ya Bu.”
Langsung Ibu nyahut,” Ya iyalah, wong pacarnya aja banyak dimana-mana. Pergaulannya sama abg-abg, ya Bapak ketularan mudanya.”
Mungkin bagi orang itu tidak lebih dari guyonan. Tapi sebagai keluarga aku tahu pasti bahwa apa yang di katakan Ibu adalah murni keluar dari lubuk hati terdalam. Banyaknya kesedihan dan asa yang kian tak berujung membuat Ibu berencana menunaikan ibadah haji bulan September ini . Tapi tak ingin Ibu bersama Bapak. Ibu menginginkan kesendirian dalam perjalanannya, Ibu menginginkan ibadah dengan kesempurnaan jiwa sebagai manusia dhaif, memohon petunjuk untuk segala kebaikan keluarga dan hidupnya
Tapi sebelum berangkat Ibu menyempatkan beli keperluan apa yang di butuhkan hari ini. Lagi-lagi hatinya terluka jalan bersama Bapak sambil mencari tas yang akan dibawah berhaji, Ibu malah dikejutkan dengan cewek-cewek ABG yang ternyata memang sudah di atur Bapak untuk bertemu.
“Ini kawan Bapak pengen kenal sama Ibu,” cerita Ibu padaku segera setelah sampai dirumah, semuanya pada satu muara, mengoyak rasa. Mencabik-cabik hatinya sebagai perempuan. Tapi Ibu memang luar biasa, tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari bibir Ibu, Ibu malah dengan lembut mengingatkan Bapak untuk berubah, Ibu cuma bisa mendoakan saja, moga-moga Allah masih mau membuka hati Bapak untuk berubah.
Keberangkatan Ibu hampir tiba, Bapak kelihatan sibuk juga menjelang keberangkatn Ibu. Sepertinya Bapak memang menyediakan waktu khusus, banyak yang mengantar keberangkatan Ibu ke asrama haji, Bapak malah kelihatan bersemangat sekali Aku bersama keluarga yang lainnya diburu-burunyaagar cepat-cepat bersiap. Usai magrib setibahnya kami dirumah, Bapak keluar lagi sendiri, kebetulan aku langsung mengikuti mobil Bapak, tapi belum satu jam, tiba-itba aku baru saja bertemu Bapak dengan cewek ABGnya yang juga sedang berbelanja duren. Astagfirullah.
Kembali aku teringat wajah wajah Ibu yang banyak sekali menyimpan keteduhan. Mungkin terlalu sederhana kalau aku bilang ini mungkin takdir yang harus Ibu jalani. Tapi aku sungguh percaya, bahwa Allah tidak akan pernah menguji hambanya diluar batas kemampuannya. Jika saatnya tiba, jika ketidak berdayaan itu datang, Allah akan menunjukkan cara lain yang lebih indah untuk Ibu jalani. Walau tak harus disini, di dunia ini.                                         



Nama : Epa Susanti
Nim     :2007112010




NASIB SEORANG PEMULUNG

Pak Hasan adalah seorang pemulung yang hidup sendiri tampa keluarga sedangkan temannya seorang pemulung juga yang bernama Pak Fikri yang hidup bercukupan keluarga, walaupun secara materi sama nasib seperti Pak Hasan. Seiring perkembangan peradaban manusia dalam tuntutan modernisasi dan globalisasi, gedung pencakar langit, rumah-rumah yang mewah, sedangkan rumah Pak Hasan seperti tempat tinggal kambing yang hanya beratap daun-daun, yang berdinding bambu, Pak Hasan merasa negeri ini sudah moderen sekali, ketika dia melamun pada malam hari di depan bangunan kecil dengan cat warna kusam hidup ini  seperti tiada arti.
Ketika seorang pejabat yang selalu berpoyah-poyah apa yang ia miliki, tetapi nasib rakyatnya terlantar, untuk sesuap nasi saja harus mencari barang bekas dari kotak sampah satu ke kotak sampah lainnya yang menurut orang-orang tempat sampah, tempat yang  kotor, yang menjijikkan, iiiihhhh…..,bisa menyebabkan beberapa penyakit, namun tetap Pak Hasan harus jalani demi mendapatkan sepenggal nasi.
Matahari belum terbit Pak Hasan mulai bergegasan mencari barang bekas bersama temannya Pak Fikri dan anaknya Hendri, kalau bagi orang pejabat jam 5.30 WIB masih enak mmmoolor, namun bagi orang miskin sudah mulai berkerja kalau terlalu santai bisa-bisa diambil orang rezekinya, setibahnya tempat pencarian pertama sekali, Pak Hendri ingin bersama Pak Hasan saja berjalannya. Kemudian Pak Hasan bersama anak Pak Fikri yaitu Hendri bersalan berdua sedangkan Pak Fikri berjalan sendiri, satu demi persatu Pak Hasan dan Hendri mendapatkan barang bekas di sepanjang jalan pusat kota. “memang sudah takdir…pekerjaan ini tidak seimbang dengan tenaga dan waktu yang digunakan, sangat terharu ketika melihat seorang pemulung di jalan, Menahan kebutuhan hidup, seandainya terjadi pada diri ku, betapa kejamnya dunia, sebagai orang mampu kita selalu mensyukuri hidup dan memiliki kepekaan berbagai kasih saying dan rezeki dengan mereka yang kurang beruntung,”weni”
Pak Hasan dan Hendri sudah mendapatkan barang-barang bekas, hasil Pak Hasan begitu banyak sedangkan Hendri hanya mendapatkan tiga dari pendapat Pak Hasan karena Hendri tidak terlalu bersunggu-sungguh dalam mencarian barang-barang bekas. Jarum jam sudah menunjukkan jam 12.00 WIB, waktunya beristirahat untuk makan siang, Pak Hasan dan Hendri makan siang bersama sambil duduk di bawah kayu yang rimbah, tiba-tiba datang seorang anak kecil yang minta-minta, lapar Pak ……lapar Pak……..lapar  Pak,” belum makan Ia nak “Pak Hasan”, belum jawab anak kecil itu, mari nak sini kita makan bersama tapi bapak tidak ada lauknya, hanya sekedar nasi saja,’ Ia tidak apa-apa pak, memangnya kamu pulang kemana??....”Saya tidak punya rumah pak, hidup saya menyelusuri jalan-jalan, terkadang kalau mau tidur, tidur di bawah kolong jembatan yang hanya di alasi kardus dan koran bekas,”kasian anak ini, Pak Hasan”, bagaimana kalau kamu ngikut bapak saja, terima kasih pak saya tidak ingin merepoti, Ia sudah tidak apa-apa nak, Ia bapak ninggal bentar dulu Ia…….,memangnya bapak ingin kemana??, bapak ingin buang air kecil dulu, kamu di sini saja bersama nak Hendri” Pak Hasan”, maaf pak saya juga mau pulang!!!!.......mau kemana??, saya mau pulang pak, Ia sudah hati-hati di jalan.
 Setelah anak itu pergi dan Pak Hasan pun pergi membuang air kecil. Hendri yang begitu akrap dengan Pak Hasan, diam-diam membawa barang bekas Pak Hasan, tak lama kemudian Pak Hasan kembali ke tempat peistirahatnya tadi, Hendri………Hendri………..Hendri…..,pergi kemana anak itu, secara tak sengaja Pak Hasan melintasi tempat dia meletakkan barang bekas tadi, astafirllah kemana barang yang di letakkan sini kok hilang, eeeeeehhhmmm……. Pasti Hendri bawaknya. Pak Hasan pun langsung meninggalkan tempat tsb. Datang di rumah Ia mandi dan istirahat sebentar, sekitar jam 5 soreh, Pak Hasan menyempatkan dirinya ketempat tinggal Pak Fikri sebagai orang tua Hendri sekalian ingin menanyakan kejadian tadi.
Assalammualaikum ………….”
“Ya siapa ?.......”
“Saya bu………”
“Tunggu sebentar ya………….”
“Oh……..Pak Hasan………….”
Ada perlu apa Pak…………....’
”Tidak apa-apa” hanya ingin ketemu dengan Pak Fikri”
“Oh ada, silakan masuk pak, silahkan duduk Pak”
Dua menit kemudian Pak Fikri menyapa Pak Hasan
“Pa kabar Pak”
“Baik”
Pak Hasan tampa panjang lebar bercerita, langsung menanyakan apa yang terjadi ketika dia berjalan mencari barang bekas sama Hendri, gini Pak bukannya saya menuduh anak bapak yang mencuri barang milik saya ”kata Pak Hasan” Aaahh mana mungkin Pak Hasan, mungkin bapak salah lupa meletaknya, mana mungkin anak saya yang membawanya. Tidak Pak Fikri, tadi sewaktu saya membuang air kecil yang dekat barang-barang saya hanya ada Hendri, mana mungkin anak saya seperi itu” Pak Fikri masih tidak percaya kata-kata Pak Hasan tadi, dia tahu benar sifat anaknya  tidak mungkin dia seperti itu,sedangkan sifatnya di rumah saja diam sekali tidak seperti anak-anak yang lain, selalu membantu orang tuanya, kalau Hendri butuh apa-apa dia selalu bilang, terutama kalau dia butuh uang. Bapak jangan sembarangan menuduh anak saya lau tidak ada bukti.
Akhirnya terjadilah pertengkaran antara Pak Hasan dan Pak Fikri, sudah Pak …….sudah “kata ibu istri dari Pak Fikri, sambil dia menangis-nanggis, melihat suaminya berkelahian dengan Pak Hasan, tetapi yang lebih parah terluka Pak Hasan dengan 7 tusukan di dadanya  karena Pak Hasan tidak melawan pukulan dari Pak Fikri, Pak Hasan langsung di bawak kerumah sakit oleh warga setempat sedangkan Pak Fikri kabur entah dimana keberadaannya, tetapi malang nasib Pak Hasan nyawanya tak dapat tertolong lagi.                                    



Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010



PEREMPUAN-PERMPUAN PERKASA

Ibu Nisa merupakan seorang perempuan yang perkasa, yang menanggung beban sendiri dengan tiga anak setiap pagi pukul empat pagi dia bergegas pergi kepasasr membeli sayur untuk berjualan, setiap hari ibu Nisa berjualan  masuk komplek-komplek perumahan menjual sayurnya ssedangkan suaminya Pak Rudi sakit lumpuh tidak bisa apa-apa mau makan saja di Bantu anaknya mika, ibu Nisa jadi seorang tulang punggung dalam kelurganya, tetapi dia tidak mengenal putus asa atau capek yang penting mencari uang halal.”eehh Bu Nisa tidak malu apa berjualan setiap hari, lau saya malu dong di lihat tetangga-tetangga ‘kata Bu Ita’, tidak bu saya kan mencari uang yang jujur tidak maling ‘jawab Bu Nisa, sombong sekali Bu itu  ‘jawab Bu lain’ sudah bu, tidak apa-apa tapikan bu wanita seperti harus di kasih pelajaran mentang-mentang istri pak Rt. Ibu Nisa pulang dari jual sayur setiap hari pulang sekitar jam sepuluh pagi, anak ibu Nisa, Lia dan Ayu menghampiri ibunya pulang dari berjualan dan membantu membereskan sayur-sayur yang bersisa, sedangkan anak ibu Nisa, Citra masih sekolah, kini citra duduk di kursi kelas 2 SMA, setiap pulang sekolah citra berjualan kue buatan ibunya.
Teman-temannya salah satu temanya bernama Rita merasa kagum melihat citra, Rita sering curhat ma mamanya, mama Rita ingin bercerita, ingin mengungkapkan kesan saya terhadap keuletan dan kerajinan kawan saya ma ‘kata ika’, keuletan dan kerajinan citra sebagai seorang remaja yang tumbuh di zaman modern ini, sungguh mengagumkan ma, kesan yang paling umum bahwa remaja masa kini, bersikap tak acuh, suka berhura-hura dan mengantungkan diri pada orang lain tidak ditemukan pada penampilan kesehariannya citra yang berusia 17 tahun itu, remaja berkulit putih, rambut lurus sebahu, dan bermata sifit, ini menjalani setiap waktunya dengan gembira, meskipun banyak tugas sehari-hari yang harus di selesaikannya, kehidupan keluarganya pun bisa di katakan cukup walaupun ada beberapa hal yang belum memenuhi kebutuhan keluarganya. Tapi citra punya tekad untuk membantu orang tuanya mengumpulkan biaya kuliahnya kelak dari sekarang.
Aktivitas citra sehari-hari di mulai pukul satu siag dini hari dengan mengemas kue-kue yang buat ibunya. Citra membawa kue-kue itu saat berangkat sekolah dan mengantarkannya kesetiap tokoh kue yang memasarkannya, sepulang sekolah citra kembali mengambil kotak-kotak yang telah kosong. Keesokan hari di bawaknya lagi kotak-kotak itu dengan kue yang baru lagi
Citra tiap hari selalu di ejek oleh teman-temannya yang lainnya di tempat sekolah, namun citra tetap tegar walaupun hatinya sakit, pedih. Malam pun tiba ibu nisa lagi makan bersama adik-adiknya dekat ayahnya yang terbaring lemah, kenapa sih bu hidup kita susah seperti ini, citra malu dengan teman-teman citra yang rumahnya megah dan kesekolah bermobil sendiri …….., ngucap nak kenapa kamu bicara seperti itu, mungkin Allah sudah menentukan jalan hidup kita seperti ini. Tapi, bu coba ibu dan ayah selalu bekerja keras tidak bermalas-malas dan tidak sakit pasti kita sudah kaya, kata citra kepada ibunya, kurang ajar sekali kamu nak berbicara di depan keluarga dan adik-adik mu masih kecil seperti itu, kamu anak kurang ajar, bila kamu tidak senang dan merasa malu mengikuti orang tuamu, sekarang kamu pergi jangan pernah pulang kerumah lagi ’kata ibunya dengan perasaan kesal’, lebih baik citra pergi bu………….dari pada tinggal dirumah yang kumu ini. Mau kemana malam ini citra mulai bingung mau tidur kemana malam ini, suasana sepih dan menakutkan ,aaahhhhhhh……….aaahhh lebih baik pergi ketempat Rita , tapi kira-kira mau tidak dia menghampiri aku kerumahnya, ya Allah ampunilah dosa-dosa ku sudah melewan orang tua ku sendiri ‘ kata citra’. Akhirnya setelah kejadian itu citra mintak maaf kepada orang tuanya.                       

        











BENCI JADI SAHABAT


Aku mengenalnya saat ia masuk diSMA ku pada catur wulan 2,ia pindahan dari palembang.Anaknya ganteng dan keren banyak yang menyukainya terutama teman-teman cewek sekelas ku.Ia pernah memenangkan olimpiade basket Se-indonesia pada tingkatan SMA,prestasi disekolah akan mata pelajaran MTK ia jagonya selalu rengking pertama.Ia anak salah satu yayasan disekolah ku,sikap angkuh dan tingkahnya membuat aku benci sekali dengan dirinya membuat aku benci sekali dengan dirinya mungkin karena ia anak orang penting disekolah ku.
“Hei liat-liat dong!Ada orang tau”Aku melotot saat ia melintas didepan ku dan menginjak kaki ku yang saat itu sedang aku luruskan karena letih saat pelajaran olah raga.
Ia menoleh dan wajahnya sangat menyebalkan dengan ekspresi yang datar
Ia pergi begitu saja tampamengucapkan map pada ku.
“Dasar idiot”Aku memakinya dengan rutukan dan emosi,wajah ku pun memerah padam karena kesal.
Itulah kenapa aku benci sekali padanya.Tapi kenapa teman-teman ku malah mengaguminya dengan wajah yang datar dan sifat yang dingin pada siapa saja dengan kecuekannya malah membuat ia dikatakan keren.
“Ih,keren banget sech……dia,bikin penasaran deh?”Teman cewek sekelas ku berguman saat ia lewat didepan kelas ku.
“Hei,apa keren ya sombong kayak gitu,buta ya kalian?tidak pernah ia memperdulikan kalian walau secuil sekalipun dengan kebaikan kalian”Aku menimpali sambil melemparkan kertas didepan mereka agar mereka tersadar akan khayalan mereka akan dirinya.
“Hu…lo tu yang buta dia keren kayak gitu,wajar dong dia kan anak orang penting disekolah kita dan juga pinter……banget main basket,aku suka banget tau”Dengan wajah tak setuju mendengar perkataan ku akan kejelekan-kejelekan yang ku katakana tentang idola mereka.
“Terserah dech”Aku berguman berlalu dari hadapan mereka menuju kantin sekolah ku.
Setiba aku dikantin kuliat ia lagi makan sendirian dipojok paling depan,itu kan tempat aku? Guman ku sambil berjalan mendekatinya.
“He,silakan pergi ya!soalnya ini tempat ada yang punya!”Aku menyuruhnya pergi dari tempat dimana aku sering duduk dan makan disitu.
Ia tidak menyahut diam dan cuek seperti tidak ada suara ku didengarnya.
“He,lo dengar ngak,budek lo nya?”Aku marah dan membentaknya.
Ia menoleh sambil berkata “Tempat ini bukan milik lo,dan juga tempat yang lain sudah pada penuh “Ia melihat sekeliling kantin dan melanjutkan makannya.
Aku melihat sekeliling ,memang benar tidak ada tempat yang kosong kecuali ditempat ini,aku menghela napas .Karena aku sudah lapar sekali akhirnya aku memutuskan untuk memesan makanan dari pada bertengkar dengannya.
Sejak kejadian itu aku dan dia menjadi sering makan bareng pada waktu istirahat.Banyak anak-anak menjadi aneh dan memanggil ku “penghianat”karena pada awal nya aku benci banget dengannya,sebenarnya aku males makan bareng dengannya tapi ia selalu cuek dan selalu makan ditempat dimana aku nyaman duduk dan makan disana.
Pernah suatu hari aku mau ketabrak mobil saat mau menyeberangi jalan menuju kesekolah ia dengan sigap menarik ku kepinggir,kebetulan ia baru datang memakirkan motornya diparkiran sekolah ia melihat ku pada saat itu.
Aku berteriak “Ah……………”Aku melihat arah mobil yang melaju cepat kearah ku tapi,ada sesuatu yang kurasakan menarik tubuh ku kepinggir
“Liat-liat kalo mau nyebrang,begok”Ia menatap ku
Aku melihatnya dengan sayup karena badan ku tiba-tiba saja lemas.
Sejak itulah aku menjadi hutang budi dan akhirnya sejak sering bersamanya karena selalu kebetulan aku dan diamenjadi rekan didalam semua tugas sekolah.Akhirnya aku tak peduli akan anggapan ku benci dengannya teryata semua salah prediksiku tentangnya  karena sering bersamanya aku banyak tau tentangnya,kini aku dengan dia bersahabat tak perduli kata orang lain walau diantara aku dengan dia pun sering terjadi keributan dan selalu terjadi kejailan tapi itu lah sahabat pasti ada pahit manisnya dalam persahabatan .Akhirnya aku tau sebelum kita menponis seseorang kita harus tau dulu siapa dia baru dapat menyimpulkan nya. ’_* @   
SEBENING KASIH SARAH

Pagi masih mengantuk saat enak membuka  jendela kamar Hena.Harum melati menyeruak masuk.kebeningan pagi serasa asri dengan tetes embun yang masih bercengkerama dengan dedaunan.matahari belum sempurna mengepakkan sayap agungnya.
Hena masih mendengkur halus.usai sholat shubuh tadi,Hena kembali terlelap.ia merasa sangat lelah lahir batin.gaun hijau muda seksi itu,juga kado ulang tahun yang tak terbeli,semua membuatnya pusing.
O-o,ia ingin sekali berbaur pada warna-warni gaun pesta gemerlap,ngobrol tentang ponsel terbaur,majalah-majalah yang oke punya untuk dibahas,atau tentang agenda libur nanti………
“Sudah siang,sayang .Bangunlah!”emaknya menyentuh pipi Hena halus.
Hena membuka mata,namun segera menutupnya lagi lantas berbalik memunggungi emaknya.
“Bangunlah,sayang”
Emaknya keheranan,biasanya,seusai sholat shubuh bersama,Hena langsung beraktivitas.tapi pagi ini Hena sangat lesu “Hena marah pada emak?”
Hena tersentak .mengapa emak bertanya begitu?Hn,dalam beberapa mingu-mingu ini emaknya memang amat perasa,sikap hena yang kurang suka emak mengenakan jilbab agaknya berpengaruh pada hari-harinya .Hena memang beranggapan wanita yang mengenakan jilbab biasanya akan sombong,tak peduli dengan lingkungan,jarang seyum ,dan bergaul hanya pada sesama pemakai jilbab.seperti sarah ,kawan sekelasnya yang kaya dan kaya dan cerdas itu,tak pernah ber-say hello padanya .bah!
“Emak jangan bilang begitu”Hena duduk dipinggir ranjang.Tiga menit kemudian diraihnya handuk dan berjalan kekamar mandi .dua puluh menit berikutnya ia siap menunggu angkot didepan gang rumahnya,setelah menghirup teh manis buatan emak.
Pagi itu kebisuan menyergap hena dan emak .Hena merasa aneh,kenapaia tiba-tiba merasa sebel sendiri?
Tin….tin….tin….!!
Hena menatap opel blazer metalik dihadapannya,seraut wajah mungil bersih muncul dari kaca jendela,tersenyum padanya .sarah,gadis jilbab itu!
“Assalamualaikum,Hena.”Sarah memberi salam .
“wa’laikum salam .”Hena menjawab ketus dan kaku .He,gadis sombong itu ….tumben menyapanya.
“Rumah mu di gang sejahtera itu?”Tanya sarah.
“ya”
“oh”
“kau?tumben lewat jalan ini?”
“kami pindah ke sidomulyo.baru minggu ini.Hm,aku baru tahu jalan rumahmu searah dengan rumahku.pulang nanti bareng ,ya?”
Hena tak menjawab .ia tak antusias menanggapi .mungkin sarah sekedar basa-basi kerena tak ada pembicaraan lain.
“Kamu kok pendiam banget,hen?”Sarah menatap hena,ia tersenyum saat hena kembali mengangkat bahu.
“Hen,mau nggak menemani aku pulang nanti?kita mampir ke toko Alif, mencari kopiah dan sarung .ada anak panti yang khitanan besok,”sarah berucap lagi
“ Khitanan ?anak panti ?”Hena menatap sarah .dan ia terkejut melihat mata bening itu jernih,damai dan tidak terlihat sedikit pun kesombongan.
“He-eh,”Sarah mengangguk “ya…,kalau nggak keberatan dan tentu bila nggak ada acara lain.”
“Kamu suka ke panti asuhan ?”
“Aku kan dari sana ,Hen.”
“Kau …?”Hen kembali terkejut .ia meneliti wajah disampingnya .ada kejujuran disana berikut disana berikut keterbukaan .
“ Bukankah Erwin Wijaya yang pengusaha ternama itu papa kamu ?dan Zendra Zeth ahli kecantikan itu mama kamu?”Hena bengong .
“Papa Erwin dan Mama Zen orang tua angkat ku.mereka sangat baik .hanya Allah yang dapat membalas kebaikan dan keiklasan mereka memelihara ku.”
“Jadi?”Ternganga tak sadar.
“Aku dipelihara sejak kecil/bayi .jujur hen ,aku pengen bangrt bisa ketemu sama kedua orang tua kanndungku.tapi…”Kalimat sarah mengantung .sesaat bisu lagi .sarah bersikap biasa ,yang grogi malah hena .
“Kapan khitanannya?”Hena mengusir kebisuan ,mencoba mencairkan suasana sementara mobil yang mereka tumpangi hampir sampai disekolah .
“Besok pagi .malamnya syukuran .“
“Lho,bareng ulang tahun Marini?kau nggak datang?”
“Aku akan kirim doa saja buat Marini .”
“Kau tak mengirim kado?”Hena heran.
“Doa lebih baik dari apapun .Hena.Bukankah agama kita tak pernah mengajarkan ulang tahun dengan cara meniup lilin?”
Hena terdiam .Diliriknya jilbab sarah.tiba-tiba ia merasa malu.padahal sejak kemarin,hatinya dikurung kegelisaan tentang ulang tahun yang meriah.juga tentang pesta gemerlap,kado warna-warni gaun seksi…
“Aku boleh ikut ke panti ,sarah?”
“Nggak ada yang melarang .aku senang sekali jika kau ikut.ku jemput esok,ya?Nah,catat alamatmu yang lengkap,biar aku tak tersesat mencari rumah mu.”Sarah menyodorkan buku dan pulpen.senyumnya teramat manis,menjanjikan persahabatan.
Tiba-tiba hena merasa sangat akrab dengan gadis jilbab yang divonisnya sombong itu.
@@@
Hena membuang undangan mungil itu .ia sudah melupakan sebuah pesta dirumah Marini yang megah,berikut gaun hijau seksi ,maupun uang sebesar enam ratus ribu rupiah itu.uang sejumlah itu lebih pantas digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang menumpuk,dari pada untuk membeli baju.
Tiba-tiba dadanya plong .alangkah bodoh memikirkan pesta gemerlap lampu disko itu .ia berusaha melupakan agenda libur hura-hura,juga semua yang selama ini mengganggu pikiran .sarah benar,doa lebih berarti dari segalanya .
Usai sholat magrib,diciumnya tangan emak dengan mata yang agak sembab betapa ia sangat berdosa meratap nasib,dan ia tahu ,nasibnya lebih baik dari pad sarah .masih memiliki ibu kandung ,sementara sarah tidak ,ah!
Seharian ini hena dipenuhi kejutan.ia menemani sarah ketoko Alif ,toko khusus menjual busana muslim dikawasan mall lembuswana .hena sempat melihat gaun seksi itu masih ada discounter lainnya .terpanjang indah menggada.Tapi ,hm…ia kehilangan selera .tak berniat lagi.
“Ini bagus untukmu”sarah menunjukkan busana muslim ditubuh patung model .”Aku belikan untuk mu.”
“Tapi…”
“Sudahlah.kita bersahabat ,kan?”
“Nggak terlalu cepat ?Apa pantas aku jadi sahabat mu ?”
Sarah tertawa .giginya yang putih tanpak gemilang ,”Kamu lucu ,Hen .Apa persahabatan itu harus memilih ?”
Hena kembali mengangkat bahu,”Kamu baik sekali ,sarah”
“Jangan memuji.”
“Aku menyesal mencapmu sombong,Abis …kau kaya ,cantik,dan juga cerdas.kau memiliki segalanya .gaulmu juga dengan orang-orang pilihan .”
“Ah ,apa yang aku miliki bukan kepunyaan ku.kamu keliru .justru kamu memiliki apa yang nggak aku punya ,kamu masih pumya ibu kandung ,sementaraa aku enggak .Hen,aku pengen banget ketemu Ibu dan Ayah ku…”
“Sarah maap nya?”Aku buat kamu sedih.”
“Nggak ,aku seneng kejujuranmu.”Sarah menepuk punggungtangan Hena,mereka pun tertawa bersama.
Hena menyesal ,kenapa tidak dari dulu ia mencoba bersahabat dengan sarah?sehari bersamanya terasa sudah kenal berpuluh-puluh tahun lamanya .ia familiar,tidak seperti yang diduga,sombong.@@@
Hena tersenyum didepan cermin .ia mencoba busana muslim pemberian sarah .Ha….cantik juga teryata .lebih dari pada gaun hijau yang memamerkan punggung dan dada .O-o,untung saya ia tak memiliki uang untuk membeli gaun itu .kalau tidak…
“Cantik sekali ,sayang.”Emak Hena muncul dikamar dan tersenyum melihat hena berbusana tertutup.
“Emak jangan membuat Hena malu,dong…!”
“Benar ,emak nggak bodoh.”
Hena tersipu,sesungguhnya benar juga .ia lebih cantik dengan rumah tertutup jilbab.@@@
“Mama……”
Panggilan halus itu terdengar lemah .kamar ku dirumah sakit bisu dalam keheningan ,terbelah dengan dari bibir sarah.
“Ya,sayang ,mama disini”Mama Zend memegang tangan sarah ,doanya khusyukdan panjang untuk keselamatan sarah malam itu.
Sarah terbaring lemah,setelah pingsan dalam acara khitanan anak panti.dan kini mata itu terbuka,senyum bibirnya menghapus rasa menghapus rasa sakit yang dirasanya.
“Sarah haus,mama….”Ucapan lirih dan ia sekali lagi tersenyum saat menangkap wajah ibu cahya ,siang kepala panti asuhan ada didekatnya ,juga ada hena.
“Cantik sekali engkau hen,”Sarah masih sempat komentar ,waktu terdengar sangat lemah.
“Terima kasih,sarah .ini baju yang kamu belikan ,”
Sekali lagi sarah tersenyum .begitu manis .Tapi Hena justru ingin menangis ,Ah..kenapa kesempatan untuk bersama sarah begitu singkat ?Tak boleh kah ia menikmati lebih lama ? ya Allah ,tak bolehkah Hena bersahabat lebih lama?
Leukemia ,yah penyakit itu yang divoniskan dokter pada sarah pada sarah .yang katanya telah lama menghuni tubuh sarah .sarah sendiri tak tahu telah lama menderita penyakit itu yang jelas ,penyakit itu membuat sarah sering tidak masuk sekolah atau pingsan mendadak.
Kini sarah hanya bisa terbaring lemah .hal ini benar-benar membuat hena ter haru.lebih-lebih mengingat keramahan dan kebaikan sarah yang bagai berpuluh-puluh tahun mengenalnya.
Ya Allah ,berikan kesembuhansarah .aku masih ingin merajut hari barsamanya.aku ingin belajar tentang indahnya islam bersamaya.
Tapi langit semakin gelap ,angin pun enggan berbisik .tiggallah suasana sedih dan penuh harap untuk kesembuhan sarah yang masih terbaring lemah ,dikamar serba putih itu.@@@
Pak Erwin ……!”Kata Dr.Edy tiba-tuba.Ditepuknya bahu pengusaha itu.senyum dokter itu mengambang.
“Subhanallah,putri bapak bukan leukemia.tapi…..”
“Tapia pa,Dokter?”Tanya Pak Erwin
“Anemia ,Pak ,Anemia yang diderita sarah ,bukan leukemia!Diaknosa dan hasil tes di lab kemarin keliru .saya malah yakin kalau hasilnya tertukar.”
“Ya Allah…..”Aku langsung terpekik bahagia dan buru-buru aku masuk kekamar sarah bersama Dr.Edy dan Pak Erwin
“Jangan khawatir ,sarah akan baik-baik .sekarang proses penyembuhan saja.”
Dan keheningan ruangan itu mendadak hilang,dipenuhi takbir dan  rasa syukur pada Allah .lebih-lebih mama Zend ,yang langsung menangis terharu dan memeluk sarah yang memang kelihatan lebih segar dari biasa dari hari-hari yang lalu entah karena kaget dengan pernyataan Dr.Edy atau merasa ini suatu merasa ini suatu keajaiban .sibhanallah.
Hena mengusap matanya yang berair .Ya Allah ,ini bagaikan sebuah keajaiban ,”Terimakasih ,kau mendengar permintaan ku ,ya Allah ,untuk bersahabat lebih lama dengan gadis berjilbab ini.”
Sebening kasih sarah,yang membuatnya harus belajar banyak tentang indahnya islam.   




Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010
KESETIAAN IBU

“Tadi Ibu ku dikenalin sama cewek-cewek kecentilan gendangnya Bapak, “ujar Ibu lesu sambil duduk di depanku. Aku yang mencerna kata-kata Ibu barusan dikenalin sama cewek? Pada hal tadi sudah magrib Ibu sama Bapak pamitnya kan keluar mau jalan sambil cari tas. Aku malah mikirnya tadi Ibu sama Bapak mau nostalgia lagi, ngulang masa muda biar tetap romantis, tapi kok malah dikenalin cewek lain!!!!, dulu menurut pamanku Bapak dan Ibu menikah karena di jodohkan orang tuanya. Ibu hampir menolak karena Bapak punya kebiasaan buruk, kebiasaan yang membuat semua perempuan pasti menolak karena Bapak dulu seorang yang senang mabuk di masa mudanya.
Tapi akhirnya ibu mau juga, selain karena faktor geografis yang secara kekeluargaan sudah sangat mengenal satu sama lain, Ibu juga berharap Bapak akan berubah setelah minikah. Ternyata setelah menikah Bapak tidak berubah tapi malah tambah parah, bukan hanya minum kebiasaan buruk bapak juga mulai merambah wilayah baru yaitu perempuan, perempuan-perempuan muda alias cewek-cewek ABG yang di kenalnya di café-café dan tempat hiburan malam lainnya. Awalnya mungkin hanya kenal perempuan di café, tapi karena usaha bapak makin maju dan pergaulannya makin luas sampai-sampai di lapangan golf, salon plus-plus pun di rambah dengan alasan karena berhubungan dengan pekerjaan,
” Gimana Bapak mau dapet proyek kalo Bapak diem di rumah aja. Bapak kan harus kasi sevis bagus buat bos A,B,C biar semua urusan lancar.” Begitu pembelaan Bapak. Ibu yang hanya berpendidikan SD, itu tentu sangat masuk akal dari penjelasan Bapak tadi. Ibu selalu menerima kenyatan bahwa lahan bisnis Bapak memang harus di barengi dengan hal-hal seperti itu,, meski sebetulnya hati beliau sangat berat juga. Awalnya Ibu tidak menerima begitu saja , rasa cemburunya memompakan semangat kuat untuk mengimbangi mobilitas Bapak yang terus naik.
Lalu mulailah Ibu mengikuti pertualangan Bapak. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, tapi usaha Ibu untuk mendampingi Bapak sebagai Istri sekaligus perempuan yang pantas mendampingi direktur sebuah perusahaan konstruksi, kelihatannya banyak menemui rintangan. Tidak lebih dari sebulan. Ibu mengundurkan diri,
“Ibu malas ah, capek ngikuti Bapak, kalau miting sama bos Ibu gak ngerti apa yang di omongin, yo mending di rumah aja lah. Seiring pengunduran dirinya untuk selalu mendampingi Bapak, Ibu tak lagi ikut fitness, atau datang ke salon.
Ketabahan Ibu kian teruji, setelah belasan bahkan hampir puluhan tahun menikah Ibu tetap kokoh dalam kerapuannya. Ibu mencoba selalu tegar, dalam keadaan bagaimanapun rumah tangganya, juga remuk redam hatinya bila mengingat tingkah laku Bapak yang tak berubah. Pernah suatu ketika aku mendapati Ibu sedang menitikkan air mata, Ibu yang waktu itu lagi duduk santai cepat-cepat menghapus butir-butir bening di pipinya.” Ibu inget dulu sebelum menikah dengan Bapak, sebenarnya dulu ada pemuda baik-baik yang mau sama Ibu, tapi karena orang tua akhirnya Ibu menikah dengan Bapak. Ibu gak nyesal, Memang ini garis yang harus Ibu jalani.”, Ibu cuma bisa berdoa supaya Bapak masih bisa dikasi kesempatan tobat sama Allah.”
Tetapi bukannya bertobat seperti yang diharapkan Ibu, kelakuan Bapak, dan mendengar suara perempuan yang menangis tersedu seraya mengabarkan kalu dirinya tengah berbadan dua. Ibu pun tak mampu berkata. Sampai Bapak yang tiba-tiba mengambil alih telepon dan berkata kasar tak semestinya. Entah siapa yang berdusta. Bapak malah membentak-bentak perempuan itu dan mengatakan bahwa ia tak punya hak merusak rumah tangganya dengan Ibu. Tapi semuanya tidak menggentarkan Ibu. Ibu mengikhlaskan Bapak jika ingin menikahi wanita itu atau siapapun yang diinginkan Bapak. Ini semata-mata agar Bapak tidak terus dalam kubangan zina. Tapi nenek mengancam akan bunuh diri jika Bapak menikah lagi, pernah ketika suatu soreh aku dan teman sedang on the way, tiba-tiba ada seorang gadis di pinggir jalan yang melambaikan tangan menghentikan mobil kami. Aku mengentikan laju kendaraannya dan membuka kaca, tapi perempuan itu cepat-cepat mintak maaf setelah tahu bahwa aku bukan orang yang dia maksud.”Maaf, saya kira Bang Hasan.”
Aku kaget. Bagaimana mingkin perempuan itu mengenal mobil kami sebagai mobil yang selalu di bawah Bapak. dan lebih gila lagi perempuan yang paling-paling masih berusia dua puluh tahun itu memanggil Bapak dengan sebutan ‘Bang’, pada hal gadis itu nyata-nyata lebih pantas menjadi adikku. Secara tidak langsung aku mendengar percakapn Bapak dengan seorang ‘perempuannya’ lewat telepon. Wah, aku yang anak saja panas, apalagi jika Ibu yang mendengar?, semuanya pasti jadi berantakan sekarang ja Bapak sama Ibu sering bertengkar, aku yakin Ibu ’sakit’ luar biasa. Namun Ibu begitu sabar. Rasa cemburunya benar-benar bisa dikendalikannyadengan baik.
Memang sering kali kudengar Bapak memuju-muji Ibu di hadapan rekan-rekan bisnisnya bahkan, supir taksi langganan Bapak di kota kami pun pernah ngomong itu ke aku. “ Istri Pak Hasan baik banget ya, mbak .”Ujarnya. Aku balik bertanya dari mana dia tahu.
“Pak Hasan sendiri yang sering bercerita ke saya kalau istrinya sangat-sangat luar biasa, tidak ada perempuan di dunia ini yang melebihi kebaika Ibu.” Ibu sendiri tak lagi ikut campur urusan Bapak. Bagi Ibu, siapa yang melakukan perbuatan jelek, dia sendiri yang akan menanggung dosanya. Cukup Ibu mengingat Bapak. Ibu Cuma punya doa yang tak pernah putus untuk Bapak.

Seperti satu ketika ada kerabat Bapak yang silatuhim ke rumah. Entah maksud goyun atau apa tamu itu nyeletuk, “Bapak ini awet muda ya Bu.”
Langsung Ibu nyahut,” Ya iyalah, wong pacarnya aja banyak dimana-mana. Pergaulannya sama abg-abg, ya Bapak ketularan mudanya.”
Mungkin bagi orang itu tidak lebih dari guyonan. Tapi sebagai keluarga aku tahu pasti bahwa apa yang di katakan Ibu adalah murni keluar dari lubuk hati terdalam. Banyaknya kesedihan dan asa yang kian tak berujung membuat Ibu berencana menunaikan ibadah haji bulan September ini . Tapi tak ingin Ibu bersama Bapak. Ibu menginginkan kesendirian dalam perjalanannya, Ibu menginginkan ibadah dengan kesempurnaan jiwa sebagai manusia dhaif, memohon petunjuk untuk segala kebaikan keluarga dan hidupnya
Tapi sebelum berangkat Ibu menyempatkan beli keperluan apa yang di butuhkan hari ini. Lagi-lagi hatinya terluka jalan bersama Bapak sambil mencari tas yang akan dibawah berhaji, Ibu malah dikejutkan dengan cewek-cewek ABG yang ternyata memang sudah di atur Bapak untuk bertemu.
“Ini kawan Bapak pengen kenal sama Ibu,” cerita Ibu padaku segera setelah sampai dirumah, semuanya pada satu muara, mengoyak rasa. Mencabik-cabik hatinya sebagai perempuan. Tapi Ibu memang luar biasa, tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari bibir Ibu, Ibu malah dengan lembut mengingatkan Bapak untuk berubah, Ibu cuma bisa mendoakan saja, moga-moga Allah masih mau membuka hati Bapak untuk berubah.
Keberangkatan Ibu hampir tiba, Bapak kelihatan sibuk juga menjelang keberangkatn Ibu. Sepertinya Bapak memang menyediakan waktu khusus, banyak yang mengantar keberangkatan Ibu ke asrama haji, Bapak malah kelihatan bersemangat sekali Aku bersama keluarga yang lainnya diburu-burunyaagar cepat-cepat bersiap. Usai magrib setibahnya kami dirumah, Bapak keluar lagi sendiri, kebetulan aku langsung mengikuti mobil Bapak, tapi belum satu jam, tiba-itba aku baru saja bertemu Bapak dengan cewek ABGnya yang juga sedang berbelanja duren. Astagfirullah.
Kembali aku teringat wajah wajah Ibu yang banyak sekali menyimpan keteduhan. Mungkin terlalu sederhana kalau aku bilang ini mungkin takdir yang harus Ibu jalani. Tapi aku sungguh percaya, bahwa Allah tidak akan pernah menguji hambanya diluar batas kemampuannya. Jika saatnya tiba, jika ketidak berdayaan itu datang, Allah akan menunjukkan cara lain yang lebih indah untuk Ibu jalani. Walau tak harus disini, di dunia ini.                                         

Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010
COWOK TEBAL MUKA

Rasa percaya diri tak hanya milik cowok ganteng, tapi juga milik Danu. Setelah bosan dengan cewek-cewek di sekolahnya, kini dia mencari cewek di sekolah lain. Dengan berbekal tebal muka, Danu berusaha menggaet cewek di sekolah barunya. Tak urung usahanya mendapatkan hasil. Namun apa yang akan terjadi selanjutnya, “Eeeeeehhh……….. malahan Danu di marah-marah oleh orang tua cewek itu sialan, sial banget hidupku hari ini ………..ah……..ah, tak lama kemudian Bu Sofi masuk ruang kelas. Seorang cowok mengikutinya. Setelah bicara sebentar, guru sejarah itu meminta cowok yang berwajah menggelikan dan bertubuh pendekar, alias pendek dan kekar itu untuk memperkenalkan diri. Rupanya murid baru itu bernama Danu Wijaya. Berasal dari sebuah sekolahnya pun jauh di sana. Hetty, seorang siswa yang suka usil dan berlaga preman senang bukan main. Berarti dia punya kerjaan baru yang mengasyikan.
Rupanya tak hanya Hetty, cewek lainnya juga tersenyum. Danu yang berbekal tebal muka bermaksud menyalami seluruh murid, terutama cewek yang dianggapnya paling cakep, dengan menyebut nama dan status orang tuanya sebagai pengusaha. Kerlingan mata dan kissby tak lepas dari ulahnya. Ulah Danu mengundang tawa. Baru belasan murid saja, Bu Sofi menghentikannya. Kalau menyalami semua murid, maka habislah jam pelajarannya, begitu alasannya. Setelah duduk, Danu tak henti memperhatikan seisi kelas, tak peduli dengan yang lainnya. Siska, cewek tercantik menjadi yang pertama. Sambil melambaian tangan, dia tersenyum. Namun Siska segera mencibir. Jesika juga tak lepas dari pandangannya, dengan lambaian tangan dan senyuman. Demikian juga dengan cewek lainnya. Saat memandang Hetty,Danu tersenyum. Namun dia terkejut, saat melambaikan tangan, ternyata Hetty mengacungkan kepala tangan.
Dengan nekad, Danu ke rumah Siska. Bukan malam minggu tapi malam jum’at. Pisang, singkok dan kepala, bekal dari kampung dibawanya. Sebenarnya Siska malas menemui Danu, tapi karena ingat dengan rencana Hetty, akhirnya dia tak punya jalan lain. Selain itu Danu gigih menunggunya.dengan meminjam sang rembulan, rayuan maut pun meluncur cepat seperti meteor jatuh ke bumi. Saat Danu merayu, Siska nelpon teman. Danu kecewa, ternyata jawaban Siska bukan untuknya, tapi untuk temannya.
Jesika jadi sasaran berikutnya. Danu tahu kalau cewek tercantik kedua itu suka menunggu adiknya di taman kota. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Dia duduk samping Jesika dan memulai obrolannya. Seperti Siska, Jesika juga malas melayani cowok tah tahu diri itu, namun karena ingat dengan rencana besarnya, dia tak beranjak dari tempatnya. Dengan meminjam keindahan bunga-bunga, rayuan maut pun mengalir seperti air sungai. Tanpa diketahui Danu, Jesika meninggalkan Danu. Danu baru tersadar saat ada seseorang yang mengatakannya gila. Tak hanya itu belasan orang pun mengeruminya.
Kini giliran Mona yang jadi sasarannya. Air laut yang membiru dan anginnya yang kencang menjadi saksinya. Di hamparan pasir putih, Danu berdiri di balakang Mona. Laut yang membiru dan angin yang kencang serta perahu yang mendayu menjadi sarana bagi Danu untuk mengeluarkan rayuannya. Mona tak beranjak dari tempatnya hingga Danu nampak semakin gencar merayu, dengan segala kemampuannya. Namun Danu kecewa, ternyata yang dirayu itu bukan Mona. Tetapi seorang bencong yang kebetulan bentuk tubuh dan bajunya sama dengan Mona. Sedangkan Mona, Siska, Jesika dan Hetty tak tahan menahan tawa.
Sebuah SMS Siska cukup menjadi modal kepercayaan diri bahwa Siska sudah naksir pada Danu. Makanya dia senang sekali ternyata Mona mau diajak makan di sebuah restoran besar. Segera dia meluncur ke sana. Sebuah meja besar telah tersedia. Danu menyilahkan Siska untuk memesan makanan juga. Lebih terkejut lagi ketika melihat Mona dan beberapa orang temannya.
Tak ada yang lain dalam benak Danu saat duduk dikelilingi cewek-cewek cantik itu kecuali hitungan harga makanan yang telah tersaji dan jumlah uang di kantongnya. Danu tak bisa diam dan makan pun tak berselera lagi. Ingin rasanya dia lari, namun tangan kokoh Hetty menekan pundaknya.Tiba-tibadia bersin. Semua menjadi kaget dan tangan Hetty terjatuh. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Danu meminta ijin ke belakang.
Siska, Jesika dan yang lainnya, terutama Hetty heran. Danu belum muncul lagi.mereka menduga,Danu kabur. Benar saja setelah hampir setengah jam, cowok kampung itu tidak kelihatan batang hidungnya.Hetty meminta teman-temannya untuk mengumpulkan uang.namun permintaan itu di tolak. Karena sesuai perjanjian bila terjadi sesuatu,Hetty yang akan menanggung akibatnya. Hetty menghitung uangnya, namun dia meringis.Akhirnya dia harus rela BlackBerry kesayangannya di tinggal sebagai jaminan [Niar].                   


Nama : Epa Susanti
Nim    : 2007112010

ARTI SEORANG SAHABAT

Ris dan Rini merupakan sepasang sahabat karib yang sangat kental. Dimana dan kemana pun, mereka senantiasa saling berbagi suka maupun duka bersama walau keadaan ekonomi orang tua mereka saling berlainan satu sama lain, namun itu tidak mengurangi eratnya jalinan persahabatan diantara keduanya. Bahkan Ris sudah meng-anggap Rini tak lebih sebagai saudara sendiri.
Seperti biasa bila istirahat, Ris mengajak Rini menuju kekantin dibelakang sekolah. Biasa ……………….tempat para pelajar mangkal, kantin telah ramai oleh anak – anak yang memang ingin melepaskan haus karena panas yang hari itu memang terasa auzubilah sekali, saling berhimpitan dan berjubel untuk mendapatkan yang pertama yang berdesak – desakan bagai pengunjung “ bioskop mimbar” sebenarnya kantin di sekolah SMP itu berjumlah lebih dari tiga buah tapi semuanya sudah penuh.
“ semua penuh Ris ………” kata Rini
“ Ya, mau bagaimana lagi kalau haus begini bisa – bisa aku mati kehausan saut Ris, Ris memang sudah tidak kuat untuk menahan rasa haus lebih lama lagi, keadaan begini lebih baik bila dibandingkan di rumah saya untuk satu gelas air minum saja mesti antrian berjam – jam.
Rini hanyalah menanggapi dengan sebuah anggukan kepala perkataan dari Ris tadi. Saat itu lah Rini seperti diinggatkan pada suatu kenyataan yang sedang terjadi pada keluarganya yang serba kekurangan, namun kedua orang tuanya tetap bekerja keras untuk membiayai sekolah adik – adiknya dan juga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari – hari sedangkan dirinya sendiri untuk sekolah dan hidup saja orang tua Ris yang mesti membiayai, untung ada orang tua Ris kalau tidak ada mereka belum tentu Rini mampu bersekolah seperti ini.
Akhirnya setelah beberapa saat menunggu mereka memasuki salah satu kantin yang berjejer di belakang sekolahnya keadaan mulai sepi, tidak ramai dan sesak seperti tadi setelah memesan minuman, Ris dan Rini mengambil tempat duduk yang letaknya agak menyudut sambil menunggu pesanan yang memang agak lama di hidangkan, Ris mengambil satu pisang goreng yang berada didepannya sedangkan Rini hanya diam saja seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkan, Ris pun merasa heran juga melihat perubahan pada sikap Rini itu.
Ada apa denganmu, Rini??” Tanya Ris kepada Rini setelah pisang goreng yang di makannya itu habis, namun Rini tetap diam
“ Diam Ya Diam, tapi jangan bengong saja, Nih, Enak…… Kok.” Kata Ris sambil menggajukan sepiring pisang goreng.
Hari itu, dua jam pelajaran terakhir adalah pelajaran Biologi. Agaknya Pak Yanto, guru biologi itu sedang ada kepentingan yang tidak bisa ditinggalkannya hanya sebuah catatan saja yang diberikan kapada Jaka yang sebagai ketua kelas kami. Tidak biasanya Pak Yanto meninggalkan tugas mengajar anak didiknya tanpa ada hal yang benar – benar memaksanya. Pak Yanto adalah salah seorang pendidik yang memiliki disiplin kuat pada tugas yang diembannya.
Rini yang kebetulan menjadi sekretaris dikelasnya, menerima perintah dari jaka untuk mencatatkan di papan tulis. Tak berapa lama, kelasnya itu rasanya berubah menjadi pasar pagi, ada yang lempar – lempar kampur, ada yang bercerita berkumpul seperti diskusi, namun ada pula beberapa anak yang setia mencatat apa yang ditulis Rini di papan tullis.
Jaka tak berhenti – hentinya memperingatkan agar tidak ramai dan ia maju kedepan kelas sambil tanggannya menggebrak meja, namun suara mereka tak dapat dihentikan
Brak!!!!!!!!
“ kalau kalian masih menganggap saya sebagai ketua kelas, patuhi perintah ini kalau kalian mau, catat apa yang ditulis di papan tulis. Kalau tidak, jangan membuat ribut, saya kira kalian bukanlah anak kecil lagi yang sedikit – sedikit minta dituntun, sedikitlah mau mengerti pada keadaan saya yakin bukan catatan yang lebih penting. Kalian boleh tidak mencatat tugas ini, tapi jangan menggangu mereka yang sedang mencatat!!! Tegas jaka.
Semua terdiam rupanya jaka masih memilki sebuah wibawa yang cukup besar di kelas itu, kelas yang tadinya begitu ramai, kini sepi dan hening. Tak lama kemudian Bel tanda waktu sekolah berakhir telah berbunyi mereka berebut ingin cepat – cepat sambil keluar kelas terutama anak – anak lelaki yang tampak begitu tergesa – gesa tanpa menghiraukan yang lainnya asal senggol saja.
Rini yang baru saja selesai membersihkan tangannya karena bekas – bekas kapur tulis yang menempel di telapak tangannya, segera menghampiri sahabatnya yang masih setia menuggu. Ris dan Rini tengah berjalan sambil menunggu angkutan umum untuk pulang kerumah masing – masing. Tiba – tiba ada sepeda motor yang menghampiri mereka berdua, ternyata Dodi, jadikan kita pulang bersama…..??? Tanya Dodi……sama Ris ( Ris hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya kebawah), tidak apa – apakan Rini kamu pulang sendiri, ia tidak apa – apa kata Rini, tak lama kemudian akhirnya Ris mau pulang bersama Dodi.
“ Dodi jangan salahkan aku bila tiba – tiba saja kamu diputuskan oleh pacarmu, “ kata perempuan itu
“pacarku yang mana, Dodi???? “ jawabnya sambil tersenyum memandangi wajah Ris lewat kaca spion……….
Satu jam lamanya mereka dalam perjalanan. Akhirnya tiba dirumah Ris yang begitu megah, Ris masuk kerumah sedangkan Dodi langsung pulang. Tak lama kemudian Rini juga sampai dirumah, secara tak sengaja Rini mendengar percakapan kedua orang tuanya sambil dia melepaskan sepatu untuk masuk kerumah. Akhirnya Rini mengurungkan niatnya untuk melangkahkan kakinya kerumah.
“ Baik sekali ya Pak Bu………… orang tua Ris mau meminjamkan kita uang untuk modal membuka usaha,, ia kata ibu…. Tapi Pak kata orang tua Ris tadi
“ Biarlah anak – anak kita tidak mengetahui hal ini…..orang tua Ris tidak mau hubungan Rini dengan Ris berubah, kalau Rini tahu bantuan ini maka persahabatan Rini dan Ris tidak lagi bersahabat secara tulus cukup antara orang tua saja yang mengetahui hal ini.
Beberapa lama kemudian Rini langsung masuk rumah tanpa mengucapkan salam……Rini langsung bertanya kepada ibunya ,” sambil marah – marah , dari mana Bapak dapat modal, hingga dapat membuka usaha ini Bu………..??” Tanya Rini kepada ibunya.
“ ibunya berusaha menjawab pertanyaan Rini dengan lembut dan penuh kasih sayang orang tua itu mengusap rambut anaknya, agar rahasia mereka tidak diketahui Rini.(pada hal Rini sudah mengetahui perbincangan antara kedua orang tuanya).
“ Ia Bapak mendapat petunjuk dari tetangga kita, dia menyarankan agar kita meminjam di Bank saja, kenapa mau pinjam di Bank ibu……. kata Rini dengan “nada suara yang keras”, karena kalau kita pinjam uang tsb, bagaimana kita membayar bunganya bu…, kita kan ada tujuan meminjam uang untuk buka usaha. Jadi kita bayar bunganya setiap bulan dari keuntungan kita Rini, kata ibunya dengan lemah lembut, tetapi Rini tetap tidak setuju kedua orang tuanya pinjam uang bank karena menurut dia bukannya meringankan beban keluarga malahan membesarkan beban keluarganya. Mendengar pejelasan dari ibunya tadi Rini pura – pura tidak mengetahui apa masalah yang ada antara orang tuanya dengan orang Ris. Rini bertanya seperti itu kapada ibunya agar ibunya tidak curiga. Rini mensesali langkah kedua orang tuanya menerima uang bantuan dari orang tua Ris, mereka sudah membiayai dirinya sekolah saja sudah berterimah kasih sekali. Tapi hal ini jangan sampai tau Ris, kalau dia tau aku merasa tidak enak dengan dia.
Besok harinya Ris dan Rini bertemu di sekolah, ketika Rini ketemu dengan Ris raut wajah Rini begitu kusam dan sedih seperti ada masalah, kenapa kamu Rini (kata Ris), tdak apa – apa sudahlah tidak bisa kamu bohongi melihat wajah kamu saja sudah tahu kalau kamu ada masalah, kalau kamu memang masih menganggapku sebagai sahabat ceritakanlah beban mu, setelah Rini bercerita masalah apa yang dihadapinya,(tapi Rini tidak bercerita sebenarnya dengan Ris), Ris langsung memeluk sahabatnya, kini dia mengerti rahasia yang dipendamkan Rini tentu amatlah berarti, Ris sebagai sahabat Rini yang paling baik berusaha menenangkan Rini untuk menapak masa depan.                                                 








Cerpen
Gelombang Cinta di pinggiran Sungai Musi

Matahari pagi memancarkan amat sinarnya menyinari seluruh Palembang.Sungai musi yang lebar itu berkilau-kilauan seolah-olah cermin yang sangat besar.Ditengah –tengah berlabuhan kapal-kapal kecil yang sedang memulai aktifitas masing-masing.Ada yang sedang memancing ada juga yang sedang mengamen.
Sementara itu hari bertambah lama bertambah lama bertambah terang jua.Pada beberapa tempat kelihatan tangan yang putih mengulurkan timbah keair dari dalam rumah.Yasin tiada henti-hentinya memandang kerumah dekat dengan perahunya berlabuh itu.Matanya seolah-olah tertarik oleh rumah besar dan tinggi itu.
“puspa ! puspa !” Demikianlah keluar dari mulut yasin perlahan-perlahan hampir-hampir tidak kedengaran.
Perawan yang  baru bangun itu pun berdiri seketika dimuka pintu dan memandang kebawah dengan mata yang berkelipat.
“Trrrrrr ! bunyi kaki yang halus dan ringan turun ditangga dan seketika itu perawan yang jelita lenyap dari pandangannya.
Yasin terkejut karena perahunya terangguk-angguk maka dilihat nya hari telah siang dan matahari telah bersinar –sinar diantara rumah-rumah disebelah timur.Kemudian Yasin pun mengayunkan perahunya untuk pulang sesampainya dirumah pikiran Yasin tak tentu saja sebentar-sebentar ia berhenti bekerja, dan berpikir.Kalau disapa oleh ibunya atau oleh orang lain yang heran melihat dia tercengang itu, lalu bekerja pula dengan kemalu-maluan.Sesungguhnya Yasin telah jatuh cinta akan perawan itu dan sebab itu sesaat pun ia tidak lupa akan dia.
“Tidak, aku tidak boleh mencintai dia karena Amat dalam jurang yang menbedahkan aku dengan gadis yang kucinta itu”Bisik Yasin
Hari tidak panas lagi, matahari telah hampir terbenam diatas sungai musi amat banyak layang-layang seolah-olah burung yang besar-besar lanyaknya lalu bergantian malam yang sunyi.
Keesokan paginya puspa bangun seperti sedia ada diluar hari masih gelap.Tetapi disebelah timur telah tampak warna keungu-unguan seolah-olah utusan hari yang akan datang.Ia pun pergi untuk mandi.Tiba-tiba terdengar suara ibunya dari dalam.
“Puspa, cepat sedikit mandinya.”Kata ibunya
“Iya,bu!”jawab puspa
Selesai puspa mandi, ia tersenyum-senyum sediri.
“puspa, senang sekali kamu kelihatanya hari ini!” Kata ibunya sambil mengamati anaknya itu.
“Mmm, Nggak ada apa-apa kok bu,”jawab puspa dengan suara agak gugup.
Ia pun berjalan terus menuju kamar, lalu ibunya menegur dia dari belakang dengan suara yang lemah lembut.
“Nggak baik seorang gadis mandi selambat itu,”ujar ibunya
Perkataan ibunya tidak didengarnya, dia langsung masuk kamar dan berpakaian.Sejak ia berpandang-pandangan dengan Yasin dulu, tak pernah ia lupakan.Sebab hati nuraninya senantiasa berkata, bahwa ia akan bertemu kembali dengan pujaan hatinya itu.
Dalam gelombang cinta ia adalah puspa sadar, bahwa diantara dia dengan laki-laki yang dicintainya itu adalah terbentang seatu jurang yang dalam, yang tak mungkin tumbun.Karena puspa adalah anak seorang bangsawan yang orang tuanya hidup dalam keangkuhan.
 Tetapi hal itu tidak membuat puspa berhenti untuk mencintai Yasin.Matahari telah tinggi, dari tadi puspa hanya berdiri dimuka pintu dan memandang kebawah puspa terkejut ketika dilihatnya perahu yang ada di belakang rumah itu, maka diamati perahu itu dan benarkah apa yang dilihatnya itu.Perahu itu kepunyaan Yasin tidak disangka ia akan bertemu lagi dengan Yasin.
“Yasin,,,,,,,,,,,,,,,.!”Seru puspa dalam hati.
“Puspa, ada yang ingin akan katakan sama kamu.”Kata Yasin
“Apa   ?”Jawab Puspa
“Semenjak pertemuan kita pertama, aku selalu memikirkan mu.Aku,,,,,”
“Aku apa,,,,,?”potong puspa
“Mmmm,,,,,,”Puspa terdiam
Di bingung atas perkataan Yasin.Di satu sisi dia juga mencintai Yasin tapi dilain pihak orang tuanya menentang hubungan mereka.Orang tuanya telah menjodohkan ia dengan laki-laki pilihan yang dari keluarga bangsawan juga.
“Yasin,”Seru puspa berlahan-lahan.
“bukannya aku tidak mau menerima kamu, tapi,,,,”
“Kamu tidak mencintai aku Puspa,,,?”Kata Yasin.
“Tidak,,!”jawab puspa dengan gemetar.
“Maksud aku, bukan begitu, aku sangat mencintai kamu tapi aku telah dijodohkan oleh orang tua ku,.”puspa menambah perkataannya.
Yasin menarik napas panjang , dadanya penuh sesak.
“Maapkan aku , Yasin.”kata puspa
“Tidak, puspa kau tidak bersalah sedikit pun.”jawabYasin
“Aku akan mengalah dan akan pergi dari kehidupan kamu semoga kamu bahagia dengan laki-laki orng tua mu.”Seru Yasin.
Puspa hanya terdiam dan meneteskan air mata ketika Yasin pergi meninggalkannya.Ia sadar kalau Yasin adalah laki-laki yang dicintai walau pun terbentang jurang diantara mereka.Tetapi cinta Puspa dan Yasin akan selalu ada.
Selesai .


Karnya :Windy Arieska













Nilai Sebuah Persahabatan

Siang itu Nada sedang sibuk memasukan barang-barang yang diperlukannya kedalam koper  karena ia akan pergi kebandung bersama sahabat-sahabatnya.Salah seorang sahabatnya, Kika, akan menikah dan memimta mereka semua menjadi pagar ayu dan pagar bagus.
Pernikahannya akan berlangsung di Bandung karena calon suaminya orang Bandung, meskipun sekarang sudah bekerja disebuah perusahaan diJakarta.Jadi hari inilah Nada dan sahabat-sahabatnya pergi beramai-ramai ke Bandung.
Mereka menerima dengan senang hati karena sekalian main-main keBandung dan refresing.Apalagi biaya tranpot dan hotel tentunya 100%ditanggung oleh keluarga Kika.
Mereka akan sampai diBandung sore hari, lalu menginap dihotel lavita karena besoknya pagi-pagi sekali harus sudah bangun untuk meke-up, lalu mengikuti Akad nikah dimasjid dekat situ menggunakan adat sunda.Setelah itu resepsi juga dilaksanakan dihotel lavita.Tiba-tiba handphone Nada berbunyi dan Nada langsung mengkatnya.
“iya,sayang  ?”
“lagi ngapain  ?”tanya suara Randi diseberang.
“lagi beres-beres nih, bentar lagi dijemput,”
“semobil dong, pake mobil Doni, dia yang nyetir”
“terus siapa aja?”
“Aku, Nena, Helin, Doni, Angga, Ivan, sama si Item.Kita kan Cuma bertujuh, ada satu lagi pagar ayu dari keluarga Kika, situ.”
Ya udah, aku hari ini latihan ya, besok juga kuliah penuh kamu pulang besok apa lusa  ?”
“kayaknya sih besok.Tapi malem banget, paling nyampe disini subuh soalnya keluarga Kika juga nggak ngasih nginap semalem lagi.”
“siap bos.Entar aku smsin kamu ya disana,”
Mereka semua sampai diBandung pukul 5 sore.Cuacanya sangat dingin dan jalanan basah, menunjukan baru saja hujan .turun sekarang sudah berhenti .ketika mereka turun dari mobil, tercium bau tanah yang terguyur hujan.
Mereka disambut oleh Kika, ibu Kika, dan Ferdy,calon suaminya itu katanya, keluarga yang lain sedang beristirahat. Satu persatu langsung memberikan selamat kepad kedua calon mempelai.
“makasih ya, udah pad amau bantuin,”kata Kika         
“Iya sama-sama, namanya sahabat saling bantulah,”jawab Nada
Kika bersama ibu dan Ferdy langsung mengantar mereka semua ke hotel.Sesampainya didepan kamar hotel, Kika langsung berpesan sama sahabat –sahabatnya itu.
“besok jam setengah lima kalian harus udah bangun, mandi, entar ada perias dan yang bawain baju kebaya datang kekamar kalian, kan harus giliran jadi harus dari pagi, jam setengah delapan cepat turun kebawah ya, atau kurang deh, sarapan dulu.Akat nikahnya mulai setengah delapan.Oke”Intruksi Kika
“Iya ,,,,,,,,,,,,”jawab semua nya dengan sisa-sisa tenaga yang ada, masih berseri-seri meskipun badan pegal-pegal.
“ya udah ,kalian istirahat dulu ya,” kata ibu Kika. 
Wa, iya iya makasih tante,,,!!!”seru si Item
Ibu Kika dan Ferdy sudah melangkah pergi, tapi Kika hanya tertegun disana dengan sahabat-sahabatnya.
“Ayo,sayang,”panggil Ferdy.
“Iya.bentar,”sahut Kika.
Ferdy hanya tersenyum melihat Kika ingin kangen-kangen dengan sahabat-sahabatnya.Maklum sudah beberapa bulan mereka tidak bertemu.Mereka bersahabat sudah lama semenjak duduk dibangku SMP, jadi mereka kelihatan seperti saudara persahabatan mereka juga tidak ternilai dengan apa pun mereka saling bantu, saling peduli dan saling jujur satu sama lain.
Nada, Herlin,dan Nena masuk kekamar, mereka langsung membongkar isi koper.Seperti biasa meski mereka dua hari disini, itupun pakai kebaya, tapi bawaannya banyak.Dasar cewek, lenkap mulai dari baju tidur, meke-up, sampai cemilan-cemilan.Sesudah mereka bongkar isinya mereka sudah siap dengan dandanan dan kebaya yang dikenakan nya.Mereka senang bisa mendampingi Kika dalam acara pernikahannya.
“wah.Baru kali ini ya, kita bisamendampingi Kika diacara pernikahannya,”seru Neni
“Iya,”sahut Nada
“Uuuuuu,,,,,,,,,,,,,,,kalian ini,aku belum kepikiran buat nikah karena masih muda juga.”seru Nada
“Iya deh, entar kalau udah siap jangan lupa undang kita-kita ya.”goda Herlin
“pastilah, kalian orang yang pertama aku undang .”
Akhirnya acara pun selesai dan sorenya mereka berpamitan untuk pulang dengan Kika dan Ferdy.
“Kika, kita pulang dulu ya, semoga kalian bisa langgeng”kata Nada
“Amin, makasih ya,sering-sering main kesini kalau kalian nggak sibuk.
“Oke deh.”
“Ya.udah,kami jalan dulu ya.seru mereka serempak.
Nada merasa senang sekali karena bisa berkumpul dan mendampingi sahabatnya menikah.Dia bangga mempunyai sahabat-sahabat yang baik seperti Nena, Kika, Doni, dan si Item juga.Walau pun kadang-kadang mereka suka ngeselin tapi mereka juga sahabat yang selalu ada saat sedih dan senang.Itulah yang membuat persahabatan mereka selalu kompak termus.

Selesai.

Karya:Windy Arieska






Cerpen
Cinta Terhapus Waktu

            Sinar matahari membanjiri di tengah lapangan Universitas Widya Karya. Beberapa mahasisiwi yang lewat dilapangan itu sampai harus menutupi wajah mereka dengan binder berisi catatan-catatan kuliah yang mereka pegang. Sampai ada cewek yang berlari-lari disisi kiri lapangan. Si cewek itu ternyata Abel, dia berlari menuju kantin kampus. Sampai dikantin, Abel berhenti kira-kira tig langkah sebelum pintu masuk kantin dan menarik napas dalam-dalam.
Ada!” serunya riang dalam hati. Jantungnya berdebar-debar keras. “Duh, Tuhan … tolong Abel ya?” bisik Abel pada dirinya sendiri sambil mengelus-elus dada. Dia beranikan diri berjalan mendekat kearah meja yang paling pojok belakang kantin.
“ Eehm.. Ky?” Panggil Abel. Cowok itu namanya Coky, tapi cowok itu hanya mengangkat kepala dan dia menatap Abel lurus-lurus. Abel langsung jadi salah tingkah.
“ Ya?” Tanya Coky. Suaranya berat dan dingin.
“ Ehh…” Abel mengusap-usap kedua telapak tangannya.
“Aku Cuma mau ngasih tahu aja, komik Detektif Conan yang baru sudah keluar, nomor 28.” Lalu Coky mengangkat buku yang di bacanya diatas meja.
“Aku sudah beli,” kata Coky. “ Nih, aku lagi membacanya, tapi makasih ya sudah ingat buat ngasih tahu aku.” Abel hanya diam sambil senyum-senyum. Dia bingung mau ngomong apa.
“Mmm… ya sudah kalau begitu. Aku Cuma mau ngasih tahu aja kok, hehehe…” Abel menahan malu, lalu dia berjalan keluar sambil menahan malu setengah mati. Abel sendiri tidak tahu kenapa dia bisa suka sama cowok model Coky. Tapi kalau dilihat-lihat, Coky memang cukup ganteng sih. Dalam hatinya berkata, “ susahnya mau pedekate sama Coky.” Dia berinisiatif untuk mendekati Coky duluan.
            Sepulangnya dari kampus, Abel beristirahat sejenak. Dia melamun dikamar, ingatannya berputar kembali kekejadian tadi siang dikantin. Kemudian dia beranjak dari kamar dan menuju ruang keluarga. Dia berniat untuk nembak Coky sore ini. “ emang sih ini keputusan yang aneh tapi akan dicoba,” pikir Abel. Abel mondar-mandir diruangan keluarga, dia belum juga menelepon sekarang.
“ halo?”
“Eh … halo … bisa bicara dengan Coky?”
“dari siapa ini?”
“ Ehm … ini Abel … Isabel …”
“ sebentar ya.”
Abel menelan ludah. Dia kelihatan gugup dan bicaranya juga sedikit tergagap-gagap. Setelah terhubung dengan Coky, Abel beranikan diri untuk bicara sesuatu tentang isi hatinya.
“ Halo?” suara Coky.
Tuhkan Abel jadi grogi setengah mati.
Ada apa Bel ?”
“ Ehm… sebenarnya aku cuma mau nanya sama kamu! Kamu mau nggak jadi cowok aku?”
“ Hah? Kamu nembak aku,” Tanya Coky bingung.
Coky hanya diam, bingung memikirkan apa yang dikatakan Abel tadi. Dengan suara lantang Coky menjawab kalau dia tidak bisa terima Abel.
“ Wah, Bel, aku nggak bisa terima kamu.”
“ Mmm… kenapa? Tanya Abel lirih
“ Aku… aku lagi nggak pengen pacaran dulu aja, aku pengen konsen dulu ke kuliah.”
“ nggak apa-apa aku ngerti.”
Abel mnelan ludah. Alas an Coky benar-benar tidak masuk akal. Kemudian Abel menutup teleponnya. Air matanya sudah menetes, rasa cintanya ke cowok itu selama bertahun-tahun sia-sia saja. Kini hatinya sudah terluka dan mulai hari ini dia tidak akn cinta sama cowok manapun.
Waktu demi waktu telah berganti, tidak disangka Abel sudah mulai melupakan Coky. Rasa cintanya yang dulu sudah hilang. Abel sekarang sudah trauma suka sama cowok, dia takut terulang lagi seperti pengalamannya sama Coky yang dulu itu. Maka dari itu dia tidak sanggup kalau harus dibuat patah hati lagi sama cowok lain. Biarlah rasa cintanya sama Coky hilang terhapus oleh waktu. 
      Selesai                                                                                        .Karya :Windy Arieska



Sedalam Luka Lika

Ini semua dimulai dari marlin yang merayakan ultahnya yang ke-17 itu, Marlin mengundang teman-teman untuk jalan-jalan ke Pulau Bidadari naik kapal milik Bapaknya yang memang tajir. Tapi undangan itu khusus teman-teman dekat saja. Jumlahnya paling banyak 20 pasang, tapi ada syaratnya: teman yang di undang harus datang berpasangan.
Asye termasuk yang di undang. Dalam rangka itulah Boni menghampiri nya. Ketika Asye sedang duduk sendirian diruang tunggu studio.
“ Sye, udah terima undangan Marlin?” kata Boni ketika itu.
“udah.”
“kamu mau pergi?”
“iyalah. Nggak enak kalau nggak datang.’
“sama siapa kamu pergi?”
“entahlah, mungkin sama Udin.”
“Udin? Siapa itu?”
‘Teman,,,,, tetangga. Kenapa emangnya??”
“Ah nggak. Aku juga diundang tapi aku masih bingung mau jalan sama siapa, tadinya aku pikir sama kamu saja.”
Asye tersenyum.
“Sye, acara si Marlin itu dua minggui lagi masih banyak waktu buat kamu pikir-pikir. Kalau kamu berubah pikiran hubungi aku, ya? Buatku sih sudah mantap, aku pengen jalan sama kamu.”
Asye tersenyum lagi. Dua hari menjelang keberangkatan ke Pulau Boni menelepon Asye.
“Gimana Sye, jadi kamu berangkat dengan temanmu,,,siapa namanya??”
“Udin.”
“Ya itu, jadi ??”
Asye terdiam. Rupanya Asye sedang bimbang.
“mestinya sih jadi, tapi saya belum kontak lagi. Jadi enthlah,,,,,””

Keesokan pgi harinya pukul 8, langit diatas Perlabuhan Marina tampak cerah dan angina nya sepoi-sepoi. Sesampainya di demaga, anak-ank sedang ngumpul. Rata-rata mereka mengenakan jins, jaket dan kaca mata gelap. Kemudian sebuah taksi berhenti di ujung dermaga. Dari dalamnya muncul Asye. Asye datang bersama Asye datang bersama cowok jangkung, berkulit bersih, mengenakan jins dan jaket kulit. Bersama mereka ada seorang cewek mungil, cantik, dengan rambut ekor kuda. Bertiga mereka melangkah pelanmenelusuri galangan kapal menghampiri teman-teman yang duluan datang.
Kepada Malin, Asye mengenalkan teman-temannya.
“ Ini yang namanya lika, “ Kata Asye ketika Marlin salaman dengan cewek mungil berekor kuda.
Marlin menjabat tangan lika dengan ramah. Tiba-tiba perhatian anak-anaklalu beralih keujung dermaga. Ada taksi lagi, kali ini mucul Boni. Dia menghampiri anak-anak dengan mengumbar senyum. Tapi sebelum Boni mendekat Asye segera menyusulnya.
“Bon, maaf……kayaknya aku nggak bisa menamani kamu, soalnya Udin ikut.”
“ Boni menatap Asye tak mengerti.
“ Kalau ini sudah kenalkan ,” Asye meraih tangan Lika.
Boni tampak terpanah memandang Lika tampaknya dia grogi. Mereka berdiri saling berhadapan mata mereka saling bertatapan dan tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka. Kemudian Boni balik badan dan melangkah bergegas meninggalkan pelabuhan.
Jauh-jauh hari, sebenarnya Asye sudah tahu kalau yang namanya Boni itu play boy. Asye juga sebenarnya tahu nasib cewek-cewek yang jadi korban Boni. Termasuk Lika, saudara sepupuny. Cukup dalam luka Lika yang dirasakan oleh karena itu Lika yang lembut dan rentan itu sempat di rawat dirumah sakit.
Asye benar-benar kesal, maka dari itu ketika Boni tiba-tiba bermaksud merayunya juga. Asye melihat itu sebagai kesempatan baik untuk membalas sakit hati Lika. Dengan melihat Asye jalan Udin, Boni tentu merasa sakit hati tapi itu masih belum setimpal dengan luka Lika yang dirasakan .    

     Selesai
                                                               Karya : Windy Arieska






”Cerpen”
”Piagam”
karya: despita purnama sari 2007112005
            Riri adalah gadis cilik yang lincah, liuk gerak tubuhnya sebagai penari membuahkan nama harum bagi keluarga dan orang sekitarnya. Rambutnya yang lebat dan panjang terurai dengan pita biru yang selalu ia paki.
            Hari itu, angin bergerak perlahan menggoyangkan jendela kamarnya. Dia menatap sebuah piagam di dinding kamar. ”Oh, tuhan, ia berbicara sendiri dan ia mendekati dinding, tangan menggapai piagam itu dengan lembut ia pegang piagam itu erat-erat.
            Tiga minggu yang lalu, Riri baru saja mendapat penghargaan dari Bapak Bupati atas prestasinya sebagai penari terbaik tingkat kanupaten. Sejak menjadi juara ia selalu sibuk. Undangan sering hadir di rumahnya agar ia menari di suatu acara.
            ”Assalammualaikum!” Riri mengucapkan salam sebelum masuk rumahnya.
            ”Waalaikum salam!” sambut mamanya, Riri langsung menjabat tangan dan mencium mamanya.
            ”Riri, ini ada undangan dari Bapak Bupati,” sambut mama saat ia masuk rumah.
            ”Asyik, berarti nanti sore aku akan bertemu dengan Bapak Bupati,” jawabnya sambil senyum menuju kamarnya.
            Hari itu  cuaca cerah, anginpun bertiup kencang hingga semua ringan disapu bersih dan terbang terhempas. Mentari bersinar redup seakan pertanda bahwa hari itu tak ada yang meninggalkan rumah.
            ”ma, Riri sudah siap,”
Sudah tidak ada yang ketinggalan, Riri?” tanya mamanya, mereka keluar dengan hati yang riang mereka menuju ke pinggir jalan sambil menunggu microlet, tak beberapa lama microlet pun datang microlet pun membawa mereka.
            ”semoga kita tidak terlambat ma,” ujar Riri
            ”mudah-mudahan kita tepat waktu ,”
Mikrolet tetap meluncur membawa mereka. Entah bagai mana ceritanya, tiba-tiba sopir menyelip kendaraan lain, ternyata ah, mobil itu harus beradu dengan truk.
            ”Tolong!” jeritan seketika dari penumpang mikrolet yang terseret dua meter dari jalan raya orang di sekeliling menjerit sambil menutup mulut mereka. Ada yang datang membantu mengeluarkan penumpang. Semua penumpang di angkat dengan mobil lain.
            ”ma, aku dimana? Rintih Riri
            ”Dirumah sakit, dek,” jawab seorang suster
            ”Suster mengapa aku jadi begini, mama aku dimana/
            ”Mama mu ada dikamar sebelah, sudahlah tenangkan dirimu agar cepat sembuh, bujuk suster sambil menutup selimut yang terbuka.
            Mentari mulai condong ke barat, hujan pun turun memberikan kesejukan hari itu.
            Riri terkejut ketika terdengar ketukan pintu kamarnya, ”Riri,” panggil mamanya.
Disimpan piagam itu dibawah bantal.
            ”Sebentar ma, jawab Riri sambil berjalan pake tongkat menuju pintu.
            ”Sedang apa kau nak? Sarapan sudah siap makan dulu ya, sayang?” Riri mengganguk pelan, ia ma.
            Mama melangkah keluar. Pintu kamarnya dibiarkan, Riri menggeser bantalnya dan menggambil piagam nya.
            Ya, tuhan, kini aku hanya dapat meratapi nasib dengan piagam ini, karena engkau lebih tahu segalanya. Seandainya kaki ky utuh mungkin menjadi sombong atas prestasi yang ku miliki. Biarlah piagam ini menjadi kenangan hari-hari ku, keluh Riri.

Kasih Sayang Ibu karya: despita purnama sari 2007112005

Cucianmu sudah ibu cuci, Ni!? Kata ibuku ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku dan melihat tempat cucian kotorku sudah kosong. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa mencuci baju-baju kotorku. ?Ibu tahu, kamu pasti lelah?. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah renta ibuku.Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga. Bukan berarti kami malas mengerjakannya tapi karena ibuku punya kebiasaan unik yaitu tidak bisa melihat barang-barang kotor. Tangannya langsung bergerak membereskan apa saja yang tidak sedap dipandang.
?Apa ibu nggak cape jika tiap hari selalu beres-beres, aku menggaji orang saja ya biar ibu bisa istirahat? kataku suatu hari. Ibu memandangku, ?Kamu nggak suka ya kalau bajumu ibu cucikan?. ?Aku sayang sama ibu, aku nggak tega melihat ibu bekerja keras tiap hari?, aku berusaha membujuknya untuk menerima saranku. ?Ibu senang kalau diusia ibu sekarang, ibu masih mampu mengurusmu, mencucikan pakaianmu dan adikmu atau menyiapkan sarapanmu tiap pagi?. Yah..aku tak pernah lupa, jika hari libur kantorku hari sabtu dan minggu, ibu selalu menyiapkan nasi goreng daun mengkudu dan telor ceplok kesukaanku.
Aku ingat sebuah pepatah ?Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu? . Aku termenung sendirian dikamarku, diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya. Pernah suatu kali, aku membelikan pakaian untuknya, tapi ibuku malah balik bertanya ?Kamu sendiri beli nggak? Kalau kamu nggak beli, baju ini untuk kamu saja. Baju ibu masih banyak kok?, ibuku tak mau menerima. Esoknya aku beli baju lagi agar ibu mau menerima pemberianku.
?Ibu sudah bahagia melihat anak-anak ibu berhasil? kata beliau suatu kali ketika aku menanyakan apa yang bisa aku perbuat untuk membuatnya bahagia. ?Melihat kamu dan kakak-kakakmu bisa mencari uang sendiri dan kamu bisa rukun dengan saudara-saudaramu, itulah kebahagian ibu? Aku teringat kakak-kakaku, alhamdulillah mereka semua sudah mempunyai penghasilan sendiri, hanya adikku yang masih kuliah.
Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat . Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita.Ya Alloh , curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin

KISAH SEBATANG BAMBU karya: despita purnama sari 2007112005

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani.
Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu
lainnya.
Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai
untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi
sawahku?”
Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi
engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku
menjadi pipa saluran air itu.”
Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan
engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang
cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu
aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku
akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat
mengalir dengan lancar.
Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa
yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang
kutanam dapat tumbuh dengan subur.”
Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….. , kemudian dia
berkata kepada petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit
ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang
cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah
batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau
mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat
penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”
Petani menjawab batang bambu itu, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat
melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang
paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”
Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali
berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang
kau kehendaki.”
Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang
dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah
menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat
tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.
Pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah yang datang silih
berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk
menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita
sedang ditempa, Allah sedang membuat kita sempurna untuk di pakai
menjadi penyalur berkat. Dia sedang membuang kesombongan dan segala
sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya. Tapi jangan kuatir, kita pasti
kuat karena Allah tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul.
Jadi maukah kita berserah pada kehendak Allah, membiarkan Dia bebas
berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna
bagi-Nya?
Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Ini aku Allah,
perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”

 

Sebuah Arti

Malam gulita menyelimuti indahnya mimpi. sebuah keluarga yang harmonis dan damai itulah mimpi terindahku malam ini. suara kokok ayam perlahan menabuh gendang telingaku mimpi pun mulai menghilang dari benakku. hari ini aku bangun begitu pagi, ku rapikan tempat tidur mengambil air wudhu dan sholat. setelah mandi kukenakan seragam putih-abu-abu kebesaranku. setelah persiapan lengkap aku menuju ruang makan untuk makan bersama ayah dan ibu.
“Yah, Bu, Ninda berangkat dulu ya?” sambil mencium tangan ayah aku pamitan
“lho..kok makanannya ngak dihabisin, Nin?” Tanya ibu yang sedang mengunyah campuran nasi dan lauk.
“Ninda udah kenyang kok” sembari memegang perut ku jawab pertanyaan ibu
“ya sudah, hati-hati dijalan!” pesan ibu
“Yah, ibu juga pamitan, biar ngak telat sampai kantor” sambil mencangklongkan tas ibu pamitan pergi bekerja sedangkan ayah menjaga dan mengurusi rumah. pokoknya semua pekerjaan rumah ayahlah yang sekarang mengurusi.
Sesampainya di sekolah ternyata belum satu pun teman sekelasku yang kelihatan. Meja dan kursi masih kesepian menunggu makhluk yang akan menempatinya. Dari pada ngelamun lebih baik belajar ya ngak? hari ini ada salah satu mata pelajaran yang sering bikin aku pusing kepala, Bahasa Indonesia sekilas memang tampak mudah tapi bagi aku BI adalah salah satu pelajaran yang membingungkan. siapa tahu dengan belajar walau cuma sedikit bisa merubah otakku.
Menit demi menit berlalu..
“doorrr” Erna dan Sofi datang sembunyi-sembunyi dan mengageti aku
“eit..kaget tahu” aku kaget bukan kepalang, lagi konsentrasi belajar malah dikageti tanpa permisi kagetkan jadinya!
“habis dari tadi kamu melamun terus, sedang apa sich?” Tanya Sofi sambil memperlihatkan wajah lucunya.
“baca buku apa sich?” sambil memegang buku yang aku baca Erni mengintrogasi
“Bahasa Indonesia! kenapa? Itu artinya aku sedang be-la-jar” dengan pasang muka judes aku meyakinkan mereka.
“ngak biasanya kamu pakem seperti ini, ada apa sich Nin?” si crewet Erna bertanya lagi
“mulai detik ini aku pengen belajar serius. Ini semua aku lakukan agar orang tuaku tidak merasa sia-sia menyekolahkan aku.” jelasku
“O….. taubat nich ceritanya, baguslah kalau begitu” dengan nada nyindir Sofi memuji. Wah jadi bingung disindir ato dipuji? tau ah.
“Tet…tet…tet” terdengar suara bel dari pengeras. 1 menit lagi jam pelajaran akan dimulai, tapi teman satu kelasku tak di dalam kelas mereka malah asyik-asyikan nongkrong di depan kelas. Seperti biasa mereka selalu ngegosip tak jelas ya bisa diibaratkan pasar pagi di sekolah.
“Klotak..klotak…” terdengar suara sepatu yang dilangkahkan dengan tegap. walau masih terdengar jauh tapi temen-temenku sudah hafal betul siapa orang yang memakai sepatu tersebut. Dia adalah bu Susi, teman-temanku yang sedang nongkrong langsung buyar tak karuan. hanya dengan sekejap mereka sudah duduk rapi di dalam kelas.
“pagi anak-anak!” Tanya bu Susi saat masuk kelas
“pagi…bu” koor teman-teman menjawab sapaan dari bu Susi.
“Sekarang kumpulkan modul dan buku catatan bahasa Indonesia kalian” perintah bu Susi
“ada apa sich bu?” Tanya Gilang, temen sekelasku yang terkenal usil
“hari ini ibu akan adakan ulangan!” jawab bu Susi tegas
“waaaaah! kami belum belajar bu” koor teman-temanku menjawab penuh rasa keluh. seperti biasa teman-temanku selalu tidak siap kalau ada ulangan dadakan
“ibu memang sengaja adakan ulangan dadakan, ibu hanya ingin mengetahui sejauh mana kemampuan kalian menerima materi yang telah ibu berikan, jelas anak-anak!”
“jelas bu” jawab semua temanku yang tak dapat menolak permintaan bu Susi. Setelah itu bu Susi pun langsung membagikan soal ulangannya. Kami hanya diberi waktu 45 menit untuk mengerjakan 10 soal esay dari bu Susi. Entah apa yang telah terjadi denganku, kali ini aku bisa mengerjakan semua soal itu dengan lancar tanpa sedikit pun mengalami kesulitan. mungkin saja karena niatku ingin serius menjadikan aku bisa mengerjakan semua soal ini, yang jelas ini adalah takdir Ilahi. Menit demi menit pun terlampaui..
“Srek..srek..srek” terdengar suara kertas yang sedang dimain-mainkan. kucoba mencari sumber suara itu ternyata mengarah ke tempat duduk Gilang. Ternyata benar, dialah yang menimbulkan suara itu. sepertinya dia tak bisa mengerjakan soal ulangan ini. Sesekali tampak dari wajahnya suatu rasa putus asa dan pasrah.
“mungkin dia belum belajar” kataku dalam hati. Kutengok wajah teman yang lain. Buuzzeett aku sangat kaget, ternyata bukan hanya Gilang yang tidak mengerjakan soa tapi sebagian besar teman di kelasku juga tidak mengerjakan soal itu.
“sitc” Sofi memberi kode padaku, perlahan kucoba menoleh kearahnya.
“soal no satu?” Tanya temenku ini dengan nada rendah. sekejap aku langsung tahu apa yang ia maksud. aku pun langsung memberinya bantuan.
“Suatu….”
“Sofi..! sedang apa kamu!” bu Susi memotong perkataanku sembari memberi peringatan pada Sofi. aku pun kaget takut ketahuan.
“Sedang mengerjakan soal bu!” jawabnya pelan sambil pringas-pringis dan pura-pura tidak melakukan apa pun selain mengerjakan soal itu. Setelah peringatan itu Sofi langsung terdiam kali ini dia tak bisa melakukan apa-apa lagi.
“Kasihan Sofi, pasti dia juga belum belajar” untaian kata bergulir begitu saja dalam sanubariku.
Tanpa terasa waktu 45 menit telah berlalu ini artinya waktu mengerjakan soal pun telah selesai.
“waktu kalian habis! sekarang kumpulkan pekerjaan kalian!” perintah bu Susi. Tanpa basa-basi semua langsung mengumpulkan pekerjaannya masing-masing, ya.. walau masih banyak soal yang belum terjawab. Sepeti biasa kalau ada yang sampai telat mengumpulkan maka yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai sepeser pun dari bu Susi. Setelah semuanya terkumpul bu Susi langsung mengoreksinya.
“saya sangat kecewa dengan pekerjaan kalian. Dari hasil kalian ini ibu jadi tahu kalau materi yang saya berikan selalu tidak digubris, apa ibu yang kurang jelas dalam memberikan materi ini? kalian bisa bayangkan dari 40 siswa dikelas ini yang nilainya lebih dari 6,5 hanya satu orang. kalau dibandingkan dengan kelas yang lain kelas ini sudah terpandang paling baik tapi mengapa bisa jadi seperti ini? hanya kalian yang bisa memperbaiki kelas ini! ingat kata-kata ibu tadi.” semua warga di kelasku hanya bisa terdiam mendengarkan ceramah dari bu Susi.
“terus yang nilainya baik siapa bu?” Tanya Gilang penasaran
“dia adalah Ninda” jawab bu Susi sambil menyerahkan lembar jawabanku
“dan untuk yang lain minggu depan ibu akan adakan remidi, pagi anak-anak?” bu Susi pun meninggalkan kelas setelah bel istirahat berbunyi.
Semua kaget dengan nilai yang kudapat tadi
“dapet contekan darimana kamu Nin?” tanya Erni
“huss, enak aja kamu bilang nyontek kamu tahu sendirikan tadi pagi aku baca apa!” jelasku
Selama ini aku memang termasuk dalam kategori siswa yang selalu remidi dalam ulangan maklumlah selama ini aku kebanyakan main. Tapi sekarang aku sadar bahwa untuk meraih impianku haruslah dengan usaha keras.
Hari ini adalah hari yang paling menggembirakan.
“pokoknya Ayah dan ibu harus tahu nilai ulanganku ini” sambil memegang kertas ulanganku terucaplah satu niat yang menggebu dalam hati. Tak terasa bel panjang tanda pulang sekolah bergulir di telinga. Niatku sebentar lagi akan kesampaian.
Dalam perjalanan pulang Doni menghampiriku
“Siang cintaku, tumben sendirian kemana Sofi dan Erni?” tanya Doni
“mereka pulang duluan, jadi aku sendiri deh” jawabku datar.
kan sekarang ada aku yang setia menjaga sang kekasih” doni memang pandai berguarau.
Setelah ada Doni kini perjalananku jadi menyenangkan. Jika bicara soal makhluk yang satu ini aku jadi ingat saat pertama kita jadian dulu.
Sekitar tiga bulan yang lalu aku kenal dengan Doni. aku kenal dia lewat perkenalan yang diperantarai Sofi. Sejak saat itu entah apa yang telah terjadi padaku setiap berpapasan dengannya perasaan jadi tak menentu. tapi aku berusaha menyembunyikan perasaan ini pada siapapun. setelah beberapa kali ngobrol bareng ternyata dia adalah orang yang baik, nyambung,ya pokoknya dia adalah sosok aku kagumi.
semakin hari dia semakin deket dengan aku ya karena rumahku searah dengan rumahnya setiap pulang sekolah pasti bareng lama-lama jadi deket dech.
suatu ketika saat aku ingin pulang kerumah doni menemui aku dan langsung mengajakku ke taman deket sekolahku.
“ada apa don?” tanyaku penasaran
“em..em”
“am em am em, ada apa?”
“anu ah, sebenernya aku mau bilang kalo aku tu suka sama kamu, aku sadar kalo aku terlalu berharap banyak sama kamu Nin, tapi aku tak bisa membohongi perasaan ini. mau kah kamu jadian sama aku?” setelah kata-kata itu mengalir dari mulut doni perasaan bingung mulai menyandra otakku. aku tak tahu apa yang harus aku katakan pada doni, memang saat-saat seperti ini sangat aku nantikan tapi masih banyak hal lain yang membuatku harus berpikir untuk memberikan jawaban ke doni.
“Don..”
“aku ngerti kok, kamu tak perlu memberikan jawabanya sekarang. kamu boleh memberikan jawaban itu kapan saja, yang perlu kamu ingat aku sangat menantikan jawaban itu” ternyata doni bisa membaca apa yang ada dikepalaku.
“Oya udah sore nich! aku pulang duluan ya” pintaku
“boleh aku antar?” doni menawarkan jasa
“aku bisa sendiri kok, dah dulu ya da..” aku langsung menghilang dari hadapannya
Sesampainya di rumah pikiranku hanya tertuju pada satu hal yaitu jawaban apa yang harus aku berikan ke doni. ternyata kata-katanya tadi berulang-ulang bergulir di telingaku, wajahnya pun selalu terbayang di benakku. hari ini otakku terpaksa begadang sampai larut malam. setelah menuai keputusan mimpi langsung menjemputku.
“Pagi Nin!” sapa doni yang sudah stenby di depan rumahku.
“soal pertanyaanmu kemarin aku udah punya satu keputusa..”aku berlaga agak cuek sama doni, dia mulai kelihatan lemas melihat wajahku ini.
“Aku mau jadian sama kamu”
“apa Nin, serius!” dia seakan tidak percaya dengan yang ku katakan tadi
“ya aku serius!” setelah terucap kata itu doni langsung berteriak
“Ninda……….!!!aku suka kamu…..!!” aku jadi tersipu mendengar teriakkan itu
Mulai hari itu aku resmi jadian sama Doni.
“Nin!” panggil doni,tapi aku tetap terdiam dengan pandangan kosong
“Nin..Ninda..kamu ngalamun?”
“eh..e e engak kok, aku cuma kepikiran tugas-tugas untuk presentasi besok” aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“ooo, ya udah! tu dah sampe rumah”
“aku pulang dulu ya don, sampe ketemu besok?da..”
Di halaman rumah aku baru teringat dengan niat ku tadi. karena tidak sabar langsung saja aku masuk ke dalam. spontan aku langsung kaget dengan keadaan rumah yang tidak karuan. pecahan-pecahan piring dan gelas kelihatan berserakan di ruang tamu. dengan hati-hati aku masuk ke dalam aku tambah kaget setelah mendengar pertengkaran antara ayah dan ibu.
“Ayah tak terima kalau sikap ibu seperti ini!” peringatan keras dari ayah meluncur keras
“keluyuran kemana-mana tak jelas, hal itu hanya menghambur-hamburkan uang apa ibu sadar dengan hal itu” tambah ayah. semakin lama suasana semakin mencekam aku hanya bisa menangis mendengar pertengkaran kedua orang yang sangat aku cintai itu.
“O jadi menurut ayah yang ibu lakukan ini salah! sadar yah, sadar! sejak ayah dipecat dari perusahaan siapa yang menafkahi keluarga ini? ibu yah, ibu!” dengan tetesan air mata yang terus mengalir ibu berbalik memberikan pernyataannya pada ayah.
“kalo seperti ini terus ibu sudah tak tahan yah, ibu pulang malam juga karena bekerja untuk mencari nafkah bukannya keluyuran” tambah ibu
“Sekarang mau ibu apa?” bentak ayah
“Pokoknya ibu minta cerai!” aku yang dari tadi terduduk lemas di samping kamar ayah dan ibu sudah tidak dengan pertengkaran ini spontanitas aku langsung menuju ke kamar mereka.
“sudah…..hentikan!!, jadi seperti ini kelakuan orangtua yang selalu aku banggakan di depan teman-temanku” sambil menahan isak tangis terlontarlah kata-kata itu.
“kalian memang sudah tak sayang lagi padaku, tak ada gunanya lagi aku berubah kalo tingkah kalian saja seperti ini, aku sudah muak dengan semua ini” tanpa basa-basi aku langsung berlari meninggalkan rumah. aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. hanya berlari dan berlari yang dapat aku lakukan sekarang.
awan mulai meneteskan airnya dengan deras tapi aku tak peduli. di bawah derasnya hujan aku tetap berlari. karna..

Anganku menghilang
Ditelan jurang kepedihan
Teringat yang tersayang
Ingin pergi tinggal kenangan
Kutak tahu mengapa
Semuanya telah sirna
Bagai cahaya yang telah redup
Tak sedikitpun nampak sinarnya

tanpa melihat keadaan sekitar aku tetap berlari, pandangan mulai kabur sementara itu dari arah yang berlawanan truk dengan kecepatan tinggi melaju dan tanpa tahu apa-apa tiba-tiba…
“Brak!!!”…..
“kring..kring..” dering telepon dirumah ku. ternyata ibu dan ayah masih bersikeras untuk bercerai mereka tak sedikit pun mempedulikan kepergianku. ayah meninggalkan rumah entah kemana sedang ibu hanya merintih di rumah.
“hallo” dengan suara sedih ibu mengangkat ganggang telepon
“kami dari pihak kepolisian ingin menyampaikan bahwa Ninda anak ibu mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dalam kondisi kritis di rumah sakit Karang anyar”
“apa!” ibu terkejut mendengar kabar ini tubuhnya langsung lemas, dia baru sadar kalau selama ini lalai memberikan perhatian pada anaknya. tanpa basa-basi ia langsung menuju rumah sakit.
“bagaimana keadaan anak saya dok?” dengan nada cemas ibu bertanya
“saat ini dia dalam kondisi kritis, untuk itu banyak-banyaklah berdoa untuk keselamatan putri ibu” dokter memberikan keterangan.
beberapa menit kemudian ayah datang dan tampak tergesa-gesa
“bagaimana keadaan Ninda bu?” dengan penuh rasa cemas ayah bertanya
“dia dalam kondisi kritis, yang bisa kita lakukan sekarang adalah berdoa untuk keselamatannya”
waktu terus bergulir penuh gejolak rasa cemas. setelah 6 jam menunggu akhirnya dokter memperbolehkan ayah dan ibu masuk ruang UGD. mereka kaget dan tercengang melikat keadaan anak semata wayangnya. seluruh tubuh Ninda tertutup perban hanya wajahnya saja yang tidak. melihat hal ini mereka tak kuasa menahan tangisnya
“Nin, maafin ibu nak? selama ini ibu selalu mengabaikanmu tak peduli bahkan ibu terlalu sibuk memikirkan pekerjaan.
“maafin ayah juga Nin, aku sadar tak bisa menjadi seorang ayah yang baik. tak bisa menafkahi keluarga, ayah juga sadar kalau selama ini terlalu egois pada kamu dan ibu”
ayah dan ibu menyadari kesalahan mereka masing-masing. takkan ada lagi perceraian, mungkin dengan ini mereka akan menemukan arti betapa pentingnya keutuhan keluarga
“yah! bu! tit………”
“Ninda………..!!!”











Suatu hari, kakak perempuan saya yang salah satu putranya bersekolah di taman kanak-kanak bercerita tentang kegiatan drumband yang merupakan kegiatan rutin setiap Sabtu itu. Dapat dibayangkan bagaimana mengatur anak-anak TK yang merupakan masa bermain itu. Tentulah dibutuhkan ekstra kesabaran ibu-ibu guru pengasuh. Tapi yang sungguh-sungguh disayangkan adalah cara ibu guru TK itu mengatur dan membimbing bertutur katanya dalam bahasa Indonesia. Sementara anak-anak usia pra-sekolah tersebut kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah atau di lingkungannya selalu menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian mereka. Sementara pengetahuan bahasa Indonesia mereka terbatas. Akibatnya, anak-anak itu pun berbicara menjawab ataupun bertanya kepada ibu gurunya dalam bahasa Jawa ngoko.
Dari deskripsi singkat di atas, dapat digambarkan bahwa pengetahuan akan bahasa Jawa yang penggunaannya terdiri dari bahasa ngoko, krama, dan krama inggil bagi anak-anak orang Jawa itu sendiri dapat dikatakan memprihatinkan. Bukannya maksud saya untuk mengkritik atau menyalahkan apa yang dilakukan ibu guru TK tersebut. Dan bukan pula bermaksud menganaktirikan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa ini. Tapi akankah lebih baiknya apabila dalam usia-usia mereka saat ini mengenalkan dan mengakrabkan mereka dengan bahasa Jawa yang merupakan salah satu khazanah budaya bangsa Indonesia yang beranekaragam itu.
Satu lagi cerita saat mengikuti workshop pembelajaran tematik yang diadakan UPTD Pendidikan kecamatan Bruno bekerjasama dengan penerbit Erlangga yang menghadirkan pembicara Ibu Nani Rosdjiati dari Widyaiswara LPMP Jateng. Narasumber yang memiliki pengalaman mengajar sebagai guru geografi SMA itu pun menerangkan secara gamblang tentang apa itu pembelajaran tematik dan mensimulasikan bagaimana sebaiknya pembelajaran tematik itu dilakukan agar tercapai hasil yang maksimal. Acara itupun tergolong sukses karena dihadiri oleh hampir semua guru kelas I-VI dan kepala sekolah se-kecamatan Bruno. Ada pertanyaan yang menggelitik dalam fikiran saya yang saya diskusikan singkat dengan peserta workshop tersebut tapi tidak coba saya utarakan pertanyaan saya itu kepada narasumber. Pertanyaan itu adalah “Apakah dalam pembelajaran tematik yang dikhususkan untuk kelas rendah (kelasI-III) tersebut dalam kegiatan belajar mengajarnya menggunakan pengantar bahasa Indonesia atau bahasa Jawa?”. Saya menganggap pertanyaan saya ketika itu tidak terlalu penting, lagipula saya takut menyinggung narasumber yang asli Bandung itu.
Dan merupakan pengalaman pribadi saya, yang seorang guru kelas IV (kelas tinggi) saat suatu hari ibu guru kelas I berhalangan hadir dan saya masuk ke kelas itu, kebetulan kelas saya diisi pelajaran Agama oleh guru PAI. Saya mencoba berbicara dalam bahasa Indonesia, dan anak-anak kelas I itupun hanya diam membisu sambil menatap saya dengan heran dan canggung. Karena menurut Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction mengemukakan bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa (Uzer Usman dan Lilis Setyawati, 1993: 5). Maka agar apa yang saya sampaikan dapat dipahami oleh siswa, maka saya menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dalam mengajar. Memang, anak-anak seusia mereka belum mengerti betul bahasa Indonesia, sedangkan bahasa Jawa adalah bahasa keseharian mereka. Bahasa Indonesia baru mereka ketahui melalui media elektronik seperti televisi, dan saat mereka duduk di bangku sekolah.
Menurut pendapat saya, akankah lebih baiknya bila pada usia TK dan SD kelas awal (khususnya kelas I dan II), dalam kegiatan belajar mengajarnya menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi. Dan untuk SD kelas awal, bahasa Indonesia hanya sebatas mata pelajaran saja dengan alasan untuk mengenalkan bahasa Jawa lebih dahulu sebagai basic dasar sebelum mereka mengenal bahasa Indonesia dalam berkomunikasi mereka. Dan untuk menunjang hal tersebut, perlu diadakannya penataran bahasa Jawa untuk guru-guru TK dan SD yang mengajar di kelas awal, tanpa harus mengubah kurikulum, misalnya untuk SD kelas awal tetap pembelajaran tematik, tetapi dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa Jawa. Penataran ini bertujuan untuk mengasah dan mempertajam penggunaan bahasa Jawa bagi para guru, dengan menghadirkan pakar yang benar-benar menguasai bahasa Jawa dan berpengalaman mengajar dengan komunikasi bahasa Jawa yang baik dan benar.
Anak-anak diperkenalkan dengan bahasa Jawa yang bila dipelajari lebih dalam itu menyimpan kekayaan kata, budi bahasa dan unggah-ungguh (sopan santun) yang baik. Karena budi pekerti seseorang akan terlihat melalui bahasa yang dituturkannya. Seperti saat sekarang ini, saat berbagai macam suguhan hiburan merebak di negeri ini, kita sepertinya kehilangan budaya ketimuran kita yang terkenal santun dan ramah.
Supadiyanto (Studi Sarjana pada Jurusan Komukasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogya & Jurdik Matematika FMPA UNY serta peneliti muda pada ICRC) mengemukakan bahwa bagaimanakah posisi bahasa Jawa yang menjadi nukleus dari kehalusan tutur bahasa seseorang, kini tak mendapatkan porsi pelajaran di bangku sekolah. Mengapa, siswa tak memperoleh pelajaran bahasa Jawa, yang mengajarkan tata krama, unggah-ungguh dalam filosofi budaya Jawa. Krisis pemakaian bahasa Jawa yang terjadi di lokal area DIY dan Jawa Tengah secara umum bakal mempengaruhi kredibilitas kultur bahasa keraton ini di masa mendatang. Sudah jarang dan sulit sekali kita bisa dengan mudah menemukan siswa SD dan atau SMP yang pandai ber-casciscus memakai bahasa krama pada gurunya. Tak ada lagi ditemukan, siswa SMA yang lihai dalam berolah kata mengeksplorasikan krama inggil untuk berkomunikasi dengan orang tua atau sosok yang lebih dihormati.
Adalah hal yang menggembirakan karena sekarang ini pelajaran bahasa Jawa menjadi mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari SD sampai SMA. Itu artinya ada upaya untuk melestarikan bahasa Jawa dan membudayakan bahasa Jawa di sekolah-sekolah.








Nama: Rondiyah

Npm: 2007112040 / 6. A

DIBALIK WAJAH SAYU SEORANG IBU

                                    Kutatap mata, mata sayu seorang ibu, dengan wajah yang banyak menyimpan cerita-cerita sejarah di masa lalu. Begitu banyak hal-hal yang pernah ia lalui, berbagai macam hal yang pernah ia rasakan sampai sekarang ini. Namun aku yang tidak begitu memahami apa yang sedang ibu rasakan sekarang ini.
            Sejak aku memutuskan untuk menuntut ilmu yang jauh dari orang tua, aku melanjutkan study untuk meraih apa yang aku inginkan selama ini. Ketika ibu mendengar dan mengetahui bahwa aku akan pergi jauh menimba ilmu, ibu tidak memberikan restu kepadaku.
            Tetapi niat aku yang besar untuk selalu berusaha memberikan keyakinan kepada ibu bahwa aku bisa lebih mandiri dan bisa menjaga diri sebaik mungkin sehingga aku bisa mencapai apa yang aku inginkan selama ini. Hari-hari yang begitu berat untuk aku lalui, aku harus menjalani hari-hari itu dengan selalu berusaha meyakinkan kepada ibu bahwa aku juga bisa menjalani hari-hari aku ketika aku jauh darimu nantinya ibu. Tetapi dibalik wajah sayu ibu, masih menyimpan suatu hal yang belum aku ketahui.
            Namun dengan usaha aku untuk selalu memberikan keyakinan kepada ibu, akhirnya aku mendapatkan izin dan restu untuk melanjutkan study aku, ibu memberikan dukungan dan semangat yang penuh untuk aku.
Ibu “ Mengapa selama ini ibu tidak memberikan izin kepadamu.............karena selama ini kamu tidak pernah jauh dari orang tua. Makanya ibu sangat mengkhawatirkan kamu, apakah kamu sanggup menjalani semua itu?”
Aku ” Ibu tidak usah khawatir, karena aku akan berusaha untuk mandiri dan aku bisa menjaga diri sebaik mungkin.”
Ibu ” Ibu akan merestui kamu kalau kamu memang benar-benar menginginkan semua itu sepenuh hati kamu.”
Aku “ Ibu, aku memang benar-benar berniat dan menginginkan untuk melanjutkan study aku, walaupun aku jauh darimu ibu, aku tidak akan melupakan pesan yang telah ibu berikan untukku.”
Ibu “  Belajarlah dengan baik, semangatlah untuk mencapai cita-cita kamu, ibu disini selalu mendo’akan kamu, semoga sukses dan diberikan kemudahan dalam segala hal.”
Waktu terus berlalu, setelah beberapa tahun, aku menyelesaikan study aku dengan penuh semangat karena aku ingin menunjukkan kepada orang tuaku bahwa aku bisa meraih semua itu, apa yang aku harapkan selama ini.


Tugas Menulis Karya Sastra: Cerpen
Nama : Itah Oktarina
Npm : 2007112019               

AKHIR DARI KESETIAAN
Gadis  itu melamun dengan sendirinya. Di taman sepi ia mengingat akan kisah hidupnya tentang betapa manis pahitnya kehidupan ini ia rasakan. Dengan ditemani mekarnya mawar nan indah dan melati-melati yang harum mewangi ia duduk dikursi tua yang menjadi saksi. Di kursi itulah tempat ia mengadu pada bunga-bunga yang mengelilinginya. .
Gadis itu bernama Desi. Ia seorang gadis desa yang menuntut ilmu di kota metropolitan yang jauh dari keluarga terkasih yaitu kota Palembang. Pikirannya tak pernah berhenti mengingat  akan keperihan kisah cintanya yang pernah ia alami. Di man abanyak pengorbanan yang telah ia lakukan untuk bersama sang kekasih.
Laki-laki yang terus membayang dipikirannya bernama Budi. Kisah mereka diawali dengan begitu manis. Selama hampir tiga tahun kisah cinta itu terajut. Meski terkadang pemicu keretakan jalinan cinta mereka datang menghampiri, namun semuanya dapat mereka atasi. Dimata Desi, Budi sesosok laki-laki yang sempurna yang mampu menepis perasaan rasa cintanya pada pria mana pun.
Gemerlapnya kehidupan kota pun tak mampu mengusik kesetiaan cintanya pada Budi, Kesetiaan, kejujuran sangat ia jaga demi cintanya ke Budi. Namun, ternyata kesetiaan itu hanya sia-sia. Hati yang selama ini tak pernah ada dusta dihancurkan oleh hadirnya gadis lain penyebab hancurnya hubungan mereka berdua.
Tri nama gadis itu. Ia gadis yang merantau ke Jambi untuk bekerja. Disanalah ia menjalin cinta bersama Budi. Padahal saat itu ia tahu bahwa Budi sedang menjalin cinta dengan Desi, Namun benar kata orang cinta emang buta. Tak pandang apa dan milik siapa. Setelah hamper beberapa bulan keberadaan Tri di kota Jambi, akhirnya Budi pun jatuh hati padanya. Ia mulai melupakan Desi dan menjalin cinta dengan Tri. Padahal ia juga tahu betapa besarnya rasa cinta Desi padanya selama ini. Namun semua itu tak juga membuat ia untuk setia.   
Hampir tiga bulan ia menjalin cinta dengan Tri, Hal itu baru Desi ketahui  setelah ia libur dan  pulang ke Jambi. Semuanya terungkap akan kecurigaannya selama ini ke Budi yang telah jarang menghubunginya tak seperti biasanya. Mengetahui hal itu membuat Desi sangat terluka. Walau demikian, Desi tetap berusaha untuk mendapatkan Budi kembali kepelukannya dan menjalin cinta yang hampir hialang darinya.   
Waktu liburan tiga bulan ia pergunakan untuk mendapatkan kesempatan kembali mendapatkan orang yang sangat ia cintai. Orang yang selama ini menjadi penyemangat dalam hidupnya. Namun semuanya hanyalah sia-sia.
Tiba waktunya Desi kembali ke Palembang untuk kuliahnya. Hatinya masih tertinggal di Jambi. Ia merasa sangat sedih karena harapannya selama liburan hanyalah sia-sia. Sabtu pada tanggal sembilan Maret dua ribu sembilan Desi kembali ke Palembang dengan menaiki travel. Di dalam trevel tak mampu ia buang perasaan kecewanya. Hingga ia pun tertidur pulas di trevel.
Sampainya di Palembang ia masih saja tak dapat melupakan betapa  sakitnya penghianatan yang ia rasakan. Esok harinya Desi masuk kuliah. Ia senang dapat berkumpul bersama teman-temannya. Dsan melanjutkan kembali kuliahnya pada semester enam.
Setelah satu bulan ia di Palemabang, tiba-tiba pagi itu Hpnya berdering. “halo! Ini siapa ?” berulangkali pertanyaan itu Desi katakana namun tak ada jawaban. Setelah lima menit orang yang menelpon mulai bicara. “dek, ini abang!” Desi hanya bisa terdiam karena ia sangat mengenali suara itu. “dek ini bang Budi! Abang Cuma ingin mengatakan kalau bulan April abang akan menikah”. Setelah mendengar perkataan itu Desi makin terdiam tak dapat berkata apa-apa.
Hampir saja percakapan mereka di telpon terputus karena Desi tak tahan mendengar apa yang telah dikatakan oleh Budi. Namun ia berusaha untuk menahan perasaan sakitnya. “semoga abang bahagia” hanya kata itu yang terakhir Desi ucapkan ke Budi. .
Itulah terakhir kalinya percakapan mereka berdua. Setelah mendengar ucapan dari Budi bahwa ia akan menikah, hati Desi amat terpukul. Ia tak menyangka apa yang telah ia korbankan selama in untuk Budi hanyalah sia-sia.
Di kota jambi resepsi pernikahan Budi pun digelar dengan mengundang para sahabat karibnya. Pernikahan Budi dan Tri pun meriah sekali. Desi hanya dapat menanyakan berita hari pernikahan Budi dari teman akrabnya di Jambi.
 Sampai detik ini pun bayangan Budi tak dapat hilang dari benaknya. Desi tak menyangka orang yang selama ini sangat ia cintai menghianatinya dengan sebuah pernikahan bersama wanita lain. Angan-angannya untuk hidup bersama Budi hanyalah sia-sia. Pengorbanannya pun tak berarti apa-apa.
Sekarang Budi telah bahagia bersama istrinya. Apalagi  sekarang istrinya telah mengandung buah hati mereka. Dan Desi berusaha merajut cinta kembali dengan mengisi hari-harinya bersama pria bernama Riki. Desii hanya berharap Riki akan menjadi laki-laki teakhir dalam pencarian cinta terakhirnya.





                    LAMPU MERAH
itah oktarina
Dia menjerit pada bumi betapa akan sengsaranya hidup ini ia rasakan. Betapa penatnya hari-hari yang ia jalani. Mengapa ia dilahirkan tidak dari orang tua yang bertanggung jawab. Apa karena kemiskinan harus ia yang dikorbankan. Entahlah, baginya hidup ini penuh dengan kemiskinan dan jauh dari angan-angan kehidupan yang bahagia.
Hari-hari yang ia jalani untuk mendapat sebutir nasi harus dikorbankan di bawah panasnya matahari dan hangatnya aspal di lampu-lampu merah. “Lampu merah mungkin tempat yang abadikah untukku?”, kenapa hidupku ditakdirkan menjadi seorang peminta-minta?, dalam benak Irene berkata.
Terkadang ejekan yang ia terima dari orang-orang yang mungkin merasa terganggu oleh kehadirannya. Pekerjaan ini ia lakukan mulai  usianya menginjak delapan tahun hingga kuliahnya berakhir. Terlahir dari orang tua pengemis ia pun menjadii pengemis. Seperti kata kebanyakan orang “Buah tak jauh jatuh dari pohonnya” begitulah kiranya takdir hidupnya.
Wajahnya sayu menghadapi hidup ini. Sebagai peminta ia lakoni di pagi hari sampai tengah hari. Karena siang harinya ia harus menggapai cita-citanya dengan pergi ke kampus yang mungkin akan menjadikan hidupnya jauh dari takdir kehidupan yang sangat tak ia harapkan.
“Walau aku seorang peminta aku harus bangkit” katanya kepada teman akrabnya. Teman akrabnya adalah anak seorang pejabat di salah satu instansi yang ada di kota palembang. Namanya Keyla. Walau ia anak orang berada namun hatinya tak seperti kebanyakan anak orang kaya lainnya. “kamu harus kuat ya” kata Keyla padanya.
Terkadang kujumpai di lampu merah teman sekampusku, kadang juga teman-teman sewaktu di SMP dan SMA. Memang ketika bertemu mereka rasa malu tak dapat ia sembunyikan dari jiwanya. Namun, semua itu ia coba buang jauh-jauh.
Selama kuliahnya ia berusaha menjauh dari laki-laki. Ia berjanji kelak akan pacaran setelah hidupnya lebih baik.ia berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya. Ia sangat ingin membuktikan pada semua orang bahwa pengemispun bisa meraih kehidupan yang lebih baik. Ia berjanji jika kel;ak ia wisuda ia ingin kedua orang tuanya dapat berdiri di depan semua orang karena prestasinya.
Di lampu merah, suka duka banyak ia rasakan. Sebagai seorang perempuan, ia sering dianggap tak berharga bagi kaum laki-laki. Colekan dan kata-kata yang tak pantas sering ia dapatkan. Semua itu harus ia lalui dengan hati yang sabar. Karena ia sadar inilah takdirnya. Namun baginya walau seorang pengemis ia merasa pantas untuk diperlakukan dengan baik.
Empat tahun ia jalani kuliahnya dengan dibiayai lampu merah. Ia dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik. Harapan selama ini yang selalu ia panjatkan kepada Sang Pemurah terkabulkan dengan nyata. Di hari wisudanya ia teriakkan pada dunia akan bahagianya ia hari itu. Kedua orang tuanya dapat tersenyum manis melihat prestasi yang membanggakan dari anaknya.
Kedua orang tuanya tak menyangka ternyata anak seorang pengemis mampu meraih gelar strata satu dan yang paling membahagiakan lagi dapat hasil dengan prestasi cumlaud. Hari itu juga ia di nobatkan sebagai mahasiswa yang berprestasi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi strata duanya di Amerika Serikat.
Setelah ia pulang dari wisuda, dibawanya perlengkapan wisudanya pulang kerumah. Dengan menaiki bus kota bersama kedua orang tuanya ia sangat bangga. Tiba di lampu merah, pelanggan setia bus yang selama ini mungkin pernah menertawakanya kini tercengang melihat pengemis yang kini jadi sarjana. “Terima kasih lampu merah. Kaulah uang bagiku. Aku akan pergi keluar negeri karena kau. Selamat tinggal kenaganku. Ku kan membawamu hingga ke Amerika. Irene berkata dalam benaknya.
RAHASIA HATI
Hari ini kepergianku ke kota Palembang untuk menghadiri pesta pernikahan temanku semasa kuliah dulu. Namanya Setyo, dia seorang dokter spesialis bedah syaraf. Kedatanganku ke pestanya membuatku menyesali atas apa yang telah aku alami selama ini. Atas penyesalan juga yang membuatku menyesali seumur hidup, namun penyesalan itu hanya dapat kujadikan sebuah pelajaran untuk menata dan memilih pasangan hidup yang tepat.
Melihat kebahagiaan sepasang pengantin baru ini mengingatku pada masa di mana aku pernah dibuahi dengan bulan madu yang amat menyenangkan yang mungkin tak pernah dialami orang lain karena perjalanan bulan maduku bersama suamiku mengelilingi lima benua yang ada di kawasan eropa. Semua itu sangat mengesankan namun berakhir dengan perceraian yang menyakitkan.
Kisah cintaku yang cukup lama tlah aku bina bersamanya kurang lebih sembilan tahun. Lika-liku cinta kami berdua tak semudah membalik telapak tangan. Nama laki-laki yang telah memberikan berlian padaku namun diakhiri dengan pemberian buah simalakama dalam hidupku bernama Aditya.
Jalinan kisah cintaku dimulai ketika aku masih sangat belia. Sebelum menjalin kasih bersamanya aku menjalin cinta dengan teman seangkatan denganku di salah satu pesantren. Dia cinta pertamaku dan sekaligus menjadi pacar pertamaku. Namanya Bagas dia laki-laki yang cerdas.
Jalinan cinta kami berdua baru sampai seumur jagung, dipisah oleh pengurus organisasi santri. Waktu itu malam jum’at, biasanya setiap satu bulan sekali diadakan razia lemari. Setiap lembaran surat yang dikirim Bagas untukku selalu kusimpan rapi di lemariku. Pada malam itu semua surat yang tertata rapi semuanya dapat ditemukan oleh pengurus organisasi santri.
Setiap yang dipanggil ke kantor OS (Organisasi Santri) memiliki masalah atau kami biasa menyebutnya “tekasus”. Aku diantara salah satunya yang bermasalah. Badanku terasa dingin dan gemetar ketika harus menghadap anggota OS. Aku sungguh tak sanggup menjawab nantinya jikia ditanya inilah itulah oleh mereka. Aku tahu aku dipanggil karena surat cinta yang mereka dapatkan. Tak sanggup mataku menatap pada salah seorang yang amat kami segani yaitu Nyai Lara dia istri dari pengurus pondok kami. “ benar namamu Putri” tanya Nyai padaku.”i…iya Nyai”. Jawabku. “sekarang Nyai minta putuskan hubungan kamu dengan Bagas atau kamu keluar dari pondok ini”. Nyai berkata. Dadaku sungguh berdegub kencang, tangan gemetar rasanya panas dingin semua badanku. Akhirnya aku memilih untuk memutuskan jalinan cintaku bersama Bagas walau semua keputusan itu amatlah menyakitkan hatiku.
Hari-hari yang kulalui terasa hampa. Orang yang pertama kali membuatku jatuh cinta kini telah kulepaskan dari hari-hariku namun tak begitu dengan hatiku yang amat berat melupakan semuanya. Walau hati berat melepas Bagas, namun kucoba jalani semua itu dengan lapang dada dan dengan yakin aku percaya kalau nantinya ditakdirkan Tuhan untukku aku akan dipertemukan dan menjalin kasih lagi bersamanya.
Setelah beberapa bulan berlalu, pondok kami kedatangan ustadz baru yaitu Aditya. Dia sangat menarik hati. Tak terasa keberadaannya dipesantren kami telah hampir setengah tahun. Dia juga keponakan dari nyai Lala. Setiap hari kami diajarkan Fiqh olehnya.
Setelah beberapa lama keberadaan ustadz Aditya di pondok ternyata ia menaruh hati padaku. Aku tak percaya dengan semua itu bahkan membayangkan akan menjalin  kasih sebelumnya bersama ustadz itupun tidak terfikirkan. Jalinan kasih itu aku jalani sangat indah. Karena tak ada yang menghalangi kami bahkan Nyai Lara pun tak melarang hubungan kami.
Singkat cerita hubungan yang kami jalani telah sampai pada akhir sekolahkudimana pada saat itu aku telah menjadi remaja dewasa dan hampir menamatkan sekolah Madrasah Aliyahku di pondok itu. Pada hari dimana akan diadakannya wisudaku, pagi itu semua santri kelihatan sangat ceria terlebih angkatan kami yang akan diwisuda. Namun dibalik keceriaan kami kami sedih karena akan berpisah dengan semuanya.
Pagi itu kuterima titipan surat dari ustadz Aditya yang ia titipkan pada ustadz Wisnu. Di dalam surat itu tak hanya kutemui titipan kata-kata indah namun juga terdapat cincin yang sangat bagus. Dalam surat itu tertulis pesan dari ustadz Aditya yang menyatakan ia pergi ke Mesir untuk melanjutkan studinya. Dan ia berpesan agar cincin itu dijaga. Cincin itu pertanda keseriusan ustadz Aditya.
Aku sangat kecewa di hari perpisahanku dengan teman-temanku ustadz Aditya tidak hadir. Namun, hari itu juga aku sangat bahagia karena menjadi salah satu siswi berprestasi yang sangat membuat orang tuaku bahagia.
Setelah aku menyelesaikan studiku di pondok aku melanjutkan kuliahku di salah satu universitas yang ada di kotaku. Lika-liku perjalanan kuliahku banyak sekali ku jalani. Setelah sekian lama aku kuliah di akhir wisudaku ustadz Aditya datang kembali padaku.
Dia menjanjikan sejuta madu-madu cinta padaku hingga aku tertipu olehnya. Lamaran darinya aku terima setelah aku wisuda. Pernikahan pun terlaksana dengan baik. Dia mengajakku berbulan madu keliling eropa. Hal yang amat menggembirakan bagiku. Apalagi aku banyak dipertemukan dengan rekan kerja suamiku.
Setelah tiga bulan aku menikah, kubeca dari surat kabar di atas meja ruang tamu. Di sana kubaca bahwa suamiku Aditya mempunyai isttri lain atau istri pertama. Sungguh sangat menyakitkan bagiku. Kebenaran itu terungkap setelah semuanya kutanyakan padanya. Ternyata benar ia mempunyai istri lain. Dia menikah denganku memang di dasari dengan cinta namun karena juga dari istri pertamanya dia tak memiliki anak dan diizinkan menikah lagi oleh istri pertamanya dengan wanita lain asalkan nantinya bisa memiliki keturunan.
Amat menyedihkan bagiku. Setelah semua penjelasan aku terima darinya, aku minta cerai walau berulang kali ia meminta jangan pergi dari hidupnya dan istrinya. Karena istrinya juga menerima keberadaanku. “Putri mbak mohon jagan pergi!”, kita bisa jalani ini bersama, nanti kita asuh dan besarkan buah hatimu dengan Mas Adit secara bersama”. Kata Arin istri pertama suamiku. Namun semuanya telah terlanjur aku harus memilih. Akhirnya aku putuskan untuk bercerai dan menjauh dari kehidupan Aditya walau semuanya berat bagiku, namun sungguh wanita tak mau di dua walau pernikahanku baru tiga bulan harus rela kuambill semua keputusan ini.

( Puisi ini dibaca kembali pada












AJARAN HIDUP
itah oktarina
Sejuknya pemandangan sekeliling kota tak dihiraukannya lagi. Baginya tak butuh sebuah keindahan. Yang ia inginkan hanya bagaimana caranya mendapatkan rupiah demi sesuap nasi. Namanya Bu Nirma. Wanita tua itu hanya hidup sebatang kara di akhir masa hidupnya.
Ramainya riak sungai Musi juga tak ia hiraukan. Ia hanya ingin bagaimana caranya hari ini bisa mengais rezeki dari sisa-sisa sampah yang ada disekitar BKB dan Sungai Musi. Sebagai seorang keruntungan ia berharap akan ada yang ia hasilkan dari barang bekas yang tertinggal dalam kotak sampah.
Hari ini dengan sendirinya ia keliling mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan untuk dijual. Tetesan keringat mengalir di pipinya. Aku sangat terharu melihat petapa susahnya ibu ini di hari tuanya. Keriputan pipinya membuatku menghayal akan masa tuaku nanti seperti dia namun harapan hidup bahagia bersama anak dan suamiku semoga akan terwujud sampai kelak menutup mata.
“ ibu, ini ada sedikit makanan untuk ibu. Maaf mungkin makanannya kurang enak”. Kataku pada ibu Nirma
“ nak bagi ibu ini sangat enak” jawab bu Narmi
Setelah bu Narmi melahap makanan yang aku beri, aku mulai mengajak bu Narmi bercerita. Betapa sedihnya kisah hidupnya. Dulu, ia seorang istri dari mantan pejabat negara. Ia memiliki dua orang anak. Kebahagiannya sangat ia rasakan dimasa tuanya. Hingga ia dan suaminya pun terlena dengan hamburan uang yang ada. Mereka lupa bahwa uang yang mereka punya hanya sebagian kecil titipan tuhan.
Suaminya tergila-gila dengan jabatan. Demi menjabat seorang direktur ia rela memberikan uang haram kepada bawahannya. Dengan uang ia berfikir akan mendapatkan segalanya.  Harapan itu memang terwujud. Suaminya menjabat direktur kurang lebih lima belas tahun. Perbelanjaan yang mereka keluarkan pun tak pernah diperhitungkan.
Uang yang mereka berikan kepada anak mereka tak ada yang halal. Semua dihasilkan dengan jalan haram hingga mendarah daging pada penerus masa depannya. Bu Nirma juga tak pernah menasehati suaminya. Ia hanya menerima dan menerima uang yang mengalir.
Setelah beberapa tahun, banyak masalah yang dihadapi suaminya. Hingga terkuak penyogokan atas bawahannya ketika ia ingin menjabat seorang direktur. Usut punya usut dalam pengadilan hakim memutuskan bahwa suaminya bersalah. Ketika itu juga suaminya di penjara. Anak mereka juga tak sanggup menjalani hari-hari menjadi orang yang tak berada.
Karena tak banyak bekal agama yang ia berikan pada anaknya, akhirnya dengan kebrutalan kedua anaknya meninggal gara-gara over dosis narkoba. Betapa sedihnya bu Nirma. Selain suaminya masuk penjara ia juga harus kehilangan buah hatinya.
Setelah beberapa tahun suaminya masuk penjara, suaminyapun meninggal dalam jeruji pengantar maut itu. Hingga bu Nirma hampir putus asa menghadapi semua cobaan yang ada dalam hidupnya.
Karena kebanyakan hutang, rumah bu Nirma pun di sita pemerintah. Dengan berat hati dalam menjalani masa tuanya bu Nirma tinggal di bawah jembatan Ampera. Selama ini kenikmatan dunia benar-benar ia rasakan. Namun, karena kesalahan ia dan suaminya balasan yang diberikan tuhan datang padanya. Hanya penyesalan dan sengsara di masa tua yang ia rasakan. Ia hanya berharap walau balasan tuhan atasnya dimasa tuanya ia bisa menebus semua kesalahan dengan kembali ke jalan yang benar dan menikmati separuh hidupnya dengan banyak beramal sambil mengais rupiah dari sisa-sisa sampah yang ada.
Begitulah kisah yang bu Nirma ceritakan padaku. Aku juga berharap supaya bu Nirma bisa hidup dengan nyaman walau pesatnya penduduk kota yang menyempitkan aktifitasnya. 
Tak terasa terik matahari mulai menyengat dan aku harus pulang bersama teman-temanku. Ku harap pertemuanku dengan bu Nirma bisa membawaku ke jalan hidup yang lebih baik.



































Nama: Rondiyah
Npm: 2007112040 / 6. A

TERPISAH KARENA KEADAAN

            Kutulis semua cerita tentang hidup ini, di saat aku bersedih maupun bahagia. Betapa indah hari-hari yang aku jalani saat bersama denganmu, menunggu dirimu di sini yang tidak memiliki sedikit kesalahan. Kita yang terpisah karena keadaan, aku tidak bisa mengungkapkan semua cerita tentang kita dengan hati saat tangis dan tawa menyatu, karena dirimu yang selalu baik dengan ku.
            Semua perjalanan hidup yang pernah kita lalui bersama dengan keluarga yang utuh dan kebahagiaan yang penuh. Aku selalu sayang dengan kalian semua, tetapi ... apalah daya ku, keluargaku hancur bertubi-tubi karena semua masalah yang datang silih berganti.
            Sesaat baru merasakan kebahagiaan di tengah keluarga ini, tetapi sesaat itulah ada saja permasalahan yang muncul, sehingga sulit bagi kami untuk mengubah semuanya menjadi seperti awal lagi, hanya dengan ketabahan dan kesabaran yang mampu mengubah semua itu, tetapi apalah daya ... semua itu tidak dapat mengubah semuanya juga. Mungkin ini takdir, kehidupan yang harus di jalani dengan ketabahan hati.
            Aku bersedih jika melihat kedua orang tuaku selalu dan selalu berselisih paham dalam menjalani hidup ini, aku bingung harus berbuat apalagi, supaya orang tuaku rukun seperti dahulu lagi. Hidup berbahagia seperti dahulu, tetapi mungkin semua ini akan menjadi lebih baik dan kejadian ini mudah-mudahan ada hikmahnya bagi keluarga kami.
           
Aku: “ibu ...ayah ... aku di sini hanya berharap dengan kalian, selesaikanlah semua masalah ini dengan hati yang dingin “.

Ibu: “apa tahu kamu! Kamu masih kecil, jadi tidak perlu memberi nasehat sama ibu “.

Ayah: “sebenarnya apa mau ibu! Di sini ayah selalu nurut dan baik kepada semua orang di sini”.
Ibu: “diam kamu ...! baik, nurut! Itu hanya ucapanmu saja di depan anak-anak”.

            Ibu, ayah ... kami berdua sedih jika melihat kalian selalu bertengkar terus. Kami bingung harus bagaimana lagi, harus berpihak dengan siapa.

Ibu: “kalian berdua tidak usah bingung, mulai sekarang kalian pilih siapa yang mau bersama ibu atau ayah”.

Ayah: “jadi mau ibu ... kita pisah gitu! Ibu tidak memikirkan nasib anak-anak, tetapi ibu hanya memikirkan diri ibu sendiri”.

Ibu: “buat apa ibu harus mempertahankan semua ini, kalau hanya ibu yang selalu bekerja setiap hari”.

            Selamat tinggal ayah dan rani, aku selalu sayang sama kalian, mungkin dengan perpisahan ini, akan membuat kita lebih baik. Semua ini terjadi karena keadaan, biarkanlah waktu yang akan menentukan semua perjalanan hidup ini. Betapa berat perpisahan ini, dan biarlah semua itu akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah aku
lupakan.






Nama: Rondiyah
Npm: 2007112040 / 6.A


SEMANGAT


            Perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan rintangan, sesekali kehidupan itu tidak selamanya berjalan dengan kesempurnaan dan kemudahan, ada saatnya kita hidup seperti roda kehidupan yang selalu berputar, adakalanya kita merasakan kesenangan dan adakalanya juga kita merasakan kesusahan. Karena semua itu, kehidupan yang kita jalani sekarang ini penuh dengan perjuangan untuk mencapai kesuksesan hidup. Dengan demikian, bekerja keras dengan kesabaran hati yang akan menuntun kita kedalam suatu usaha maupun pekerjaan yang akan mengubah diri kita menjadi lebih maju. Jangan sampai kesempatan itu kita sia-siakan saja, karena kesempatan itu tidak akan pernah datang keduakalinya.
            Hari-hari aku lalui dengan penuh semangat yang kuat walaupun banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Cemoohan maupun cacian dari semua orang desaku, banyak orang yang selalu menghina diriku dan keluargaku karena begitu sederhananya kehidupan keluargaku selama ini. Tetapi itu semua tidak akan menurunkan semangatku untuk selalu berusaha dan berusaha terus untuk bisa membuat nama baik dalam keluargaku sekarang ini, aku ingin mewujudkan kepada semua orang bahwa aku dan keluargaku tidak serendah yang mereka tuduhkan selama ini terhadap keluargaku. Aku ingin berusaha dan terus berusaha untuk mencapai semua yang akuharapkan selama ini.
            Waktu demi waktu tidak akan aku sia-siakan untuk mencari kesempatan, mencarisuatu pekerjaan demi mendapatkan sedikit demi sedikit rejeki untuk kebutuhan hidup keluargaku. Aku rela bekerja apa pun yang penting halal bagiku dan semua keluargaku, aku akan terus bersyukur kepada-Nya karena karena kesempatan yang selalu ada saja bagi aku untuk bekerja dengan lebih baikdan selalu dipercaya dengan semua orang yang bekerja di tempat itu.
            Bertahun-tahun aku menjalani kehidupan ini dengan bekerja demi keluargaku, pada saat itu aku diterima disuatu perusahaan yang membutuhkan seorang sekertaris, perusahaan itu tidak meragukan kembali kemampuanku dalam bidang yang dibutuhkan. Karena dengan melihat pengalaman-pengalaman selama aku bekerja di beberapa tempat lain. hingga akhirnya sampai pada saatnya aku pertama kali masuk bekerja diperusahaan itu, aku menjalani pekerjaan baruku dengan penuh semangat dan teman-teman baru yang akan menjadi teman karib seperjuangan untuk mencari rejeki dalam hidupnya.
            Dari hal itulah aku bisa membuktikan kepada semua orang bahwa aku mampu dan bisa membuat kebahagiaan dalam keluargaku dengan hidup yang lebih layak, serba kecukupan dan menjadikan sebuah keluarga yang terpandang di desaku. Walaupun banyak cacian selama hidup aku tetapi aku tidak mengurungkan niat aku untuk selalu berusaha menjadi lebih baik, akhirnya keluargaku bangga dengan semua usahaku selama ini, mereka semua bahagia bisa merasakan apa yang sudah di dapatkan aku selama bekerja.  
            Sampai pada akhirnya aku bisa mewujudkan impian orang tuaku untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci, karena aku hidup di dunia ini salah satunya mempunyai keinginan untuk membuat orang tuaku selalu bahagia dan banggat atas usahaku selama ini. Aku juga bisa membiayai kedua adik aku sekolah sampai diperguruan tinggi yang ia inginkan selama ini. Aku bersyukur atas limpahan rejeki yang selalu ada untuk keluargaku, bahkan aku juga bahagia atas prestasiku selama ini.
            Samapai sekarang semua orang di desaku tidak ada yang meremehkan keluargaku lagi, bahkan mereka sekarang sangat baik dengan semua keluargaku.



MUKENA MERAH MUDA

            Malam pertama ramadhan kaki ibu pegal, badan menggigil, kepala kram. Tubuh ibu terbujur begitu saja di atas kasur empuk. Seorang petera menunggu, memijit dengan ikhlas dari ijung rambut sampai ujung kaki. Bapak geleng-geleng kepala, peci putihnya hampir jatuh. Menentang sajadah pergi ke masjid mau sholat tarawih berjama’ah, putra mau nyusul tak dapat restu.
            “Harus nunggu ibu yang perlu kamu, memijit!” kaki benar-benar mau copot. Kepala juga, sedari kemarin bulan sya’ban kepala sudah penuh ide tentang persiapan lebaran, pacitan, suguhan, cemilan, roti kering, jus, es, korma arab, dan baju baruuuu...! penuh di kepala. Hampit tak muat.
            Pagi hari pertama ramadhan saatnya beraksi. Membawa dompet penuh, menuju pusat perbelanjaan, pasar, mal, supermarket. Bingung akhirnya pulang membawa satu kilo gram beras. Hanya! Tapi tak lupa bawa kaki yang 100% pegal, tangan kesemutan dan kepala yang kram, mikir harga yang meski; sale!, diskon, voucher, harga tetap di langit dompet masih di bumi.
            Oh, tak lupa, perut melilit sakit. Tak apa-apa, Cuma haus, dan tentu lapar. Maklum, seharian penuh ibadah, (ibadah? Mimpi kali). Akhirnya mukah, batal puasa berbuka di tempat terbuka. Tak malu, kan musafir orang yang berjalan-jalan?
            Putra masih terus memijit ikhlas, ia sekolah di madrasah dhiniyah, banyak dengar nasehat bijak, banyak pula yang di lupakan tetapi tak semua. Masih ada yang di amalkan, termasuk berbakti kepada orang tua. Surga ditelapak kaki ibu, dan ramadhan adalah berkah bukan laknat. Apapunkehendak pencipta ramadhan, ia adalah hikmah. Ibu tak usah ditiru yang kurang tepat.
            Dinasehati dengan cara yang ma’ruf, putra mengerti benar bagaimana bersikap dengan orang tua.teladan dan memohon ampunan untuk ibu, ia tahu do’a anak pada orang tua yang dimohonkan dengan ikhlas adalah do’a yang makbul.
            Hari kedua dan seterusnya hingga malam lebaran ibu terus berburu dengan radius yang lebih lebar, siapa tahu diskon ditambah, tapi justru tambah pusing. Hampir lebaran tapi belum siap apa-apa. Padahal sebenarnya di lemari makan sudah banyak macam cemilan, kacang, criping telo, peyek, roti kering, korma arab. Tetapi tetap merasa kurang, sebab masih ada lodong-lodong (toples-toples) yang kosong. Semakin diisi lemari, semakin menipis dompet semakin ketahuan apa saja yang belum di dapat.
            Setelah jungkir balik mata plirak-plirik membolak-balik kertas harga ditarik-tarik, diputuskan membeli mukena berenda warna merah muda harga diskon tetap mahal di tipu penjual. Uangnya ngutang tetangga pula. “ini untukku. Di saat lebaran sholat id, hati harus senang, suami sudah tak mikir bajubaru tetapi tetap dibelikan biar tak kegenisan. Putra sudah lengkap semua baru, sekarang giliranku ...!”
            Tiba di rumah tak langsung rebah, langsung mencoba di depan kaca, namun seketika langsung rebah, ketika di ajak bapak ke masjid untuk takbiran. “aku lelah, kau saja tahunya jadi, tak mau ikut beli-beli,” ya sudah. Semoga jadi amal ibadah. Semoga tak rugi berlapar haus tak dapat nilai plus, yang penting hati fitri setelah berhasil mbelenggu hawa nafsu, “bapak dan putra pergi ke masjid. Ibu di rumah sendirian, istri harus di rumah sementara suami tak ada, pikirnya. Kecuali untuk belanja, ibu langsung kembali memantas-mantaskan diridi depan cermin yang menempel di almari besar. Senyum-senyum sendiri latari suara takbir anak-anak dari corong suara terdekat. Dan menyaksikan tv yang nyala serial sinetron. Keasyikan sedikit terganggu lalu menghambur untuk segera menyerbu penelpon, memarahi, mencaci, dan suruh menutup gagang telvon di sebelah sana. Karena nyetrika akan segera dilanjutkan sambil menyaksikan sinetron.
            Tapi ...,” haaaa, putiku. Engkaukah itu? Ayo cepat pulang ibu sudah kangen berat! Tapi kalau pulang jangan lupa bawa-bawa!”
            “maaf, putrid tak bisa pulang, banyak urusan. Ketangkap petugas keimigrasian dan ketenagakerjaan,” menangis.
            Ibu menjerit histeris, lama! Meraung, sesengukan, tubuh lunglai di lantai.
            “Ibu ... ibuuu ... ibuuu ... !” suara dari gagang telvon samara. Sebenarnya puti ingin mintak tolong dikirimi uang untuk pulang, tapi ibu tak sadarkan pikiran. Ia shock, lupa telvon, badannya sungguh sulit diangkat. Sampai tiba-tiba tercium bau sangit pakaian terbakar kepanggang.
            “Celaka mukenah merah mudaku!” Segera ibu sigap semangat berlalu menuju tempat setrikaan dan menemukan mukena merah mudanya bolong kena setrika. “Aaaahkhkhk ...!” ibu tak mampu berucap badan lebih lemas ketimbang tadi. Meratap di bibir meja setrika dan berjanji esok pagi tak akan pergi ke mana-mana termasuk ke masjid untuk sholat Id!
            Takjub pada putranya yang sigap dan penuh gairah pergi ke masjid memakai baju baru di malam takbiran, bukan di hari lebaran.
            Allahuakbar ... Allahuakbar ...
            Allahuakbar ... Walillahilhamd ... takbir tahlil tahmid perlahan memencil di sudut-sudut hati yang tersudut. Yang memeluk dunia namun terus bangkrut.  

           

 HARAPAN
itah oktarina
Alangkah indahnya dunia ini jika dipenuhi wanita-wanita shalihah. Wanita yang suka akan kesederhanaan dan penuh dengan kasih sayang. Serta selalu mengajarkan kebaikan pada anak cucunya sebagai penerus generasi masa depan. Dia lah nek Dima. Seorang perempuan tua yang patut dijadikan tauladan para wanita.
Nek Dima seorang istri dari mantan jendral. Dengan memiliki tanggung jawab sebagai seorang single parent karena ditinggal mati oleh suaminya ketika berperang di Israel. Dengan menghidupi satu anak dan dua orang cucu ia dengan sederhana menjalani hari-hari dengan bersyukur atas apa yang telah ia miliki.
Sebagai seorang penjahit tak banyak uang yang bisa ia dapatkan dari hari ke hari. Hanya saja jika banyak acara pernikahan ia bisa menghasilkan uang cukup untuk anak dan cucunya karena banyak yang memesan untuk dijahitkan pakaian. Dari hasil menjahitlah nek Dima dapat bersyukur atas yang ia punya.
Dengan pipi yang sudah keriput ia terus berjuang bagaimana bisa mendapatkan uang dengan halal untuk anak cucunya. Ia, anak dan juga kedua cucunya tinggal di rumah yang amat sederhana. Tinggal di desa yang penuh dengan keasrian dan kedamaian.
Nek Dima sangat bahagia dengan apa yang ia miliki. Perjuangan dan tanggung jawab yang ia pikul sendirian amatlah sulit ia jalani namun semuanya harus ia kerjakan dengan ikhlas karena ia yakin tuhan tak pernah benci dengan makhluknya.
Dan kelak semuanya akan tercapai dengan baik.
            Kesedihan nek Dima sangat ia rasakan ketika ia sakit, dimana membutuhkan kasih sayang dari suaminya namun harapan itu hanya ada dalam mimpinya. Semuanya telah tiada. Hanya harapan dan do’a yang selalu mengalir dari bibirnya untuk orang yang selama ini telah mendampinginya.
            Kadang ia merasa betapa sunyinya dunia ini harus ia jalani bersama dengan anak dan kedua cucunya. Ia juga terkadang merasa lelah atas apa yang ada pada dirinya. Sebagai seorang nenek ia menginginkan anak dan cucunya dapat menjadi orang yang berguna untuk bangsa dan negara.
            Terlebih lagi ketika anak perempuannya ingin menikah dengan pria pilihannya ia amat merasakan kesedihan karena akan ditinggal oleh anaknya dan makin terasa sepi karena ia hanya tinggal bersama kedua cucunya.
            “ mak Nia mau nikah” kata anaknya
            “ kalau itu menjadi pilihan terbaikmu mak tidak melarang nak asal kau bahagi” kata nek Dima
            Setelah memperbincangkan masalah itu. Hari pernikahan anaknya pun digelar. Hanya acara sederhana yang mereka gelar dengan mengundang kerabat dan keluarga acara pernikahan anaknya berjalan dengan lancar. Setelah acara pernikahan selesai Nia dan suaminya memutuskan untuk tetap tinggal bersama nek Dima dan kedua keponakannya.
            Nek Dima merasa dengan hadirnya menantunya dirumahnya tak harus membuatnya berhenti bekerja untuk mendapat biaya hidup. Ia tak ingin membebani hanya dengan suami anaknya ia makan.
            Setelah sekian lama anak nek Dima menikah akhirnya nek Dima mendapatkan cucu lagi. Dan ia tetap mengajarkan ilmu agama yang baik pada cucu dan anak menantunya agar kelak dapat menjadi bekal di masa tua mereka. Nek Dima berharap walau ia tak meninggalkan banyak harta namun ia meninggalkan bekal ilmu untuk anak cucunya sebagai pedoman di hari tuanya.
            Karena kedua cucunya sudah besar nek Dima tak perlu lagi bekerja. Ia terus berdo’a agar kelak cucu-cucunya bisa menjalankan apa yang telah ia ajarkan selama ini dengan baik bersama anak dan istri mereka.